Friday, 3 May 2013

Metode Penilaian Antropometri



Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkatan umur dan tingkatan zat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidak seimbangan asupan protein dan energi. Ketidak seimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Depkes RI, 2001).
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak  di bawah kulit.di bawah ini adalah beberapa indeks parameter antropometri (Depkes RI, 2005):
1)      Berat Badan menurut Umur (BB/ U)   
Berat badan adalah suatu parameter yang meberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan – perubahan yang mendadak , misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunya nafsu makan dan menurunya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah parameter antropometri  yang sangat stabil. Indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini ( current nutritional status).
2)      Tinggi Badan menurut Umur ( TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadan pertumbuhan sekeletal. Pada keadan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekuranggan  gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defenisi zat gizi terhadap   tinggi badan akan tampak dalam waktu yang relatif lama. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka indeks ini mengambarkan status gizi masa lalu ada kaitannya dengan status sosial ekonomi.
3)      Berat Badan menurut Tinggi Badan ( BB/ TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadan normal , perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator  yang baik untuk menilai status gizi saat ini ( sekarang) dan juga merupakan indeks yang independen terhadap umur.
4)      Lingkar Lengan Atas (LILA)
Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadan jaringan otot
dan lapisan lemak dibawah kulit. Lingkar Lengan Atas berkolerasi dengan BB/ U maupun BB/TB. Lingkar lengan atas dapat berubah dengan cepat, oleh karena itu dipakai untuk menilai status gizi saat ini. ukuran LILA yang normal adalah 23,5 Cm.
5)      Indeks Massa Tubuh ( IMT)
Indeks massa tubuh (IMT) atau Body Massa Index (BMI) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Dengan IMT, akan diketahui apakah berat badan seseorang dinyatakan normal, kurus, atau gemuk. Menurut Depkes (2002) untuk menghitung IMT ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Disebutkan bahwa batas ambang normal untuk laki-laki adalah 20,1-25,0 dan untuk permpuan adalah 18,7-23,8. Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat defenisi kalori ataupun tingkat kegemukan.
a.         Metode Penilaian Klinis
Pemeriksan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi dihubungkan dengan ketidak cukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel ( supervicial epithelial tissue ) seperti kuli, mata, rambut, mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunan metode ini pada umumnya untuk survei klinik secara tepat ( rapid clinikal surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkatan status gizi seseorang  dengan melakukan perbaikan fisik yaitu tanda ( sign) dan gejala ( symptom) atau  riwayat penyakit (Depkes RI, 2001).
b.        Biokimia
Pemeriksan status gizi dengan biokimia adalah pemeriksan spesimen yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang dilakukan antara lain darah, urine, tinja dan juga bebbrapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapa lebih banyak menolong untuk menentukan kekeurangan gizi (Depkes RI, 2005).
c.         Biofisik
Penentuan status gizi  secara biofisik adalah metode penentuan dengan melihat kemampuan fungsi ( khususnya jaringan ) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik ( epidemic of blindness) (Depkes RI, 2005).
d.        Survey Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat melihat kelebihan dan kekurangan gizi (Depkes RI, 2005).
e.         Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan, dan angka kematian akibat penyebab tertentu dan data lainya yang berhubungan dengan gizi. Pengunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator  tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat (Depkes RI, 2001).
f.         Faktor Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologi dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan intervensi gizi (Depkes RI, 2001).

0 komentar:

Post a Comment