Friday, 22 March 2013

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG PEMBERIAN SUSU FORMULA PADA BAYI USIA 0-6 BULAN



Pemberian ASI sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasannya. Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah  dengan menyusui sejak dini dengan benar dan eksklusif. Oleh karena salah satu yang perlu mendapat perhatian adalah bagaimana ibu yang bekerja dapat tetap memberi ASI kepada bayinya secara eksklusif selama enam bulan pertama dan sampai anak berusia 2 tahun. Sehubungan dengan hal tersebut telah ditetapkan dengan Kepmenkes RI No.450/Menkes/VI/2004 tentang pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia, Program peningkatan pemberian ASI eksklusif, mempunyai dampak yang luas terhadap status gizi ibu dan bayi (Amori, 2007).
Menurut United Nation Child Fondation (UNICEF 2006) menunjukan data bahwa bayi memiliki kemungkinan meninggal dunia pada bulan pertama kelahirannya karena bayi di beri susu formula peluang itu 25 kali lebih tinggi dari pada bayi yang diberi ASI eksklusif oleh ibunya. Banyak kasus kurang gizi pada anak di bawah 2 tahun yang sempat melanda beberapa wilayah di Indonesia dapat diminimalisasikan melalui pemberian ASI secara eksklusif. Karena sudah seharusnya ASI eksklusif di jadikan sebagai prioritas utama program di negara berkembang (Amori, 2007).
Di Indonesia diperkirakan bahwa 20 bayi meninggal setiap jam sebelum mencapai usia satu tahun hampir setengah dari kematian bayi ini terjadi pada masa neonatal yaitu pada bulan pertama kelahiran. Hanya 3,7 % bayi di Indonesia di susui dalam satu jam pertama setelah kelahiran dan angka kematian bayi masih relatif tinggi yaitu 35 per 1000 kelahiran hidup salah satu cara untuk mencegah terjadinya Angka Kematian Bayi (AKB) ialah dengan pemberian ASI. sementara ini angka pemberian susu formula semakin tinggi mencapai 65 % diperkotaan dan 44,3 % di pedesaan, membudayanya pemberian susu formula di karenakan adanya anggapan bahwa pemberian susu formula akan meningkatkan nilai prestise suatu keluarga (Juornal, 2008).  
Menurut Wold Heatlh Organitation WHO  (2000) menunjukkan anak yang meninggal setiap tahun 1,5 juta anak disebabkan  karena pemberian makanan yang tidak benar dan kurang dari 15% bayi di seluruh dunia di beri ASI eksklusif selama 4 bulan, dan sering juga diberikan makanan pendamping ASI yang tidak sesuai dan tidak aman. Penelitian menunjukkan, gangguan pertumbuhan pada anak bawah lima tahun (balita) biasanya akibat kekurangan gizi sejak dalam kandungan, pemberian makanan terlalu dini serta tidak cukup mengandung energi dan zat besi terutama mineral (BKKBN, 2006).
Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 237/MENKES/SK/IV/1997 tentang Pemasaran penganti Air susu Ibu dalam pasal 8 huruf c dikatakan “Tulisan yang berbunyi TIDAK COCOK UNTUK BAYI BERUMUR KURANG DARI 6 BULAN. tulisan peringatan tidak cocok untuk bayi ini tidak ada pada kemasan susu formula sehingga menyesatkan konsumen.
Kematian anak balita terjadi di Negara berkembang mencapai 90%. Kematian bayi yang disebabkan oleh diare dan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) mencapai 40 %, penyakit ini dapat dicegah dengan  ASI eksklusif.  Semua cara dan usaha yang dilakukan untuk mencegah kematian bayi dan balita dengan pemberian ASI yang paling banyak bisa menurunkan angka kematian anak balita (BKKBN, 2006). UNICEF menyebutkan 10 juta kematian anak balita dan 30 ribu kematian bayi di Indonesia tiap tahun bisa dicegah melalui pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kelahiran tanpa ada makanan  dan minuman tambahan kepada bayi (Amori, 2007).
Di Indonesia diperkirakan bahwa 20 bayi meninggal setiap jam sebelum mencapai usia satu tahun hampir setengah dari kematian bayi ini terjadi pada masa neonatal yaitu pada bulan pertama kelahiran. Hanya 3,7 % bayi di Indonesia di susui dalam satu jam pertama setelah kelahiran dan angka kematian bayi masih relatif tinggi yaitu 35 per 1000 kelahiran hidup salah satu cara untuk mencegah terjadinya Angka Kematian Bayi (AKB) ialah dengan pemberian ASI. sementara ini angka pemberian susu formula semakin tinggi mencapai 65 % diperkotaan dan 44,3 % di pedesaan, membudayanya pemberian susu formula di karenakan adanya anggapan bahwa pemberian susu formula akan meningkatkan nilai prestise suatu keluarga (Juornal, 2008).  

0 komentar:

Post a Comment