Dari berbagai prinsip belajar terdapat
beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar
dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa maupun bagi guru yang mengajar untuk meningkatkan potensi mengajarnya. Prinsip itu berkaitan dengan
perhatian dan motivasi, keaktivan, ketrlibatan langsung, pengulangan,
tantangan, baliakan dan penguatan serta perbedaan individual.
1.
Perhatian Dan Motivasi
Perhatian
mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar . perhatian terhadap
pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan
kebutuhannya , karena itu akan membangkitkan motivasi untuk mempelajrinya.
Untuk itulah siswa perlu menigkatakan perhatiannya. Disamping perhatian,
motivasi juga mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan
mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi merupakan tujuan dan alat dalam mengajar , sebagai alat, motivasi juga
merupakan salah satu faktor intelegensi clan hasil belajar sebelumnya. Yang
dapat menentukan keberhasilan sisw adalam bidang pengetahuan, nilai, dan
keterampilan.
Motivasi dapat
bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri , dapat juga bersifat
exsternal yakni datang dari orang lain, dari guru, orang tua,teman dan
sebagainya. Motivasi juga dibedakan atas motif intristik dan motif exstrinsik.
Motif innstrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang
dilakukan. Contoh, seorang siswa yang sedang serius mempelajari mata pelajaran
disekolah karena ingin memilki
pengetahuan yang dipelajarinya.
Sedangkan motif ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada diluar perbuatan
yang dilakukannya tetapi menjadi
penyertanya. Contoh. Siswa belajar sungguh-sungguh bukan disebabkan ingin
memiliki pengetahuan yang dipelajarinya tetapi didorong oleh keinginan naik
kelas atau mendapatkan ijazah. Naik kelas dan mendapat ijazah adalah penyerta
dari keberhasilan belajar.
2.
Keaktivan
Kecenderungan
psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak
mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, dan mempunyai aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan
oleh orang lain juga tidak bisa dipaksakan oleh orang lain. Belajar hanya
mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. John Dewey misalnya
mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan oleh
siswa untuk dirinya sendiri, maka ini siatif harus datang dari diri siswa itu
sendiri, dan guru hanya sebagai pembimbing dan pengarah saja.
Menurut
teori kongitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif. Jiwa
mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa
mengadakan transformasi. Gage and Berliner (Dalam Dimyati, 2006) menyatakan
bahwa : ”Anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu.
Anak mampu untuk mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang telah
diperolehnya”. Dalam proses belajar mengajar anak mampu mengidentifikasi.
Merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis dan menafsirkan
dan menarik kesimpulan.
3.
Keterlibatan Langsung
Dimuka telah
dibahas bahwa belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa, belajar adalah
mengalami proses belajar yang tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar
yang paling baik adalah belajar dari pengalaman langsung. Dalam belajar melalui
pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi ia juga
harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab
terhadap hasilnya.
Pentingnya
keterlibatan langsung dalam belajar juga dikemukakan oleh John Dewey dengan
”Learning by doing”. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung.
Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif, baik individual, maupun
kelompok, dengan cara memecahkan masalah. Guru bertindak sebagai pembimbing dan
fasilitator.
4.
Pengulangan
Prinsip belajar
yang menekankan perlunya pengulangan barangkali yang paling tua adalah yang
dikemukakan oleh teori Psikologi Daya, menurut teori ini, belajar adalah
melatih (jiwa yang ada pada manusia itu sendiri) terdiri dari jiwa pengamat,
menangkap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berfikir, dan sebagainya. Dalam
menggunakan pengulangan maka daya tersebut berkembang. Seperti halnya pisau
yang selalu diasah akan menjadi tajam. Maka jiwa yang dilatih dengan pengadaan
pengulangan akan menjadi sempurna.
5.
Tantangan
Siswa
dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam
situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu
mendapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk
mengatasi hambatan itu sendiri yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut.
Apabila hambatan tersebut telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai,
maka mereka akan masuk dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya.
0 komentar:
Post a Comment