Sunday, 29 September 2013

Konsep Dasar Abortus Imminen



1.      Pengertian
Abortus  adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup diluar kandungan. Atau keluarnya janin dengan berat kurang dari 1000 gram atau umur kehamilan kurang dari 20 minggu.()
Abortus Imminen  adalah peristiwa tarjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks ()
2.      Etiologi Abortus Imminen
Pada kehamilan muda abortus tidak jarang oleh kematian mudigah. Sebaliknya, pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan masih hidup, Hal-hal yang menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai berikut,
a.       Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian  janin atau cacat. Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil- muda. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut.
1)      Kelainan kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada Abortus Spontan ialah trisomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.
2)      Lingkungan kurang sempurna, Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga memberi zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.
3)      Pengaruh dari luar, virus, obat-obatan dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.
b.      Kelainan pada Plasenta
Endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.  
c.       Penyakit Ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria dan lain-lain dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk kejanin, sehingga menyebabkan kematian janin dan kemudian terjadilah abortus, Anemia berat, keracunan, laparotomi, peritonitis umum dan penyakit menahun seperti brusellosis, mononucleosis infeksiosa, toksoplasmosis juga dapat menyebabkan abortus walaupun lebih jarang.
d.      Kelaian traktus genitalis
Retroversio uteri, miomata uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus. Tetapi harus di ingat bahwa hanya retroversia uteri gravity inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan penting. sebab lain abortus dalam trisemister ke 2 ialah servik inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada servik, dilatasi serviks berlebihan, konisasi, amputasi atau robekan servik luas yang tidak dijahit.
3.         Patofisiologi
Pada awal abortus terjadilah pendarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan disekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebahagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi ini biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepas sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yag dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plesenta segara terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk bentuk. Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tampa bentuk yang jelas (Blighted ovum), mungkin pula janin telah mati lama (missed abortion).
Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, kama ia dapat diliputi olah lapisan bekuan darah. Isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi, sehingga semuanya tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion.
Pada janin yang telah meninggal  dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi, janin mengering dan arena cairan amnion menjadi kurang oleh sebab diserap, ia menjadi agak gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas perkanen (fetus papiraseus).
Kemungkinan lain pada janin – mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan.    
4.         Gejala
Dijumpai amenorea, pendarahan sedikit demi sedikit yang berulang pada permulaannya, serta selama observasi fundus tidak bertambah tinggi, malahan bertambah rendah. kalau tadinya ada gejala-gejala kehamilan. belakangan menghilang, diiringgi dengan reaksi kehamilan yang menjadi negative ada 2 – 3 minggu sesudah fetus mati. pada pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit. sekali-kali pasien merasa perutnya dingin dan kosong. ()
-          Perdarahan pervaginan pada kehamilan kurang dari 20 minggu, disertai rasa mulas yang sering dan kuat.
-          Pada pemeriksaan in spekulo, terdapat  dilatasi serviks, terlihat darah keluar dari ostium uteri eksternum.
5.         Klasifikasi Abortus Spontan.
a.       Abortus Kompletus (Keguguran Lengkap)
Seluruh hasil konsepsi di keluarkan (Desidua dan fetus), sehingga ruang rahim kosong.
b.      Abortus Inkompletus (Keguguran tersisa)
Hanya sebahagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.


c.       Abortus Insipiem ( Keguguran sedang berlangsung)
adalah abortus yang sedang berlangsung, dengan obsiun sudah terbuka dan kutuban yang teraba, kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi.
d.      Abortus Iminen (Keguguran membakat)
Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks.
dalam hal Ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat – obat hormonal dan antispasmodika serta istirahat.
Kalau pendarahan setelah beberapa minggu masih ada, maka perlu ditentukan apakah kehamilan masih baik atau tidak. Kalau reaksi kehamilan dua kali berturut turut negative, maka sebaiknya uterus dikosongkan (Kuret) ()
e.       Missed Abortion
adalah janin telah mati tetapi masih ada didalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.
Fetus yang meninggal ini
a)      bisa keluar dengan sendirinya dalam 2 – 3 bulan setelah fetus mati.
b)      Bisa diresorbsi kembali sehingga hilang
c)      Bisa terjadi mengering dan menipis yang disebut fetus papyraceus
d)      Bisa menjadi mola karnosa, dimana fetus yang telah mati satu minggu akan mengalami degenerasi dan air ketubannya diresorbsi.
f.       Abortus Habitualis ( Keguguran berulang)
Adalah dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut tiga kali atau lebih.
Menurut HERTIG abortus spontan terjadi dalam 10% dari kehamilan dan abortus Habitualis 3,6 – 9,8% dari abortus spontan.
Kalau seorang penderita telah mengalami 2 kali abortus berturut-turut maka optimisme untuk kehamilan berikutnya berjalan normal adalah 63%. Kalau abortus 3 kali berturut – turut, maka kemungkinankehamilan ke 4 berjalan normal hanya sekitar 16 %.
g.      Abortus Infeksiosus dan abortus servik
Abortus Infeksius adalah Keguguran yang disertai infeksi genital. Abortus Septik adalah keguguran yang disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya kedalam peredaran darah atau peritoneum.
Hal ini sering ditemukan pada abortus in kompletus atau abortus buatan, teritama yang kriminalis tampa memperhatikan syarat-syarat aseptis dan antiseptis, bahkan pada keadaan tertentu dapat terjadi perforasi rahim.



6.         Komplikasi Abortus Imminen
a.       Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi denga pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transpusi darah, Kematian karena perdarahan dapatb terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
b.      Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini pendrita perlu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi
c.       Infeksi
Keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritonium.
d.      Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena pendarahan ( syok Hemoragik ) dan karena infeksi berat ( syok endoseptik ). 
7.         Penanganan
Timdakan yang harus dilakukan tergantung pada umur kehamilan  dan beratnya perdarahan yang terjadi :
1.                  Pada kehamilan kurang dari 12 minggu dan/atau dengan perdarahan banyak, segera dilakukan :
a. Kuretase, yaitu pengeluaran  hasil konsepsi.
b. Setelah kuretase, diberikan injeksi ergometri 0,2 mg i.m atau methergen 0.2 mg i.m.
c. Berikan antibiotic Ampisilin 500 mg 4 x 1 tablet/hari selama 5 hari dan tablet methergen 3 x 1 rablet/hari selama 3 hari untuk mencegah imfeksi.
2. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu biasanya perdarahan tidak banyak, namun bahaya perforasi pada kerokan lebihbesar, maka :
a. Proses abortus sebaiknya dipercepat dengan pemberian infuse oksitosin 10 U dalam 500 ml Dextrosei 5% dengan tetesan disesuaikan dengan sifat kontraksi.
b. Bila janin  sudah keluar tetapi plasenta masih tertinggal, maka pengeluaran plasenta dilakukan secara Kuret ()

0 komentar:

Post a Comment