Sunday, 3 February 2013

Permasalahan radang gusi saat hamil



Perawatan gigi selama hamil merupakan hal yang sangat penting. Rasa mual selama kehamilan dapat mengakibatkan  perburukan higiene mulut dan karies gigi dapat timbul. Tidak ada perubahan fisiologis selama hamil, yang dapat menimbulkan karies gigi. Kalsium dan fosfor didalam gigi menetap di email. Karena itu pepatah kuno mengatakan “setiap anak mendapat satu gigi” adalah tidak benar.
Ada banyak perubahan pada seorang perempuan ketika dalam masa hamil. Mulai dari gejala hormonal, perubahan saluran pencernaan dan perubahan fisik. Perubahan hormonal pada mulut dan gigi Ibu saat hamil menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan peningkatan reaksi inflamasi (peradangan) pada gusi (gingiva)
Saat hamil sering terjadi karies yang berkaitan dengan emisis dan hiperemisis gravidarum, hipersaliva dapat menimbulkan timbunan kalsium disekitar gigi. Memeriksa gigi saat hamil diperlukan untuk mencari kerusakan gigi yang dapat menjadi sumber infeksi.
Pada kehamilan gusi terjadi hiperemi, berongga dan membengkak, dimana gusi cenderung berdarah karena kadar estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan vaskularitas selektif dan proliferasi jaringan ikat. Dan pengeluaran air liur meningkat pada beberapa ibu selama kehamilan sehingga menambah kesulitan untuk makan dan menyebabkan gangguan pada gigi sehingga terjadi pembengkakan gusi.
Ironisnya, kelainan mulut dan gusi kerap diacuhkan perempuan yang sedang menjalani masa kehamilan. Padahal Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) mencatat radang gusi merupakan masalah mulut dan gigi yang sering menimpa ibu hamil. Sebanyak 5-10% mengalami pembengkakan gusi.Berdasarkan temuan Journal of Periodontology yang diterbitkan 1996. Riset itu mencatat 7 dari 10 perempuan hamil yang menderita radang gusi berpotensi besar memiliki anak yang lahir secara prematur. Data itu diperkuat Survei Kesehatan Nasional 2002 yang menyebutkan bahwa 77% dari ibu hamil yang menderita radang gusi melahirkan bayi secara prematur.
Sekitar 50% wanita hamil mengalami gingivitis (radang pada gusi) pada kehamilan. Gingivitis tersebut terjadi karena peningkatan kadar hormon progesteron yang berakibat gusi Ibu bereaksi lebih terhadap bakteri yang terdapat di plak gigi. Peningkatan suplai pendarahan pada rongga mulut juga dapat meningkatkan sensitivitas gusi dan perdarahan terhadap gusi. Pencegahan gingivitis kehamilan dilakukan dengan menjaga kebersihan rongga mulut, gosok gigi secara teratur, dan dental floss.
Reaksi peradangan ini ditandai dengan perubahan warna gusi menjadi lebih merah, mudah berdarah, dan gusi membengkak (hiperplasi gingiva). Lima dari 10 perempuan yang menjalani masa kehamilan mengalami radang gusi. Jika tidak ditangani berpotensi besar memiliki anak yang lahir prematur.Kelainan ini disebut dengan istilah Pregnancy Gingivitis atau radang gusi selama kehamilan.
Permasalahan gigi dan gusi di masyarakat cenderung tidak diperhatikan, termasuk penyakit radang gusi saat kehamilan berlangsung. Kalau belum bermasalah malas ke dokter, tapi ketika sudah ketahuan penyakitnya baru ke dokter.Selain masalah hormonal, penyebab utama radang gusi pada saat hamil adalah bakteri plak. Plak merupakan suatu lapisan bahan organik yang melekat pada permukaan gigi disertai koloni bakteri. Plak akan selalu terbentuk bahkan sesaat setelah pembersihan gigi. Kalau dibiarkan dalam waktu yang lama, plak tidak hanya menyebabkan gingivitis, tetapi juga gigi berlubang (karies).Pada gigi yang tidak terawat, satu gram plak mengandung 10 miliar bakteri berbahaya. Sebelum bakteri menyebabkan gigi berlubang, ribuan bakteri menuju saluran pencernaan. Bakteri-bakteri yang berupa toksin dengan mudah masuk ke saluran genital melalui pembuluh darah dan terjadilah infeksi bakteri.
Infeksi ini menimbulkan peradangan di dalam saluran rahim. Zat yang dihasilkan, berupa liposakarida, akan menyebar ke dalam rongga rahim. Bakteri-bakteri lalu berinteraksi pada membran plasenta, yang kemudian menimbulkan kontraksi otot rahim dan pelebaran leher rahim, sehingga bakteri yang masuk lebih banyak dan akan terus berlanjut. Adanya intervensi bakteri selama kehamilan dapat menimbulkan gangguan dalam pematangan leher rahim, pengaturan kontraksi rahim dan pengiriman nutrisi ke janin serta hormon yang mengatur kehamilan. Hal ini memungkinkan robeknya membran plasenta sebelum waktunya.
Akibatnya, bayi lahir prematur dan berat badannya saat lahir sangat rendah. Oleh karena itu, saat merencanakan kehamilan, ada baiknya ibu melakukan perawatan mulut dan gigi. Dengan cara itu, ibu bisa menghindarkan diri dari kelahiran bayi secara premature.
Permasalahan radang gusi saat hamil tidak terlepas dari keberadaan mitos kehamilan. bukan tidak mungkin untuk mempercayai mitos-mitos yang beredar di masyarakat tentang kehamilan selama tidak berbahaya bagi janin yang dikandung.Setidaknya ada lima mitos yang mengatakan ibu hamil tidak boleh cabut gigi, Ibu hamil tidak boleh merawat gigi, ibu hamil tidak boleh menggunakan pasta gigi, ibu hamil tidak boleh minum antibiotika dan ibu hamil tidak boleh melakukan rontgen gigi.
Pada saat kehamilan tidak ada salahnya mempercayai mitos-mitos yang beredar di masyarakat tentang kehamilan asalkan tidak berbahaya bagi janin yang anda kandung. Namun, adakalanya mitos-mitos yang beredar ternyata berbahaya bagi kandungan anda jika di ikuti. Hal ini tidak jauh dari pengaruh pengetahuan dari ibu-ibu yang sangat minim tentang kesehatan khususnya. Sebab itu, permasalahan radang gusi saat hamil sebaiknya disikapi dengan sikap proaktif dari ibu untuk mengkonfirmasikan persoalan mitos kepada dokter atau referensi buku yang dapat dipercaya, sehingga dapat diketahui kebenaranya dan tidak hanya mengikuti sesuatu yang anda sendiri tidak mengetahui alasnya.

0 komentar:

Post a Comment