Pada saat mencapai usia remaja putri,
beberapa hormone / zat-zat dalam tubuh terutama hormone estrogen dan
progesterone menjadi aktif, dan tubuh mengalami perubahan, secara garis besar
yaitu : Kulit dan rambut mulai berminyak. Keringat yang bertambah banyak.
Tumbuhnya jerawat. Lengan dan kaki bertambah panjang. Pertumbuhan pada tulang pipi sehingga remaja putri tidak
terlihat seperti anak – anak lagi. Buah dada/ payudara membesar. Bokong semakin
membesar. Pinggul semakin lebar. Vagina mulai memproduksi cairan. Tumbuhnya
bulu pada daerah kemaluan dan pubis. Ovarium semakin membesar, terjadinya
haid (menstruasi ) (Depkes, 2004)
Mentruasi adalah bagian dari siklus
haid. pada fase pertama siuklus ini, dinding rahim ( endometrium ) mengalami
perkembangan sel yang pesat yang memungkinkan terjadinya kehamilan. kemudian,
dengan siklus tertentu sebuah sel telur ( ovum ) dilepaskan dari ovarium
(indung telur ), jika ketika dalam
perjalanan nya, melalui tuba fallopi tidak dibuahi oleh sperma, maka jaringan
ini karena tidak berguna lagi, akan dilepas dan terjadilah pendarahan,
pelepasan ini disebut menstruasi. Yang terjadi setiap 28 hari.proses ini terus
terjadi sampai terjadinya kehamilan atau saat berakirnya proses ovulasi pada
masa menopause. (Depkes RI, 2004)
Seorang gadis bisa mengalmi proses
mentruasi lebih awal pada usia 9 – 10
tahun tetapi normalnya terjadi pada saat usia 12 tahun. Selama priode ini
remaja putri purlu memperhatikan masaalah kebersihan selama 4 – 7 hari
perbulan, dengan sering menggati pembalut. Sekurang kurangnya 3 kali sehari.
(Depkes RI, 2004)
Selama haid juga sebelum dan
sesudahnya, pada beberapa gadis muncul perasaan tidak stabil dari segi
emosionalnya, dan juga perasaan tidak nyaman atau sakit dibagian bawah pusat.
Selama waktu ini, mereka bisa gampang capek. Tanda – tanda tersebut sangat
biasa dijumpai diantara para perempuan dan hal ini adalah normal hal ini
dinamakan Dismenorea. (Wiknjosastro, 2004)
Dismenorea atau nyeri haid mungkin
merupakan suatu gejala yang paling sering mewnyebabkan wanita-wanita muda pergi
kedokter utuk konsultasi dan pengobatan. karena gangguan inu sifatnya
subjektif, berat da intensitasnya sukar dinilai. Walaupun frekwensi dismenorea
cukup tinggi dan penyakit ini sudah lama dikenal, namun sampai sekarang patogenesisnya
belum dapat dipecahkan dengan memuaskan. (Wiknjosastro,2005)
Dismenorea dibagi atas (Wiknjosastro,2005)
a. Dismenorea
Primer (esensial, intrinstik, idiopatik) tidak terdapat hubungan dengan
kelainan ginekologik.
b. Dismenorea
Sekunder disebabkan oleh kelainan genikologik.
Etiologi.
Banyak tiori yang telah dikemukaan untuk menyebabkan
dismenorea primer, tetapi patofisiologinya belum jelas dimengerti. Rupanya
beberapa factor memengang peranan sebagai penyebab dismenorrea primer antara
lain :
a. Faktor
kejiwaan; pada gadis-gadis yang secara emosional tidak setabil, apalagi jika
mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul
dismenorea.
b. Faktor
konstitusi; Faktor ini yang erat hubungannya dengan faktor tersebut di atas,
dapat juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor – factor seperti
anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya
dismenorea.
c. Faktor
Obstruksi kanalis servikalis; salah satu teori yang paling tua untuk
menerangkan terjadinya dismonera primer ialah stenosis kanalis servikalis. Pada
wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis
kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap sebagai faktor
yang penting sebagai penyebab dismenorea. Banyak wanita menderita dismenorea tanpa
stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam hiperretrofleksi. Mioma submukosum
bertangkai atau polip endometrium dapat menyebabkan dismenorea karena otot –
otot uterus berkontraksi keras dalam usaha untuk mengeluarakan kelaianan
terebut.
d. Faktor
Endokrin; pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenorea
primer disebabakan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin
mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktilitas otot usus. Novak dan
Reynolds yang melakukan penelitian pada uterus kelinci berkesimpulan bahwa
hormon estrogen merangsang kontraktilias uterus, sedangkan hormon progesterone menghambat atau
mencegahnya. Tetapi, teori ini tidak dapat menerangkan fakta mengapa tidak
timbul rasa nyeri pada perdarahan disfunsional anovulatoar, yang biasanya
bersamaan dengan kadar esterogen yang berlebihan tanpa adanya progesterone.
e. Faktor
elergi; Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara
dismenorea dengan uritikaria, migraine atau asma bronkhiale. Smith menduga
bahwa sebab alergi ialah toksin haid.
Penanganan
a. Penerangan
dan nasihat
Perlu dijelaskan
kepada penderita bahwa dismenorea adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk
kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai haid atau adanya
tabu atau takhayul mengenai haid perlu dibicarakan. Nasihat – nasihat mengenai
makanan sehat, istirahat yang cukup, dan
olahraga mungkin berguna. Kadang – kadang diperlukan psikoterapi.
b. Pemberian
obat analgesik
Dewasa ini
banyak beredaran obat – obat analgesik yang dapat diberikan sebagai terapi
simtomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan
kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan. Obat analgesik
yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, Fenasetin, dan kafein.
Obat – obat paten yang beredar di pasaran ialah antara lain novalgin, ponstan,
acet-aminophen dan sebagainya.
c. Terapi
hormonal
Tujuan terapi
hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud
untuk membuktikan bahwa gangguan benar – benar dismenorea primer, atau untuk
membuktikan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa
gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil
kombinasi konterasepsi.
d. Terapi
dengan obat nonsteroid antiprostagladin
Memegang peranan
yang makin penting terhadap dismenorea primer. Termasuk di sini indometasin,
ibuprofen, dan naproksen; dalam kurang lebih 70% penderita dapat disembuhkan
atau mengalami banyak perbaikan.
Hendaknya pengobatan diberikan atau mengalami banyak perbaikan. Hendaknya
pengobatan diberikan sebelum haid mulai; 1 sampai 3 hari sebelum haid, dan pada
hari pertama haid.
e. Dilatasi
kanalis servikalis
Dapat member keringanan
karena memudahkan pengeluaran darah haid dan prostaglandin di dalamnya.
Neurektromi prasakral (pemotongan urat saraf sesori anatara uterus dan susunan
saraf pusat) ditambahkan dengan neurektromi ovarial (pemotongan urat saraf
sensorikyang ada di ligamentum infundibilum) merupakan tindakan terakhir,
apabila usaha – usaha lain gagal.
0 komentar:
Post a Comment