1) Beberapa pengertian
Persalinan adalah Serangkaian kejadian pada ibu hamil
yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau 36 – 40 minggu,
disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh si ibu.
Persalinan terbagi tiga
jenis yakni :
a. Persalinan Spontan
yakni persalinan yang berlangsung
tanpa usaha dari luar.
b. Persalinan Induksi
yakni persalinan yang dilakukan dengan
cara menimbulkan suatu rangsangan terlebih dahulu, misalnya :
- Amniotomi.
- Pitosin
c. Tindakan :
- Operatif : Seksio Cesaria
( SC )
- Alat
– alat :
- Forsep
- Vakum Ektrasi
- Episiotomi
Post Partum adalah dimulai
setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu.
Episiotomi
adalah jenis tindakan operatif dengan mem insisi perineum untuk mengeluarkan
bayi.
2) Episiotomi pada ibu
Bersalin.
Episiotomi
adalah jenis operatif yang paling banyak dilakukan pada ibu bersalin, walaupun
hanya sedikit bukti ilmiah untuk mendukung penggunaannya. Tindakan operatif ini
bukan tanpa resiko, komplikasianya antara lain meningkatnya insiden trauma
dan/atau laserasi (termasuk perpanjangan
robekan sampai ke sfingter ani), kehilangan darah, infeksi, dispareni dan
trauma psikologis
Dengan
cara episiotomi, maka robekan perineum, regangan atot – otot dan fasia pada
dasar panggul, prolapsus uteri, stress
Incontinente serta pendarahan dalam
tengkorak janin dapat dihindarkan. Luka episiotomi lebih mudah dijahit dari
pada robekan
Mereka
yang mendukung pelaksanaan episiotomi secara rutin, terutama bagi ibi
primigravida, berpendapat bahwa episiotomi dalam jangka panjang menjaga
keutuhan perineum, disamping mengurangi insiden robekan, terutama robekan
perineum tingkat tiga. namun sekarang hal ini diperdebatkan oleh para ahli.
Dalam suatu studi di kanada yang mengamati fungsi dasar panggul ibu pasca
persalinan selama 3 bulan, yang membandingkan antara ibu yang mendapat
episiotomy dengan mereka yang mengalami robekan perenium dan ibu dengan
perenium utuh. dalam study ini diikut sertakan baik ibu bersalin multigravida
maupun primigravida. Hasilnya menunjukan bahwa ibu bersalin, tanpa memandang
paritas, dengan perineum yang utuhlah yang memiliki fungsi dasar pinggul
terbaik pada 3 bulan pasca persalinan. Ibu bersalin primigraviga yang mengalami
persalinan pervaginan dengan episiotomy, memiliki resiko lebih besar untuk
mengalami robekan perineum derajat 3 dan 4. studi ini dan studi lain
menunjukkan bahwa ibu bersalin primigravida tidak memiliki resiko lebih besar
untuk mengalami laserasi hebat dan trauma pada dasar panggul, kesimpulannya
adalah tidak ada bukti yang mendukung praktek episiotomi rutin pada
primigravida
3) Indikasi Pengunaan
Episiotomi
a.
Mempercepat kelahiran
dengan melakukan episiotomi bila ada tanda-tanda gawat janin pada saat kepala
bayi merenggangkan perineum.
b.
Komplikasi kelahiran per vaginan seperti
sungsang,distorsi bahu, forsep, vakum, ektraksi cunam.
c.
Perlindungan pada
kepala bayi premature jika perenium ketat.
d.
Jaringan parut pada
perenium atau vagina.
4) Klasifikasi Episiotomi
Tindakan
operatif Episiotomi dapat dibagi mengadi 3 berdasarkan cara melakukan insisi.
a)
Episiotomi Medialis
yakni
insisi yang di lakukan pada garis tengah kemudian menjelang akhir kemudian
insisi diatrah kan secara melintang, diperkirakan insisi itu akan memperluas diameter
jalan lahir.
b)
Episiotomi
Medio-lateralis
yaitu
irisan diarahkan mulai garis tengah dan diarahkan ke lateral sekitar 15 derajat.
c)
Episiotomi Lateralis.
5) Penanganan dengan Episiotomi
Penanganan Episiotomi adalah sebagai berikut
;
a)
Infiltrasi Perinium
-
Siapkan Spuit 10 ml
dengan lignokain 0,5%
-
Jelaskan kepada pasien
apa yang akan dilakukan dan bantulah ia untuk rilek.
-
Tempatkan dua jari di
antara kepala janin dan parinium ibu
-
Masukan seluruh jarum
mulai dari Fourchete, menembus persis
dibawah kulit dan otot perineum, sepanjang garis episiotomi.
-
Suntikan pada garis
tengah secara merata sampil menarik jarumnya keluar.
-
Suntikan pada sisi dari
garis tengah
-
Suntikan ke bagian
tengah dari dinding belakang vagina. lindungi kepala bayi dengan meletakan
jari-jari antara kepala bayi dan jarum
-
Tunggu 2 menit setelah
suntikan agar obat anesthesia bekerja.
Catatan : Aspirasi
umtuk menyakinkan suntikan lignokain tidak masuk kedalam pembuluh darah. Kejang
dan kematian dapat terjadi bila lignokain diberikan lewat pembuluh darah (IV)
b)
Cara Episiotomi
-
Episiotomi dilakukan
bila perineum telah tipis atau kepala bayi tampak sekitar 3 -4 Cm. Episiotomi
dapat menyebabkan pendarahan, sehingga jangan dilakukan terlalu dini.
-
Letakkan 2 jari di
antara kepala bayi dan perineum dengan mengunakan sarung tangan steril
-
Gunakan gunting dan
buat sayatan 3 – 4 Cm mediolateral
-
Jaga perineum dengan
tangan pada saat kepala bayi lahir agar insisi tidak meluas.
c)
Perbaikan Episiotomi
-
Antisepsis pada daerah
episiotomy
-
Jika Luka episiotomy
meluas, tangani seperti robekan tingkat III dan IV.
-
Jahit mukosa vagina
secara jelujur dengan cutgut 2-0
Mulai
dari sekitar 1 cm di atas puncak episiotomy sampai pada pada batas vagina.
Gunakan
pinset untuk menarik benang 2-0 secara interuptus.
-
Jahit otot perineum
dengan benang 2-0 secara interuptus
-
Jahit kulit secara
interuptus atau subkutikuler dengan benang 2-0
d)
Penanganan Komplikasi
-
Jika terdapat hematoma,
darah dikeluarkan, jika tidak ada tanda infeksi dan pendarahan sudah terhenti,
lakukam penjahitan.
-
Jika terjadi infeksi,
buka dan drain luka. berikan
Ampisillin
500 mg per oral 4 kali sehari
Metronidazol
400 mg per oral 3 kali sehari
-
Jika infeksi mencapai
otot dan terdapat nekrosis, lakukan debridemam dan berikan antibiotika secara
kombinasi sampai pasien bebas deman 48 jam
Penisillin
G 2 juta unit setiap 6 jam
Gentamisin
5 mg/kg/berat badan setian 24 jam.
Metrodazol
400 mgper oral 3 kali sehari selama 5 hari
sesudah
pasien bebas demem selama 48 jam berikan ampisillin 500mg dan metronidazol 400
mg 3 kali sehari
-
Luka dapat dijahit
setelah tenang 2 – 4 minggu kemudian.
0 komentar:
Post a Comment