BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Morbili adalah penyakit virus akut,
menular yang di tandai dengan 3 stadium yaitu stadium katar, stadium erupsi dan
stadium konvalen. Biasanya penyakit ini timbul pada kanak-kanak dan kemudian
menyebabkan kekebalan seumur hidup. (Ngatisah 2005)
Penyebab morbili adalah virus famili
paramyxovirus yaitu genus virus morbli. Virus ini sangat sensitif terhadap
panas dan dingin, dapat di non aktif kan pada suhu 30°C sampai -20°C, sinar
ultraviolet, eter, tripsin, dan betapropiolakton. Sedangkan formalin dapat
memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak menganggu aktivitas komplemen,
penyakit ini di sebarkan secara droplet melalui udara. (Ngastiyah 2005)
Gambaran klinis morbili dengan masa
inkubasi 10-21 hari, morbili selalu di dahului dengan demam tinggi, di ikuti
dengan kelainan kulit berupa kemerahan makulopapular yang menjalar ke leher,
dada dan ekstremitas. Kemaraha kulit akan menghilang dalam 3-5 hari dan gejala
bertahap mereda. (Pringiutomo S, 2002).
Komplikasi yang terjadi berupa otitis
media akut, ensevalitis, broncopneumonia. Broncopneumonia ini dapat menyebabkan
kematian bayi yang masih muda, anak yang dengan malnutrisi energi-protein,
pasien yang berpenyakit menahun misalnya tuberculosis, leukemia dan lainnya.
(Ngastiyah 2005).
Penatalaksanaan pengobatan dengan
antiperitika bila suhu tinggi,sedativum, obat batuk dan memperbaiki keadaan
umum. Pasien morbili dengan bronkopneumonia perlu di rawat di rumah sakit
karena karena memerlukan pengobatan yang memadai (kadang perlu di infus dan
O2).(Ngastiyah,2005).
Masalah keperawatan yang timbul pada
pasien dengan morbili adalah pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
peningkatan suhu tubuh, intoleransi aktifitas dan kurang pengetahuan orang tua
mengenai penyakit.(Carpenito, 2005).
Peran perawat terhadap pasien dengan
morbili adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan terhadap kebutuhan dasar
manusia yang di butuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan sehingga dapat di tentukan diagnosis keperawatan
agar bisa di rencanakan dan di laksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan
tingkat kebutuhan dasar manusia. (Hidayat A,2004).
Sejak tahun 1970 penyakit campak di
indonesia telah mendapat perhatian khusus, yaitu sejak terjadi wabah campak
yang cukup serius di pulau lombok, dengan kematian 330 di antara 12.107 kasus
dan di pulau bangka terdapat kematian di antara 407 kasus. Kejadian luar biasa
campak masih sering tejadi, misalnya di kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang
pada tahun 1981, dengan CFR 15%(1,5). Sedangkan KLB campak tahun 1998 di
palembang, Madura, Lampung dan Bengkulu terbanyak mengenai umur 5-9 tahun yaitu
berturut-turut 59,63, 16,7 dan 25%. Proporsi yang tidak di imunisai antara
77,1-100%, CFR 1-4% dengan rata-rata 18-54 kasus.( Hariyono S,2003).
Melihat kompleknya permasalahan yang
timbul maka di perlukan peran perawat yang spesifik dalam menghadapi masalah
yang ada pada pasien dengan memberikan
asuhan keperawatan secara komprehensif
yang mencakup aspek Bio, Psiko, sosial, dan Spiritual.
B. Tujuan penulisan
1.
Tujuan umum
Untuk mendapatkan gambaran dan
pengalaman nyata tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Anak Ms dengan
morbili di ruang Rawat Inap Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten melalui
pendekatan proses keperawatan secara Komprehensif.
2.
Tujuan Khusus
a.
Dapat melakukan pengkajian keperawatan secara komprehensif pada Anak Ms
dengan morbili di Ruang Rawat Inap Anak Rumah Sakit Umum Daerah.
b. Dapat mengidentifikasi masalah
keperawatan berdasarkan data-data yang di peroleh pada Anak Ms dengan morbili
di Ruang Rawat Inap Anak Rumah Sakit Umum Daerah.
c.
Dapat merencanakan tindakan keperawatan pada Anak Ms dengan morbili di Ruang Rawat Inap Anak Rumah
Sakit Umum Daerah.
d.
Dapat melaksanakan tindakan asuhan keperawatan yang timbul pada Anak Ms
dengan morbili di Ruang Rawat Inap Anak Rumah Sakit Umum Daerah.
e. Dapat mengevaluasi hasil tindakan
yang di laksanakan terhadap tindakan pada
Anak Ms
f.
Dapat mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Anak Ms dengan morbili
di Ruang Rawat Inap Anak Rumah Sakit Umum Daerah.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan
yang di temukan pada pasien dengan morbili dari sudut teoritis maupun dari
hasil yang di dapatkan pada tinjauan kasus. Penulis akan membahas asuhan
keperawatan pada An. Ms di Ruang Rawat Anak Rumah Sakit Umum Daerah sejak
tanggal 27 Oktober sampai dengan 30 Oktober 2010.
A. Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 27
Oktober 2010 terhadap An. Ms umur 2 tahun, Jenis kelamin perempuan ,alamat Blan
kula, suku, No CM : 093665, dengan
diagnosa medis morbili. Secara teoritis Morbili adalah penyakit virus akut,
menular yang di tandai dengan 3 stadium yaitu stadium katar, stadium erupsi dan
stadium konvalensi. Biasanya penyakit ini timbul pada kanak-kanak dan kemudian
dan menyebabkan kekebalan seumur hidup. (Ngastiyah, 2005)
Melalui wawancara dengan keluarga
pasien, didapatkan keluhan utama pasien mengalami demam tinggi (40°c) dengan bintik-bintik pada kulit. Secara teoritis terjadinya
morbili disebabkan oleh virus famili paramyxovirus yaitu genus virus morbili.
Virus ini sangat sensitive terhadap panas dan dingin, dapat di nonaktif kan
pada suhu 30°c sampai -20°c, sinar ultravolet, eter, tripsin, dan betapropiolakton. Sedang kan formalin dapa
memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu akivitas komplemen,
penyakit ini di sebarkan secara droplet melalui udara. (Ngastiyah, 2005).
Dari riwayat penyakit sekarang
Pasien di bawa keluarganya ke IGD Rumah Sakit Umum Sigli Pada tanggal
26-10-2010 dengan keluhan demam tinggi serta bintik-bintik hitam pada kulit di
seluruh bagian tubuh. Keadaan umum pasien lemah dan pasien sering menangis.
Secara teoritis tanda dan gejala morbili adalah dengan masa inkubasi 10-12
hari, sekitar 14 hari jika munculnya ruam yang di pilih,jarang masa inkubasi
dapat sependek 6-10 hari. Kenaikan ringan pada suhu tubuh dapat terjadi 9-10
hari dari hari infeksi dan kemudian menurun selama 24 jam atau di sekitarnya. (
Nelson,2000).
Dari riwayat penyakit dahulu
Keluarga Pasien mengatakan sebelumnya pasien tidak pernah mengalami penyaki
seperti yang di deritanya sekarang. Pasien pernah mengalami batuk dan demam
biasa. Secara teoritis pada anak dengan morbili dapat di temukan adanya demam ,
nyeri tenggorokkan, nafsu makan menurun, adanya bercak putih kelabu, kelemahan
pada ekstremitas. (A.Aziz Alimul Hidayat, 2002).
Dari riwayat penyakit
keluarga,Keluarga Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya pasien yang
mengalami Penyakit yang sama seperti yang di derita pasien sekarang dan
keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita
penyakit keturunan maupun penyakit. Secara teoritis morbili bukan
merupakanpenyakit keturunan namun kekebalan morbili bisa didapatkan oleh bayi
sampai usia 6 bulan melalui ibu yang sudah pernah terjangkit morbili.
(Ngastiyah, 2005).
Dari riwayat tumbuh kembang
pasien pada usia 3 bulan menurut keterangan ibu si anak hanya di beri ASI dan
anak sudah dapat menatap muka orang. Sudah dapat bereaksi terhadap
bunyi-bunyian, lahir dengan berat badan 2700 gram.Usia 4-6 bulan, anak masih
minum ASI, makanan yang di berikan yaitu nasi dengan pisang yang di haluskan.
Anak bisa tengkurap, berbalik dan anak juga dapat memasuki jari ke dalam mulut.
Pada usia 7-12 bulan, anak masih tumbuh dalam keadaan normal dan makanan yang
di berikan berupa nasi biasa, anak mulai belajar duduk, merangkak tapi anak
belum bisa berjalan. Pada usia 13-17 bulan anak masih tumbuh dalam keadaan normal
dan juga makan berupa nasi biasa, anak sudah bisa berjalan. Secara teoritis
morbli biasanya timbul pada kanak-kanak terutama anak-anak yang mengalami
masalah dengan riwayat tumbuh kembangnya dan kemudian menyebabkan kekebalan
seumur hidup. Penyakit ini sangat berat bila mengenai anak terutama yang
berumur lebih muda karena morbili di sertai kelainan yang khas berupa infeksi
saluran nafas bagian atas, demam di sertai timbul nya kemerahan pada kulit.
(Nursalam,M 2005).
Riwayat imunisasi menurut keterangan ibu,
anak mendapatkan imunisasi, jenis imunisasi yang di berikan adalah BCG 1 kali
di berikan pada usia 1 bulan.DPT 3 kali di berikan pada usia 23,4 bulan. Polio
4 kali di berikan pada usia 1,2,3 dan 4 bulan. Campak 1 kali di berikan pada
usia 9 bulan. Secara teoritis beberapa penelitian sekarang memberi kesan bahwa
bayi dari ibu dengan imunitas karena vaksin
campak kehilangan antibodi pasifnya pada umur yang lebih muda dari pada
bayi dari ibu yang telah menderita infeksi campak. Bayi dari ibu yang rentan
terhadap campak tidak mempunyai imunitas campak dan dapat ketularan penyakit
ini bersama ibu sebelum atau sesudah melahirkan. (Nelson ,2000).
Pola kebiasaan sehari-hari pola
nutrisi Sebelum Sakit Ibu pasien mengatakan, pasien makan tiga kali sehari dengan
jenis makanan nasi, lauk, sayur. Sedangkan pola minum pasien, pasien minum susu
botol 5-6 kali sehari dan pasien masih minum ASI 4-6 kali perhari. Selama Sakit
Ibu pasien mengatakan selama sakit pasien tidak ada selera makan dan pasien
hanya dapat menghabiskan 2-3 sendok saja.
Selama di rawat pasien hanya minum susu 3-4 kali sehari. Pasien tidak
mau minum ASI. Secara teoritis anak yang terjangkit morbili akan mengalami
gangguan dengan pemenuhan nutrisinya, anak tidak mempunyai nafsu makan karena
anak mengalami demam. Dan morbili akan sangat berat bila terjangkit anak dengan
gizi buruk. (Pringgiutomo, 2005).
Pola eliminasi Sebelum Sakit Pasien
buang air besar dengan teratur dengan frekuensi 1-2 kali sehari dengan
konsistensi setengah padat warna kuning kecoklatan dan buang air kecil ± 6 kali sehari. Selama Sakit
Buang air besar dan buang air kecil pasien tidak mengalami gangguan, pasien
buang air besar 1-2 kali sehari dengan konsistensi setengah padat warna kuning
kecoklatan dan buang air kecil ± 4 kali
sehari..
Pola istirahat/tidur, Sebelum
sakit Pasien tidur 10-12 jam sehari ditambah tidur siang 2 jam. Selama sakit
Istirahat pasien tidak terganggu, pasien dapat istirahat 10-12 jam sehari.
Pasien tidak mau tidur siang karena rewel.
Pola aktivitas Sebelum Sakit Keluarga
Pasien mengatakan pasien dapat bermain seperti anak-anak yang lain. Selama
sakit Pasien tidak dapat bermain dan segala kebutuhan pasien di bantu oleh
keluarga dan perawat.
Personal hygiene, Sebelum sakit Kebersihan tubuh pasien terjaga dengan
baik meskipun harus di bantu oleh keluarganya. Selama sakit Kebersihan tubuh
pasien terjaga dengan baik pasien di seka di tempat tidur oleh ibunya dan
keluarganya.
Data psikologis selama dalam perawatan
keluarga sering bertanya tentang kondisi anak dan kapan anak boleh di bawa
pulang oleh keluarga.
Data sosial keluarga pasien dan pasien
dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar, mampu bekerja sama secara baik
dengan tim kesehatan yang datang untuk memberikan tindakan.
Pemeriksaan fisik pasien, pada pemeriksaan umum di
dapatkan keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, berat badan 11 kg sebelum
sakit, 10 kg selama sakit, nadi 120 x/m, temperatur 39 °C, respirasi 28x/m, tinggi badan 88 cm. pada pemeriksaan khusus
didapat data pada pemeriksaan inspeksi kepala tidak adanya lesi, bentuk
simetris ubun-ubun sempurna tidak cekung, kulit elastisitas kulit menurun,
kulit kering, mulut mukosa kering dan kotor, gusi berdarah, wajah tidak di
temukan udema, sianosis terdapat bintik-bintik merah, leher bentuk simetris
tidak ada benjolan, dada bentuk simetris, abdomen simetris, tidak di temukan
asites, ekstremitas atas, simetris,
pergerakan kaku, terdapat bintik-bintik merah dan terpasang infus RL,
ekstremitas bawah simetris, pergerakan kaku. Palpasi denyut nadi 120 x/m,
perkusi, reflek patella normal, auskultasi, peristaltik usus meningkat,
Pemeriksaan penunjang, pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan data, Hb gr d/I, nilai normal
8-10 gr d/I, eritrosit 4,5 juta nilai normal 4-5 juta, leukosit 12.000 nilai normal 12000-14000.
Therapi medis yang diberikan adalah
diet MII (lunak), IVFD-RL, kec 30 tts/m, injeksi cefotaxime 350 mg/12 jam,
dexametason 1/3 A /8 jam, Oral-B complek sup 1x1 sdm, paracetamol sup 4x1 sdm.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang
respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses
kehidupan. Diagnosa keperawatan memberikan dasar penilaian intervensi
keperawatan untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat.
(Carpenito, 2005).
Berdasarkan teoritis diagnosa keperawatan yang muncul
pada pasien dengan morbili adalah pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh, peningkatan suhu tubuh, intoleransi aktifitas dan kurang pengetahuan
orang tua mengenai penyakit. (Carpenito, 2005).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada An. Ms adalah
peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan data
subjektif ibu pasien mengatakan tubuh pasien panas. Data objektif mukosa mulut
kering dan kotor, suhu tubuh 39 0C, keadaan umum lemah, terdapat
bintik-bintik merah pada kulit.
Berdasarkan data diatas dapat dilihat, bahwa tidak
terdapat kesenjangan antara diagnosa yang terdapat pada teoritis dengan
diagnosa yang muncul pada pasien An. Ms dengan morbili.
Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat ditandai dengan data
subjektif ibu pasien mengatakan anaknya tidak ada nafsu makan. Data objektif
keadaan umum lemah, makanan yang disediakan hanya dihabiskan, 2-3 sendok teh,
berat badan sebelum sakit 11 kg setelah sakit 10 kg.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
ditandai dengan data subjektif ibu pasien mengatakan anaknya tidak dapat
bermain sebagaimana biasanya. Data objektif anak rewel dan sering menangis,
keadaan umum lemah, pasien tampak digendong ibunya.
Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan anak ditandai dengan data subjektif
orang tua yang bertanya tentang kondisi anaknya, orang tua sering bertanya
tentang tindakan yang diberikan. Data objektif ekspresi wajah orang tua cemas,
suhu tubuh anak masih tinggi (39 0C).
C. Perencanaan
Adapun perencanaan yang disusun dalam menghilangkan atau
mengurangi masalah kesehatan yang dialami oleh pasien dengan cara mengikutsertakan
keluarga dan berdasarkan kebutuhan pasien saat itu.
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
infeksi, tujuan yang ingin dicapai yaitu suhu tubuh kembali nornal dengan
kriteria hasil, suhu tubuh kembali normal, maka disusulah rencana tindakan yang
meliputi pantau suhu tubuh pasien, anjurkan pasien untuk minum yang banyak,
berikan kompres dingin, kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
obat-obatan.
Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan
intake pasien dapat terpenuhi dengan kriteria hasil nafsu makan pasien kembali
normal, porsi yang disediakan dapat dihabiskan. Intervensi yang diberikan
adalah kaji tingkat intake nutrisi, berikan makanan dalam porsi sedikit tapi
sering, ciptakan lingkungan yang nyaman pada saat pemberian makanan, kolaborasi
dengan ahli gizi dengan pemberian diet pasien.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
fisik, tujuan yang ingin dicapai adalah aktifitas pasien terpenuhi dan pasien
dapat bermain sebagaimana biasanya dengan kriteria hasil keadaan umum pasien
membaik, pasien dapat bermain dana beraktifitas kembali. Intervensi yang
diberikan adalah bantu pasien dalam memenuhi segala kebutuhannya, catat
tanda-tanda vital, jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan
perlunya keseimbangan aktifitas dan istirahat.
Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang
pengetahuan orang tua tentang penyakit dan pengobatan anak, tujuan yang
diharapkan adalah kecemasan hilang atau berkurang dengan kriteria hasil orang
tua tahu dan mengerti tentang penyakit yang diderita anaknya. Intervensi yang
diberikan adalah kaji tingkat kecemasan orang tua, jelaskan tentang proses
penyakit dan prognosisnya, identisifikasi mekanisme koping orang tua.
D. Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan
rencana keperawatan yang telah disusun, pada diagnosa pertama peningkatan suhu
tubuh berhubungan dengan proses infeksi, tindakan yang diberikan adalah
memonitor vital sign setiap 15-30 menit, mencatat hasil vital sign yang
didapat, memberikan minum pasien sesering mungkin, menganjurkan pasien agar
dapat memberikan pasien minum sesering mungkin, memberikan kompres dingin pada
axsilla dan frontal, memberikan obat anti piuretik paracetamol 3x1 B complek
3x1, memberikan obat-obatan sesuai intruksi.
Pada diagnosa kedua pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat, tindakan yang diberikan
adalah mengkaji porsi makanan yang dapat dihabiskan pasien, menggantikan cairan
RL dengan kecepatan 20 tetes permenit, menyajikan makanan dalam keadaan hangat,
menyajikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering, menciptakan lingkungan yang
aman dan nyaman pada saat pasien makan, mengajurkan pada keluarga untuk selalu
menjaga kebersihan lingkungan, mengkolabotrasi dengan tim ahli gizi dalam
pemberian diet yang sesuai, memberikan diet tinggi kalori dan tinggi protein.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
fisik, tindakan yang diberikan adalah melibatkan anggota keluarga dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien, membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan
bermainnya sesuai dengan toleransinya, memonitor vital sign setiap 15-30 menit,
mencatat hasil vital sign yang didapat, memenuhi kebutuhan istirahat pasien
selama 11-12 jam perhari, menjaga ketentraman dan kenyamanan ruangan.
Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan anak, tindakan yang diberikan
adalah mengkaji tingkat kecemasan orang tua, mengajurkan agar orang tua tidak
terlalu cemas, menjelaskan tentang proses penyakit dan prognosisnya.
E. Evaluasi
Adapun hasil evaluasi asuhan keperawatan yang dilakukan
sesuai dengan masalah yang timbul pada An. Ms dengan morbili adalah semua
masalah dapat teratasi dengan baik yang yaitu peningkatan suhu tubuh masalah
hanya dapat teratasi pada hari terakhir perawatan.
Diagnosa pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat. Tujuan yang ingin dicapai
yaitu kebutuhan nutrisi terpenuhi, masalah dapat teratasi pada hari terakhir
perawatan, kriteria hasil porsi yang disediakan dapat dihabiskan dan keadaam
umum membaik.
Diagnosa yang ketiga intoleransi aktifitas berhubungan
dengan kelemahan fisik. Tujuan yang ingin dicapai yaitu pola aktifitas pasien
terpenuhi, pasien dapat bermain seperti biasanya masalah dapat teratasi pada
hari terakhir perawatan.
Diagnosa yang keempat kecemasan orang tua berhubungan
dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan anak, tujuan yang
ingin dicapai adalah kecemasan hilang atau berkurang dengan kriteria hasil
orang tua tahu dan mengerti tentang penyakit yang diderita anaknya, masalah
dapat teratasi pada hari terakhir perawatan.
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan hasil penetalaksanaan asuhan keperawatan
pada pasien dengan morbili yang di rawat di Ruang Rawat Penyakit Anak Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten dari 27 Oktober sampai dengan 30 Oktober 2010, maka
penulis dapat menerik kesimpulan dan saran-saran yang bermanfaat untuk
pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan morbili di masa-masa yang
akan datang
A. Kesimpulan
1.
Morbili adalah penyakit virus
akut, menular yang di tandai dengan 3 stadium yaitu stadium katar, stadium
erupsi dan stadium konvalensi. Biasanya penyakit ini timbul pada kanak-kanak
dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup.
2.
Berdasarkan pengkajian yang
penulis lakukan pada An. Ms maka di ketahui agen penyebab morbili adalah virus
famili paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitife
terhadap panas dan dingin, dapat di nonaktifkan pada suhu 30 0c
sampai dengan -20 0c, sinar ultraviolet,eter, tripsin, dan
betapropiolakton
3.
Permasalahan yang peulis
temukan pada An. Ms dengan morbili adalah tidak jauh berbeda dengan konsep
teori, yaitu berupa gangguan ras nyaman berhubungan dengan peningkatan suhu
tubuh, gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubu berhubungan dengan
intake nutrisi yang tidak adekuat dan intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan fisik.
4.
Perencanaan keperawatan untuk
mengatasi masalah yang timbul pada An. Ms sesuai masalah yang timbul pada
pasien dalam masa perawatan. Kemudian penulis prioritaskan rencana tindakan
sesuai dengan kebutuhn pasien, kondisi dan fasilitas serta sarana dan Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Pidie.
5.
Pelaksanaan keperawatan di
daskan pada prioritas masalah yang telah di tetapkan, pada prinsipnya semua
rencana tindaka keperawatan dapat di berikan pada pasien An. Ms hal ini karena
adanya dukungan dari pasien, keluarga dan tim kesehatan.
6.
Evaluasi dari hasil keperawatan
yang telah penulis berikan pada An. Ms adalah suhu tubuh kembali normal,
kebutuhan nutrisi pasien terpenuuhi dan kebutuhan aktifitas terpenuhi.
B. Saran – saran
1.
Untuk meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan khususnya pada asuhan keperawatan dengan morbili maka
perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan harus terus meningkatkan
profesionalisme baik dari segi sikap, pengetahuan dan keterampilan
2.
Kepada institusi pelayanan
kesehatan yaitu Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten setidaknya lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan keperawatan
sehingga hari perawatan dapat di minimalkan.
3.
Untuk menunjang keberhasilan
program pengobatan dan perawatan pasien An. Ms
dengan morbili sangat di harapkan adanya kerja sama yang baik dan saling
mendukung antar tim kesehatan sehingga akan di capai hasil yang optimal.
4.
Untuk pasien An. Ms atau
keluarga yang menderita morbili perlu memperhatikan nasehat atau
anjuran-anjuran selam perawatan. Terutama pengetahuan perawatan dan pengobatan
yang mempengaruhi proses penyembuhan morbili
5.
Perawat dapat berkolaborasi
dengan tim medis dan ahli gizi, dapat meningkatkan kerja sama tim, dan perawat
dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan pada pasien An. Ms dengan morbili.
0 komentar:
Post a Comment