Setiap remaja akan mengalami pubertas. Pubertas merupakan masa awal
pematangan seksual, yakni suatu periode dimana seorang anak mengalami perubahan
fisik, hormonal, dan seksual serta mampu mengadakan proses reproduksi.
Pubertas pada remaja putri umumnya terjadi pada usia 9-16 tahun.
Tampaknya usia pubertas dipengaruhi oleh faktor kesehatan dan gizi, juga faktor
sosial-ekonomi dan keturunan. Remaja putri yang gemuk cenderung mengalami
siklus menstruasi pertama lebih awal. Sedangkan remaja putri yang kurus dan
kekurangan gizi cenderung mengalami siklus menstruasi pertama lebih lambat.
Siklus menstruasi pertama juga terjadi lebih awal pada remaja putri yang
tinggal di kota.
1. Siklus
Menstruasi.
Menstruasi merupakan proses pelepasan dinding rahim (endometrium) yang
disertai dengan perdarahan dan terjadi secara berulang setiap bulan kecuali
pada saat kehamilan. Menstruasi yang berulang setiap bulan tersebut pada
akhirnya akan membentuk siklus menstruasi.
Menstruasi pertama (menarche)
pada remaja putri sering terjadi pada usia 11 tahun. Namun tidak tertutup
kemungkinan terjadi pada rentang usia 8-16 tahun. Menstruasi merupakan pertanda
masa reproduktif pada kehidupan seorang perempuan, yang dimulai dari menarke
sampai terjadinya menopause.
Awal siklus menstruasi dihitung sejak terjadinya perdarahan pada hari ke-1 dan berakhir tepat sebelum siklus menstruasi berikutnya. Umumnya, siklus menstruasi yang terjadi berkisar antara 21-40 hari. Hanya 10-15% wanita yang memiliki siklus 28 hari. Jarak antara siklus yang paling panjang biasanya terjadi sesaat setelah menarke dan sesaat sebelum menopause.
Bagi remaja putri, mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur pada masa-masa awal adalah hal yang normal. Mungkin saja remaja putri mengalami jarak antar 2 siklus berlangsung selama 2 bulan atau dalam 1 bulan terjadi 2 siklus. Namun jangan khawatir, setelah beberapa lama siklus menstruasi akan menjadi lebih teratur.
Awal siklus menstruasi dihitung sejak terjadinya perdarahan pada hari ke-1 dan berakhir tepat sebelum siklus menstruasi berikutnya. Umumnya, siklus menstruasi yang terjadi berkisar antara 21-40 hari. Hanya 10-15% wanita yang memiliki siklus 28 hari. Jarak antara siklus yang paling panjang biasanya terjadi sesaat setelah menarke dan sesaat sebelum menopause.
Bagi remaja putri, mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur pada masa-masa awal adalah hal yang normal. Mungkin saja remaja putri mengalami jarak antar 2 siklus berlangsung selama 2 bulan atau dalam 1 bulan terjadi 2 siklus. Namun jangan khawatir, setelah beberapa lama siklus menstruasi akan menjadi lebih teratur.
Pengetahuan akan siklus menstruasi yang dialami sangatlah penting
bagi remaja putri. Dengan mengetahui pola siklus menstruasi akan membantu dalam
memperkirakan siklus menstruasi yang akan datang.
Siklus dan lamanya menstruasi dapat diketahui dengan membuat catatan
pada kalender. Tandai setiap hari ke-1 siklus menstruasi yang terjadi setiap
bulannya dengan tanda silang, lalu hitung sampai tanda silang berikutnya.
Dengan cara ini, Anda dapat mengetahui pola siklus menstruasi pada diri Anda. Setiap
bulan, setelah hari ke-5 dari siklus menstruasi, endometrium mulai tumbuh dan
menebal sebagai persiapan terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan. Sekitar
hari ke-14 terjadi pelepasan telur dari ovarium (disebut ovulasi). Sel telur
ini masuk ke dalam salah satu tuba falopii. Di dalam tuba falopii dapat terjadi
pembuahan oleh sperma. Jika terjadi pembuahan, sel telur akan masuk ke dalam
rahim dan mulai tumbuh menjadi janin sehingga terjadilah kehamilan. Pada
sekitar hari ke-28, jika tidak terjadi pembuahan, maka endometrium akan
dilepaskan dan terjadilah perdarahan atau disebut sebagai siklus menstruasi.
Siklus dapat berlangsung selama 3-5 hari, terkadang sampai 7 hari. Proses
pertumbuhan dan penebalan endometrium kemudian dimulai lagi pada siklus
berikutnya.
Siklus menstruasi dibagi menjadi 3 fase, yakni fase folikuler, fase
ovulatoir, dan fase luteal.
a)
Fase Folikuler
Fase folikuler dimulai dari hari ke-1
sampai sesaat sebelum kadar LH meningkat dan terjadi pelepasan sel telur
(ovulasi). Dinamakan fase folikuler karena pada saat ini terjadi pertumbuhan
folikel di dalam ovarium. Pada pertengahan fase folikuler, kadar FSH sedikit
meningkat sehingga merangsang pertumbuhan sekitar 3-30 folikel yang
masing-masing mengandung 1 sel telur. Tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh,
yang lainnya hancur. Pada suatu siklus, sebagian
endometrium dilepaskan sebagai respon terhadap penurunan kadar hormon estrogen
dan progesteron. Endometrium terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling atas dan
lapisan tengah dilepaskan, sedangkan lapisan dasarnya tetap dipertahankan dan
menghasilkan sel-sel baru untuk kembali membentuk kedua lapisan yang telah
dilepaskan.
Perdarahan
menstruasi berlangsung selama 3-7 hari, rata-rata selama 5 hari. Darah yang
hilang sebanyak 28-283 gram. Darah menstruasi biasanya tidak membeku kecuali
jika perdarahannya sangat hebat.
b)
Fase Ovulatoir.
Fase
ovulatoir dimulai ketika kadar LH meningkat dan pada fase ini dilepaskan sel
telur. Sel telur biasanya dilepaskan dalam waktu 16-32 jam setelah terjadi
peningkatan kadar LH.
Folikel
yang matang akan menonjol dari permukaan ovarium, akhirnya pecah dan melepaskan
sel telur. Pada saat ovulasi ini beberapa wanita merasakan nyeri tumpul pada
perut bagian bawahnya, nyeri ini dikenal sebagai mittelschmerz, yang
berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa jam.
c)
Fase Luteal
Fase ini terjadi setelah ovulasi dan
berlangsung selama sekitar 14 hari. Setelah melepaskan telurnya, folikel yang
pecah kembali menutup dan membentuk korpus luteum yang menghasilkan sejumlah
besar progesteron. Progesteron menyebabkan suhu tubuh sedikit meningkat selama
fase luteal dan tetap tinggi sampai siklus yang baru dimulai. Peningkatan suhu
ini bisa digunakan untuk memperkirakan terjadinya ovulasi.
Setelah
14 hari, korpus luteum akan hancur dan siklus yang baru akan dimulai, kecuali
jika terjadi pembuahan. Jika telur dibuahi, korpus luteum mulai menghasilkan
HCG (human chorionic gonadotropin). Hormon ini memelihara korpus
luteum yang menghasilkan progesteron sampai janin bisa menghasilkan hormonnya
sendiri. Tes kehamilan didasarkan kepada adanya peningkatan kadar HCG.
0 komentar:
Post a Comment