A.
Latar Belakang.
Pemerintah
mengembangkan program Maternal and Neonatal Health
(MNH) yang mulai berjalan
sejak tahun 2000, Program ini bertujuan untuk menyelamatkan Ibu dan Bayi dari
kematian, khususnya dalam masa persalinan dan pasca persalinan. Terdapat dua
penyebab yang menjadi kendala bagi program MNH,
yaitu penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab tidak langsung meliputi
tiga terlambat (3 T) yaitu terlambat mencari pertolongan, terlambat membawa
ketempat rujukan dan terlambat memberi pertolongan di tempat rujukan. Penyebab
langsung adalah sekitar 50% AKI terjadi akibat perdarahan yang terjadi ketika
hamil, persalinan dan semua proses persalinannya (Manuaba, 2002)
Penyebab
langsung kematian ibu terutama disebabkan pendarahan 50%, Eklamsi 13 %,
Infeksi 10%, Komplikasi Abortus 11%,
partus lama 9%, sedangkan
penyebab tidak langsung antara lain Untuk ibu hamil menderita KEP 37 %
Anemia (Hb < 11 gr%) 40 %. Kejadian anemia pada ibu hamil akan meningkatkan
resiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia.
(Depkes RI, 2005).
Persalinan
beresiko lebih dari 90% disebabkan oleh trias klasik yaitu perdarahan
melalui jalan lahir 40% - 60%, eklamsia 20%- 30% dan infeksi jalan
lahir 20% - 30% Penelitian di 12 Rumah
Sakit Pendidikan di Indonesia diketahui angka
kematian Ibu berkisar antara 2,5 - 14 per 100.000 kelahiran hidup dan
diketahui bahwa 94% kematian Ibu merupakan akibat langsung dari komplikasi
kelahiran, persalinan dan Nifas. (Sarwono, 2002)
Persalinan
beresiko juga dapat terjadi akibat 5 terlalu yaitu terlalu muda, terlalu tua,
terlalu banyak, terlalu sering dan terlalu berdekatan jarak persalinannya
dengan anak yang lalu (Republika, 2004). Dari keseluruhan
kematian maternal karena pendarahan dilaporkan 25% adalah akibat perdarahan post partum
(Chalik,2003). Perdarahan post partum
sangat berhubungan dengan atonia uteri, robekan jalan lahir, retensio
plasenta, tertinggalnya sisa plasenta dan inversio uteri. Seorang
ibu dapat meninggal karena perdarahan pasca persalinan dalam waktu kurang dari
satu jam, lebih dari 90% dari seluruh
kasus perdarahan pasca persalinan yang terjadi 24 jam setelah kelahiran bayi
disebabkan oleh atonia uteri (Depkes RI, 2007), oleh karena itu penatalaksanaan
kala tiga persalinan yang cepat dan tepat merupakan salah satu cara terbaik dan
sangat penting untuk mengurangi persalinan beresiko. Perdarahan post partum merupakan penyebab penting
kematian maternal khususnya dinegara berkembang. Faktor-faktor penyebab
perdarahan post partum adalah grande multipara, jarak persalinan
pendek kurang dari 2 tahun, paritas dan persalinan yang dilakukan dengan
tindakan (Manuaba, 2005)
Morbiditas dan mortalitas wanita hamil
adalah masalah besar di negara-negara berkembang. Di negara miskin, sekitar
20-50 persen kematian wanita usia subur (WUS) disebabkan oleh hal yang
berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Tahun
1996, World Health Organization (WHO) memperkirakan diseluruh dunia
lebih dan 585.500 kematian ibu pertahun saat hamil dan bersalin (WHO, 2000). Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI)
tahun 2003, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 307 per 100.000
kelahiran hidup atau setiap jam terdapat Ibu melahirkan meninggal dunia karena
berbagai sebab (Depkes, 2004).
Menurut
hasil Riskesdes, 2007 Prevalensi Nasional Kurang Energi Kronis (KEK) pada
wanita hamil (berdasarkan LILA yang disesuaikan dengan umuur) adalah 13,6 %
sebanyak 10 propinsi mempunyai prevalensi kurang energy kronis pada wanita usia
subur diatas prevalensi Nasional, yaitu DKI Jakarta, Jawa Tengah, Yokjakarta.
Di Propinsi NAD indikator tersebut menunjukan
AKI sebesar 307/100.000 lahir hidup tahun 2009, AKB 42/1000 lahir hidup dan
status gizi kurang 34,3 % dan gizi buruk
sebesar 9,4 %. Target yang ditetepkan sampai tahun 2009 secara Nasional
menurunkan AKI menjadi 226/100.000 lahir hidup. 6/1000 lahir hidup, gizi kurang
menjadi ≤ 20 % (Profil Dinas Kesehatan NAD, 2009).
0 komentar:
Post a Comment