BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang Masalah
Pemeliharaan suhu tubuh merupakan aspek yang sangat penting dalam manajemen
Bayi Berat Lahir Rendah (BBRL). Seorang bayi akan berkembang secara memuaskan
bila suhu rektal dipertahankan antara 35,5-37 0C. Semakin kecil bayi
semakin rendah suhu rektalnya. Ketahanan hidup Bayi Berar Lahir Rendah (BBRL)
bila mereka dirawat dalam atau dekat dengan lingkungan rektalnya. Mereka harus
diasuh dalam suatu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan
usaha metabolik yang minimal, untuk memelihara suhu tubuh Bayi Berat Lahir
Rendah (BBRL) dapat
dimasukkan kedalam inkubator, radian warmer ataupun isolette, selain
itu dengan ibu mendekap bayinya adalah cara yang paling aman yang dikenal
dengan istilah Kanggaroo Mother Care (KMC) dimana terjadi kontak secara
langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu
(Purnamaningrum, 2010).
Kanggaroo Mother Care (KMC) dapat menurunkan resiko
regurgitasi dan aspirasi, menurunkan apnoe dan infeksi, mempercepat hubungan
antara ibu dan bayi serta meningkatkan laktasi bila KMC tidak dapat dilakukan,
bayi seharusnya dirawat dalam penghangatan dengan matras yang bisa diisi air
atauopun selimut elektrik dengan traspormator (Purnamaningrum, 2010).
Suhu tubuh rendah (hipotermia) dapat disebabkan oleh karena terpapar oleh
lingkungan yang dingin (suhu lingkungan rendah, permukaan dingin atau basah)
atau bayi dalam keadaan basah atau tidak berpakaian. Kenaikan suhu
(hipertermia) dapat terpapar dengan lingkungan yang hangat (suhu lingkungan yang
hangat (suhu lingkungan panas, paparan sinar matahari atau paparan panas yang
berlebihan dari inkubator atau alat pemancar panas) (Depkes RI, 2005).
Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin terjadi karena
evaporasi, konveksi, konduksi atau radiasi. Trauma dingin (Cold Stress
hipotermia) pada bayi baru lahir, dalam hubungannya dengan asidosis
metabolik, dapat bersifat mematikan bahkan pada bayi cukup bulan (Dompas,
2010).
Perawatan metode kangguru adalah perawatan bayi prematur
dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dan kulit ibu. Metode ini
sangat tepat dan sudah dilakukan untuk mendukung kesehatan dan keselamatan bayi
yang lahir prematur maupun yang aterm. Kehangatan tubuh ibu merupakan sumber
panas yang efektif. Hal ini terjadi bila ada kontak langsung antara kulit ibu dan
kulit bayi. Prinsip ini dikenal sebagai skin to skin contact atau metode
kanguru. Perawatan dengan metode kanguru merupakan cara efektif untuk memenuhi
kebutuhan bayi yang paling mendasar yaitu kehangatan, air susu ibu, perlindugan
dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang (Wahyuni, 2011).
Istilah prematuritas telah diganti dengan
Bayi Berat Lahir Rendah (BBRL) karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran
bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gr, yaitu karena usia kehamilan kurang
dari 37 minggu, berat badan lebih rendah dari semestinya, sekalipun cukup
bulan, atau karena kombinasi keduanya. Pembagian kehamilan menurut WHO adalah
kelahiran preterm (usia kehamilan kurang dari 37 minggu), kehamilan aterm (usia
kehamilan antara 37-42 minggu) dan kelahiran post-term (usia kehamilan lebih
dari 42 minggu) (Manuaba, 2010).
Teknik
kanguru merupakan sebuah metode perawatan yang tersedia secara universal dan
baik secara biologi bagi semua bayi baru lahir, akan tetapi biasanya bagi
bayi-bayi prematur dengan 3 komponennya yang meliputi kontak kulit dengan
kulit, menyusui eksklusif dan dukungan terhadap ibu dan bayi (Aldy, 2005).
Posisi
kanguru Yaitu bayi prematur yang telah memenuhi kriteria untuk dirawat dengan
metode diletakkan dengan posisi vertikal di antara kedua payudara ibu. Bayi
hanya mengenakan popok dan penutup kepala, sehingga di harapkan sebanyak
mungkin akan terjadi kontak kulit langsung antara ibu dan bayi. Posisi ini
dipertahankan baik ibu dalam keadaan berdiri, duduk, ataupun berbaring sehingga
di harapkan terjadi kontak langsung yang terus menerus selama 24 jam atau
beberapa jam dalam sehari (Aldy, 2005 ).
Pengetahuan perawat di Rumah sakit Umum tentang
penatalaksanaan bayi BBLR merupakan pengetahuan standar operasional prosedur
(SOP) yang memang seharusnya dilakukan, Teknik kanguru dirumah
sakit umum jarang dilakukan dikarenakan adanya inkubator dan telah merupakan
standar rumah sakit yang memisahkan ibu dan bayi pasca persalinan. Pengetahuan
tentang Teknik
kanguru harus diketahui oleh petugas kesehatan sebagai bahan penyuluhan bagi ibu
yang melahirkan bayi BBLR ( Aldy, 2005 ).
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI)
diIndonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya.
Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI 228
per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian
Neonatus (AKN) 19 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan kesepakatan global (Millenium
Develoment Goals/MDG’s 2000) pada tahun 2015, diharapkan angka
kematian ibu menurun dari 228 pada tahun 2007 menjadi 102 per 100.000 KH dan angka
kematian bayi menurun dari 34 pada tahun 2007 menjadi 23 per1000 KH (Depkes RI, 2011).
0 komentar:
Post a Comment