Thursday, 21 March 2013

Karakteristik Ibu Hamil Resti



A.      Latar Belakang.
Pemerintah mengembangkan program Maternal  and Neonatal  Health  (MNH) yang mulai berjalan sejak tahun 2000, Program ini bertujuan untuk menyelamatkan Ibu dan Bayi dari kematian, khususnya dalam masa persalinan dan pasca persalinan. Terdapat dua penyebab yang menjadi kendala bagi program MNH, yaitu penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab tidak langsung meliputi tiga terlambat (3 T) yaitu terlambat mencari pertolongan, terlambat membawa ketempat rujukan dan terlambat memberi pertolongan di tempat rujukan. Penyebab langsung adalah sekitar 50% AKI terjadi akibat perdarahan yang terjadi ketika hamil, persalinan dan semua proses persalinannya (Manuaba,  2002)
Penyebab langsung kematian ibu terutama disebabkan pendarahan 50%, Eklamsi 13 %, Infeksi 10%, Komplikasi Abortus 11%,  partus lama 9%, sedangkan  penyebab tidak langsung antara lain Untuk ibu hamil menderita KEP 37 % Anemia (Hb < 11 gr%) 40 %. Kejadian anemia pada ibu hamil akan meningkatkan resiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia. (Depkes RI, 2005).
Persalinan beresiko lebih dari 90% disebabkan oleh trias klasik yaitu perdarahan melalui jalan lahir  40% -  60%, eklamsia 20%- 30% dan infeksi jalan lahir 20% - 30%  Penelitian di 12 Rumah Sakit Pendidikan di Indonesia diketahui angka  kematian Ibu berkisar antara 2,5 - 14 per 100.000 kelahiran hidup dan diketahui bahwa 94% kematian Ibu merupakan akibat langsung dari komplikasi kelahiran, persalinan dan Nifas. (Sarwono, 2002)
Persalinan beresiko juga dapat terjadi akibat 5 terlalu yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak, terlalu sering dan terlalu berdekatan jarak persalinannya dengan anak yang  lalu  (Republika, 2004). Dari keseluruhan  kematian  maternal  karena pendarahan  dilaporkan 25% adalah akibat perdarahan  post  partum  (Chalik,2003). Perdarahan post partum sangat berhubungan dengan atonia uteri, robekan jalan lahir, retensio plasenta, tertinggalnya sisa plasenta dan inversio uteri. Seorang ibu dapat meninggal karena perdarahan pasca persalinan dalam waktu kurang dari satu jam, lebih dari    90% dari seluruh kasus perdarahan pasca persalinan yang terjadi 24 jam setelah kelahiran bayi disebabkan oleh atonia uteri (Depkes RI, 2007), oleh karena itu penatalaksanaan kala tiga persalinan yang cepat dan tepat merupakan salah satu cara terbaik dan sangat penting untuk mengurangi persalinan beresiko. Perdarahan post partum merupakan penyebab penting kematian maternal khususnya dinegara berkembang. Faktor-faktor penyebab perdarahan post partum adalah grande multipara, jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun, paritas dan persalinan yang dilakukan dengan tindakan (Manuaba, 2005)
Morbiditas dan mortalitas  wanita hamil adalah masalah besar di negara-negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 20-50 persen kematian wanita usia subur (WUS) disebabkan oleh hal yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Tahun 1996, World Health Organization  (WHO) memperkirakan diseluruh dunia lebih dan 585.500 kematian ibu pertahun saat hamil dan bersalin (WHO, 2000). Berdasarkan Survey  Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2003, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup atau setiap jam terdapat Ibu melahirkan meninggal dunia karena berbagai sebab (Depkes,  2004).
Menurut hasil Riskesdes, 2007 Prevalensi Nasional Kurang Energi Kronis (KEK) pada wanita hamil (berdasarkan LILA yang disesuaikan dengan umuur) adalah 13,6 % sebanyak 10 propinsi mempunyai prevalensi kurang energy kronis pada wanita usia subur diatas prevalensi Nasional, yaitu DKI Jakarta, Jawa Tengah, Yokjakarta.
Di Propinsi NAD indikator tersebut menunjukan AKI sebesar 307/100.000 lahir hidup tahun 2009, AKB 42/1000 lahir hidup dan status gizi kurang 34,3 %  dan gizi buruk sebesar 9,4 %. Target yang ditetepkan sampai tahun 2009 secara Nasional menurunkan AKI menjadi 226/100.000 lahir hidup. 6/1000 lahir hidup, gizi kurang menjadi ≤ 20 % (Profil Dinas Kesehatan NAD, 2009).

0 komentar:

Post a Comment