Perawatan gigi
selama hamil merupakan hal yang sangat penting. Rasa mual selama kehamilan
dapat mengakibatkan perburukan higiene
mulut dan karies gigi dapat timbul. Tidak ada perubahan fisiologis selama
hamil, yang dapat menimbulkan karies gigi. Kalsium dan fosfor didalam gigi
menetap di email. Karena itu pepatah kuno mengatakan “setiap anak mendapat satu
gigi” adalah tidak benar.
Ada banyak perubahan pada seorang
perempuan ketika dalam masa hamil. Mulai dari gejala hormonal, perubahan
saluran pencernaan dan perubahan fisik. Perubahan hormonal pada
mulut dan gigi Ibu saat hamil menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh
darah dan peningkatan reaksi inflamasi (peradangan) pada gusi (gingiva)
Saat hamil sering
terjadi karies yang berkaitan dengan emisis dan hiperemisis gravidarum,
hipersaliva dapat menimbulkan timbunan kalsium disekitar gigi. Memeriksa gigi
saat hamil diperlukan untuk mencari kerusakan gigi yang dapat menjadi sumber
infeksi.
Pada kehamilan gusi
terjadi hiperemi, berongga dan membengkak, dimana gusi cenderung berdarah
karena kadar estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan vaskularitas
selektif dan proliferasi jaringan ikat. Dan pengeluaran air liur meningkat pada
beberapa ibu selama kehamilan sehingga menambah kesulitan untuk makan dan
menyebabkan gangguan pada gigi sehingga terjadi pembengkakan gusi.
Ironisnya, kelainan mulut dan gusi
kerap diacuhkan perempuan yang sedang menjalani masa kehamilan. Padahal
Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) mencatat radang gusi merupakan masalah
mulut dan gigi yang sering menimpa ibu hamil. Sebanyak 5-10% mengalami
pembengkakan gusi.Berdasarkan
temuan Journal of Periodontology yang diterbitkan 1996. Riset itu mencatat 7
dari 10 perempuan hamil yang menderita radang gusi berpotensi besar memiliki
anak yang lahir secara prematur. Data itu diperkuat Survei Kesehatan Nasional
2002 yang menyebutkan bahwa 77% dari ibu hamil yang menderita radang gusi
melahirkan bayi secara prematur.
Sekitar 50% wanita hamil mengalami
gingivitis (radang pada gusi) pada kehamilan. Gingivitis tersebut terjadi
karena peningkatan kadar hormon progesteron yang berakibat gusi Ibu bereaksi
lebih terhadap bakteri yang terdapat di plak gigi. Peningkatan suplai
pendarahan pada rongga mulut juga dapat meningkatkan sensitivitas gusi dan
perdarahan terhadap gusi. Pencegahan gingivitis kehamilan dilakukan dengan
menjaga kebersihan rongga mulut, gosok gigi secara teratur, dan dental floss.
Reaksi peradangan ini ditandai
dengan perubahan warna gusi menjadi lebih merah, mudah berdarah, dan gusi
membengkak (hiperplasi gingiva). Lima dari 10 perempuan yang menjalani masa
kehamilan mengalami radang gusi. Jika tidak ditangani berpotensi besar memiliki
anak yang lahir prematur.Kelainan ini disebut dengan istilah Pregnancy
Gingivitis atau radang gusi selama kehamilan.
Permasalahan
gigi dan gusi di masyarakat cenderung tidak diperhatikan, termasuk penyakit
radang gusi saat kehamilan berlangsung. Kalau belum bermasalah malas ke dokter,
tapi ketika sudah ketahuan penyakitnya baru ke dokter.Selain masalah hormonal,
penyebab utama radang gusi pada saat hamil adalah bakteri plak. Plak merupakan
suatu lapisan bahan organik yang melekat pada permukaan gigi disertai koloni
bakteri. Plak akan selalu terbentuk bahkan sesaat setelah pembersihan gigi.
Kalau dibiarkan dalam waktu yang lama, plak tidak hanya menyebabkan gingivitis,
tetapi juga gigi berlubang (karies).Pada gigi yang tidak terawat, satu gram
plak mengandung 10 miliar bakteri berbahaya. Sebelum bakteri menyebabkan gigi
berlubang, ribuan bakteri menuju saluran pencernaan. Bakteri-bakteri yang
berupa toksin dengan mudah masuk ke saluran genital melalui pembuluh darah dan
terjadilah infeksi bakteri.
Infeksi ini menimbulkan peradangan
di dalam saluran rahim. Zat yang dihasilkan, berupa liposakarida, akan menyebar
ke dalam rongga rahim. Bakteri-bakteri lalu berinteraksi pada membran plasenta,
yang kemudian menimbulkan kontraksi otot rahim dan pelebaran leher rahim,
sehingga bakteri yang masuk lebih banyak dan akan terus berlanjut. Adanya
intervensi bakteri selama kehamilan dapat menimbulkan gangguan dalam pematangan
leher rahim, pengaturan kontraksi rahim dan pengiriman nutrisi ke janin serta
hormon yang mengatur kehamilan. Hal ini memungkinkan robeknya membran plasenta
sebelum waktunya.
Akibatnya, bayi lahir prematur dan
berat badannya saat lahir sangat rendah. Oleh karena itu, saat merencanakan
kehamilan, ada baiknya ibu melakukan perawatan mulut dan gigi. Dengan cara itu,
ibu bisa menghindarkan diri dari kelahiran bayi secara premature.
Permasalahan radang gusi saat hamil
tidak terlepas dari keberadaan mitos kehamilan. bukan tidak mungkin untuk
mempercayai mitos-mitos yang beredar di masyarakat tentang kehamilan selama
tidak berbahaya bagi janin yang dikandung.Setidaknya ada lima mitos yang
mengatakan ibu hamil tidak boleh cabut gigi, Ibu hamil tidak boleh merawat
gigi, ibu hamil tidak boleh menggunakan pasta gigi, ibu hamil tidak boleh minum
antibiotika dan ibu hamil tidak boleh melakukan rontgen gigi.
Pada saat kehamilan
tidak ada salahnya mempercayai mitos-mitos yang beredar di masyarakat tentang
kehamilan asalkan tidak berbahaya bagi janin yang anda kandung. Namun,
adakalanya mitos-mitos yang beredar ternyata berbahaya bagi kandungan anda jika
di ikuti. Hal ini tidak jauh dari pengaruh pengetahuan dari ibu-ibu yang sangat
minim tentang kesehatan khususnya. Sebab itu, permasalahan radang gusi saat
hamil sebaiknya disikapi dengan sikap proaktif dari ibu untuk mengkonfirmasikan
persoalan mitos kepada dokter atau referensi buku yang dapat dipercaya, sehingga
dapat diketahui kebenaranya dan tidak hanya mengikuti sesuatu yang anda sendiri
tidak mengetahui alasnya.
0 komentar:
Post a Comment