1) Beberapa pengertian
Persalinan adalah Serangkaian kejadian pada ibu hamil
yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau 36 – 40 minggu,
disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh si ibu. (Wiknjosastro,
2005).
Persalinan terbagi tiga
jenis yakni :
a. Persalinan Spontan
yakni persalinan yang berlangsung
tanpa usaha dari luar.
b. Persalinan Induksi
yakni persalinan yang dilakukan dengan
cara menimbulkan suatu rangsangan terlebih dahulu, misalnya :
- Amniotomi.
- Pitosin
c. Tindakan :
- Operatif : Seksio Cesaria
( SC )
- Alat
– alat :
- Forsep
- Vakum Ektrasi
- Episiotomi
Post Partum adalah dimulai
setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu.
Episiotomi
adalah jenis tindakan operatif dengan mem insisi perineum untuk mengeluarkan
bayi.
2) Episiotomi pada ibu
Bersalin.
Episiotomi
adalah jenis operatif yang paling banyak dilakukan pada ibu bersalin, walaupun
hanya sedikit bukti ilmiah untuk mendukung penggunaannya. Tindakan operatif ini
bukan tanpa resiko, komplikasianya antara lain meningkatnya insiden trauma
dan/atau laserasi (termasuk perpanjangan
robekan sampai ke sfingter ani), kehilangan darah, infeksi, dispareni dan
trauma psikologis.(Wiknjosastro, 2005)
Dengan
cara episiotomi, maka robekan perineum, regangan atot – otot dan fasia pada
dasar panggul, prolapsus uteri, stress
Incontinente serta pendarahan dalam
tengkorak janin dapat dihindarkan. Luka episiotomi lebih mudah dijahit dari
pada robekan (Muchtar, 2000)
Mereka
yang mendukung pelaksanaan episiotomi secara rutin, terutama bagi ibi
primigravida, berpendapat bahwa episiotomi dalam jangka panjang menjaga
keutuhan perineum, disamping mengurangi insiden robekan, terutama robekan
perineum tingkat tiga. namun sekarang hal ini diperdebatkan oleh para ahli.
Dalam suatu studi di kanada yang mengamati fungsi dasar panggul ibu pasca
persalinan selama 3 bulan, yang membandingkan antara ibu yang mendapat
episiotomy dengan mereka yang mengalami robekan perenium dan ibu dengan
perenium utuh. dalam study ini diikut sertakan baik ibu bersalin multigravida
maupun primigravida. Hasilnya menunjukan bahwa ibu bersalin, tanpa memandang
paritas, dengan perineum yang utuhlah yang memiliki fungsi dasar pinggul
terbaik pada 3 bulan pasca persalinan. Ibu bersalin primigraviga yang mengalami
persalinan pervaginan dengan episiotomy, memiliki resiko lebih besar untuk
mengalami robekan perineum derajat 3 dan 4. studi ini dan studi lain
menunjukkan bahwa ibu bersalin primigravida tidak memiliki resiko lebih besar
untuk mengalami laserasi hebat dan trauma pada dasar panggul, kesimpulannya
adalah tidak ada bukti yang mendukung praktek episiotomi rutin pada
primigravida (Depkes RI, 2005)
3) Indikasi Pengunaan
Episiotomi
a.
Mempercepat kelahiran
dengan melakukan episiotomi bila ada tanda-tanda gawat janin pada saat kepala
bayi merenggangkan perineum.
b.
Komplikasi kelahiran per vaginan seperti
sungsang,distorsi bahu, forsep, vakum, ektraksi cunam.
c.
Perlindungan pada
kepala bayi premature jika perenium ketat.
d.
Jaringan parut pada
perenium atau vagina. (Depkes RI, 2005)
4) Klasifikasi Episiotomi
Tindakan
operatif Episiotomi dapat dibagi mengadi 3 berdasarkan cara melakukan insisi.
a)
Episiotomi Medialis
yakni
insisi yang di lakukan pada garis tengah kemudian menjelang akhir kemudian
insisi diatrah kan secara melintang, diperkirakan insisi itu akan memperluas diameter
jalan lahir.
b)
Episiotomi
Medio-lateralis
yaitu
irisan diarahkan mulai garis tengah dan diarahkan ke lateral sekitar 15 derajat.
c)
Episiotomi Lateralis.
0 komentar:
Post a Comment