A. Konsep
Efektifitas
1. Pengertian
Efektivitas
Dalam kehidupan
sehari-hari sering dipakai istilah efektif atau efektivitas yang dikaitkan
dengan kegiatan tertentu. Kata efektivitas dipakai untuk menyatakan tingkat
pencapaian sasaran oleh seseorang atau sekelompok orang dalam melakukan suatu
kegiatan atau pekerjaan.
Dalam memberi
pengertian efektivitas setiap orang berbeda-beda sesuia dengan sudut pandang
dan kepentingan masing-masing. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2005: 284),
bahwa “ efektif berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, dan kesannya),
manjur atau mujarab dapat membawa hasil “ Efektivitas berarti terjadinya suatu
efek atau akibat yang dikehendaki dalam suatu perbuatan , suatu pekerjaan yang
dikatakan edektif bila adanya kesesuaian dalam pekerjaan itu antara orang
yang melaksanakan tugas dengan sasaran
yang dituju.
Selanjutnya
efektivitas adalah sejauh mana organisasi berhasil mendapatkan dan memamfaatkan
sumberdaya dalam usaha mencapai tujuan secara operasional. Efektivitas keseluruhan dalam
arti sejauh mana organisasi melaksanakan tugas untuk mencapai semua sasaran. Edektivitas merupakan bagian
dari konsep efesiensi karna tingkat efektivitas berkaitan dengan pencapaian
tujuan relatif.
2. Indikator
Efektivitas
Berdasarkan
pengertian efektivitas yang telah dipaparkan diatas, sebenarnya ada beberapa
indikator bahwa pengelolaan pembelajaran memiliki efektivitas yang tercapai
dengan baik. Adapun indikator efektivitas penbelajaran dapat diukur dari tepat
waktu, tepat pelaksanaan dan tepat kualitas.
Efektivitas
suatu kegiatan tergantung dari terlaksana tidaknya perencanaan. Karena
perencanaan maka pelaksanaan pengajaran menjadi baik dan efektif yaitu cara
untuk mencapai hasil belajar yang efektif
yaitu murid-murid harus dijadikan pedoman setiap kali membuat persiapan
dalam mengajar.
Pembelajaran dapat
memiliki efektivitas yang baik jika waktu yang direncanakan dalam perencaan
dapat terwujud. Pelaksanaan pembelajaran yang ditetapkan dalam rencana
terealisasi dengan baik, hal tersebut dapat dibuktikan dengan ketercapaian
tujuan.
Efektivitas suatu
program dapat diukur dengan melihat hasil yang dicapai. Hal tersebut tentu saja
tidak boleh menyimpang dari tujuan. Jika memeng tujuan sudah tercapai dengan
tepat waktu, tepat pelaksanaan dan tepat kualitas, maka efektivitas dari suatu
program dapat dikatakan baik. Karena ketiga komponen tersebut diatas telah
terpenuhi, maka efektivitas dari program telah teruji.
Dari pendapat
diatas dapat diambil kesimpulan bahwa indikator efektivitas adalah jika tujuan
waktu yang direncanakan dalam perencenaan dapat terwujud. Dan pelaksanaan
pembelajaran dalam perencanaan dapat terealisasi dengan baik, hal tersebut
dapat dibuktikan dengan tercapainya tujuan seperti yang telah ditetapkan.
B. Pengelolaan
Pembelajaran
- Pengertian Pengelolaan
Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2005 : 534) Pengelolaan adalah : Proses, cara, perbuatan
mengelola, melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain,
proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi, cara
memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan
kebijaksanaan dan pencapaian tujuan. Jadi pengelolaan pembelajaran adalah
proses yang dilakukan dalam belajar mengajar.
Khusus dibidang
pendidikan, guru diharapkan menjadi tenaga – tenaga yang handal yang
berkualitas dibidangnya. Dengan demikian guru mampu menjalankan tugasnya sehari
– hari secara maksimal dalam mengajar dan mendidiknya sebagai generasi muda penerus
pembangunan bangsa. Menagajar mempunyai pengertian bahwa seorang guru hanya
memberikan pelajaran kepada siswa – siswanya dengan tujuan agar siswanya
tersebut mampu menguasai pelajaran yang diajarkan mendidik mempunyai pengertian
bahwa seorang guru memberikan pembinaan akhlak yang baik kepada anak didiknya
yang bertujuan untuk membuat anak didiknya itu menjadi dewasa baik secara
jasmani maupun secara rohani, yang pada akhirnya diharapkan anak mampu
berdikari atau mandiri dalam segala hal.
- Pembelajaran
Secara deskriptif
mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari
guru kepada siswa. Pandangan ini dianggap sudah tidak lagi dengan keadaan
sekarang karena ada tiga alasan penting yaitu pertama, seorang siswa bukan
orang dewasa dalam bentuk ini, akan tetapi mereka adalah organising yang sedang
berkembang. Agar mereka dapat melaksanakan tugas – tugas perkembangannya,
dibutuhkan orang dewasa yang dapat mengarahkan dan membimbing mereka agar
tumbuh dan berkembang secara optimal.
Kedua, ledakan
ilmu pengetahuan mengakibatkan kecendrungan setiap orang tidak mungkin dapat
menguasai setiap cabang ilmu. Ketiga, penemuan – penemuan baru khususunya dalam
bidang psikologis, mengakibatkan pemahaman baru terhadap konsep perubahan
tingkah laku manusia.
Ketiga hal diatas,
menurut perubahan makna dalam mengajar. Mengajar tidak lagi diartikan sebagai
proses menyampaikan materi pembelajaran, akan tetapi lebih dipandang sebagai
proses mengatur lingkungan agar siswa belajar sesuai dengan kemampuan dan
potensi yang dimilikinya. Guru sebagai seorang pendidik melakukan rekayasa
pembelajaran. Apa yang dilakukan guru dalam rekayasa pembelajaran tersebut
mengacu kepada kurikulum yang berlaku. Sementara siswa sebagai pembelajar
disekolah mengalami perkembangan jiwa, sesuai azas emansipasi diri menuju
kebutuhan dan kemandirian. Disamping itu, guru juga menyusun dan melaksanakan
desain intruksional yang ada dengan tujuan untuk membelajarkan siswa. Dengan
desain intruksional inilah dapat menimbulkan kegiatan belajar mengajar yang
melibatkan siswa dan guru. Dari hasil kegiatan belajar ini barulah menghasilkan
hasil belajar. Hasil belajar terbagi dua yaitu dampak pengajaran dan dampak
pengiring. Damapak pengajaran merupakan hasil pembelajaran siswa berupa nilai,
misalnya nilai rapor, nilai ijazah, nilai nem, dan lain – lain. Sedangkan
dampak pengiring merupaka terapan dari pengetahuan yang telah dipelajari siswa
disekolah, misalnya kemampuan siswa menguasai matematika dalam berhitung,
mengoperasikan komputer, dan lain – lain.
0 komentar:
Post a Comment