1. Pengertian Caput Succedaneum
Cedera lahir
adalah kelainan bayi baru lahir yang terjadi karena trauma lahir
akibat tindakan, cara persalinan atau
gangguan persalinan yang diakibatkan kelainan fisiologis persalinan (Sarwono,
2007).
Trauma lahir
adalah trauma pada bayi yang diterima dalam atau karena proses kelahiran.
Istilah trauma lahir digunakan untuk menunjukkan trauma mekanik dan anoksik,
baik yang dapat dihindarkan maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang didapat
bayi pada masa persalinan dan kelahiran.
Caput
Succedaneum adalah Kelainan ini akibat sekunder dari tekanan uterus atau
dinding vagina pada kepala bayi sebatas caput. Keadaan ini dapat pula terjadi
pada kelahiran spontan dan biasanya menghilang dalam 2-4 hari setelah lahir.
Tidak diperlukan tindakan dan tidak ada gejala sisa yang dilaporkan (Sarwono,
2007).
Caput
Succedaneum adalah benjolan yang membulat disebabkan kepala tertekan leher
rahim yang saat itu belum membuka penuh yang akan menghilang dalam waktu satu
dua hari.
Caput succedaneum
merupakan benjolan yang difus dikepala terletak pada prosentasi kepala pada
waktu bayi lahir. Kelainan ini timbul akibat tekanan yang keras pada kepala
ketika memasuki jalan lahir hingga terjadi pembendungan sirkulasi-kapiler dan
limfe disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstra vasa. Gambaran
klinisnya, benjolan kaput berisi cairan serum dan sering bercampur sedkit
darah. Secara klinis benjolan ditemukan di daerah presentasi lahir, pada
perabaan teraba benjolan lunak, berbatas tidak tegas, tidak berfluktuasi tetapi
bersifat edema tekan. Kaput suksedaneum dapat terlihat segera setelah bayi
lahir dan akan hilang sendiri dalam waktu dua sampai tiga hari umumnya tidak
memerlukan pengobatan khusus.
1.
Penyebab
Caput succedaneum terjadi karena
adanya tekanan yang kuat pada kepala pada saat memasuki jalan lahir sehingga
terjadi bendungan sirkulasi perifer dan limfe yang disertai dengan pengeluaran
cairan tubuh ke jaringan ekstravaskuler. Keadaan ini bisa terjadi pada partus
lama atau persalinan dengan Vaccum ektrasi.
(Dewi, 2010)
2.
Faktor predisposisi
§ Makrosomia
§ Prematuritas
§ Disproporsi
sefalopelvik
§ Distosia
§ Persalinan lama
§ Persalinan yang
diakhiri dengan alat (ekstraksi vakum dan forceps)
§ Persalinan dengan
sectio caesaria
§ Kelahiran sungsang
§ Presentasi bokong
§ Presentasi muka
§ Kelainan
bayi letak lintang
3.
Gejala
§ Udema di kepala
§ Terasa lembut dan
lunak pada perabaan
§ Benjolan berisi
serum dan kadang bercampur dengan darah
§ Udema melampaui
tulang tengkorak
§ Batas yang tidak
jelas
§ Permukaan kulit
pada benjolan berwarna ungu atau kemerahan
§ Benjolan
akan menghilang sekitar 2-3 minggu tanpa pengobatan
4.
Patofisiologi
Kelainan ini timbul karena tekanan
yang keras pada kepala ketika
memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan
sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan
extravasa. Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur dengan
sedikit darah. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya
tulang kepala di daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu
upaya bayi untuk mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan
lahir.
5.
Komplikasi
Infeksi
Infeksi pada caput succedaneum bisa terjadi karena kulit kepala terluka
(kosim, 2003).
Ikterus
Pada bayi yang terkena caput succedanieum dapat menyebabkan ikterus karena
inkompatibilitas faktor Rh atau golongan darah A, B, O antara ibu dan bayi
(Kosim, 2003).
Anemia
Anemia bisa
terjadi pada bayi yang terkena caput succedanieum karena pada benjolan terjadi
perdarahan yang hebat atau perdarahan yang banyak.
6.
Penatalaksanaan
§ Perawatan bayi sama
dengan perawatan bayi normal.
§ Pengawasan keadaan umum
bayi.
§ Berikan lingkungan yang
baik, adanya ventilasi dan sinar matahari yang cukup.
§ Pemberian ASI yang
adekuat, bidan harus mengajarkan pada ibu teknik menyusui dengan benar.
§ Pencegahan infeksi harus
dilakukan untuk menghindari adanya infeksi.
§ Manajemen terdiri dari
pengamatan lengkap dan cepat
0 komentar:
Post a Comment