BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah
satu tujuan pembangunan Nasional adalah membangun manusia seutuhnya, yang
terpenuhi kebutuhan lahir batin. Untuk mencapai hal tersebut, di perlukan berbagai
usaha antara lain perbaikan gizi masyarakat yang dijadikan sebagai pedoman demi
tercapainya kemajuan program Pembangunan Nasional (Depkes, 2010; 23)
Pubertas
mungkin selama ini banyak dikaitkan dengan fase pertumbuhan anak perempuan.
Perubahan fisik seperti pembesaran payudara, munculnya bau badan, dan tumbuhnya
rambut di beberapa area tertentu, serta jerawat dianggap sebagai gejala awal
seorang anak telah memasuki fase pubertas. Namun, pubertas sebenarnya tidak
hanya terjadi pada anak perempuan tapi juga anak laki-laki. Umumnya pubertas
terjadi pada anak usia delapan sampai 12 tahun untuk anak perempuan, dan usia
sembilan sampai 14 tahun untuk anak lelaki. Pubertas merupakan awal dari
kematangan seksual yaitu ketika terjadi perubahan fisik, hormonal, dan seksual
yang telah mampu bereproduksi. Ini merupakan fase transisi di mana terjadi
perubahan dari anak-anak menuju dewasa.
(Suharjo, 2006: 67)
Normalnya,
anak laki-laki mengalami pubertas pada usia 9 (sembilan) sampai dengan 14
(empat belas) tahun sedangkan pada anak perempuan adalah pada usia 8 (delapan)
sampai dengan 13 (tiga belas) tahun. Akan dinamakan pubertas dini atau
pubertas prekoks bila tanda kedewasaan telah muncul sebelum umur 9
tahun pada anak laki-laki dan sebelum umur 8 tahun pada anak perempuan (Sukandi, 2004: 47)
Pubertas
Prekoks adalah suatu keadaan dimana masa pubertas anak terjadi lebih awal pada
umumnya, yaitu sekitar umur 9-14 tahun pada anak perempuan dan usia 10-17 tahun
pada anak laki-laki. Kondisi ini terjadi dipicu oleh otak secara spontan atau
dikarenakan pengaruh bahan kimia dari luar tubuh dan biasanya proses ini
dimulai diakhir-akhir masa kanak-kanak (kurang dari umur 9 tahun) dengan
ditandai munculnya tanda-tanda kematangan organ reproduksi lebih awal dan telah
berakhirnya masa pertumbuhan. Pubertas yang lebih awal ini bisa merupakan
bagian dari variasi perkembangan normal seseorang, namun bisa pula merupakan
penyakit atau paparan hormon pertumbuhan yang tidak normal (Suharjo, 2006: 47)
Penelitian-penelitian
yang telah dilakukan menunjukkan bahwa semakin awal perempuan memasuki masa
pubertas, resiko mereka mengalami gangguan kesehatan fisik dan mental juga
semakin besar. Sedang sebagain besar perempuan yang mengalami masa puber yang
‘normal’ tidak mengalami efek negatif tersebut (Sukandi, 2004: 100)
Pubertas
merupakan awal dari kematangan seksual yaitu ketika terjadi perubahan fisik,
hormonal, dan seksual yang telah mampu untuk bereproduksi. Pubertas merupakan
suatu proses yang alamiah dan pasti dialami oleh semua manusia dimana terjadi
perubahan fisik dari tubuh anak-anak menjadi bertubuh layaknya orang dewasa dan
telah memiliki kemampuan bereproduksi. Keadaan ini diinisiasi oleh sistem
hormon dari otak yang menuju ke gonad (ovarium dan testes) dan meresponnya
dengan menghasilkan berbagai hormon yang menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan, fungsi atau transformasi dari otak, tulang, otot, kulit,
payudara, menstruasi dan organ-organ reproduksi lainnya, seperti organ
genitalia (penis dan vagina) dan organ seksual sekunder lainnya (rambut pubis).
Proses ini juga menandai peningkatan kematangan psikologis manusia secara
sosial yang disebut telah menjadi seseorang remajaPubertas ditandai dengan
pembesaran buah zakar (testis) diikuti pembesaran penis, pembesaran payudara
pada wanita, tumbuhnya rambut pada kemaluan, menstruasi, bau badan serta
pertumbuhan tinggi badan yang meningkat. Disebut pubertas dini yaitu jika
anak mulai menunjukkan tanda-tanda pubertas sebelum memasuki usia pubertas
anak-anak pada umumnya (Suharjo, 2006: 89)
Pubertas
merupakan fase transisi di mana terjadi perubahan dari masa anak-anak menuju
dewasa. Di fase ini, tubuh disiapkan untuk menjadi dewasa dengan terjadinya
perubahan pada fisik, hormon dan mental. Tapi beberapa faktor dapat menyebabkan
anak mengalami pubertas lebih awal. Secara umum, tanda awal pubertas yang
normal mulai muncul pada anak perempuan pada usia 8-13 tahun, sedangkan pada
anak laki-laki pada usia 9-14 tahun (Sukandi, 2004: 97)
Dari berbagai sumber seluruhnya
menyatakan bahwa insiden Pubertas Prekoks dominan terjadi pada anak-anak
perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini dimungkinkan karena Pubertas Prekoks
membawa sifat genetik yang autosomal dominan dan lebih sering akibat paparan
hormon estrogen dini pada usia bayi. Untuk anak perempuan sering diakibatkan
etiologi yang idiopatik dan sebaliknya pada anak laki-laki secara signifikan
terbanyak diakibatkan adanya penyakit pada otak (Suharjo,
2006: 99)
Jumlah anak yang mengalami pubertas dini diukur dari perkembangan
payudara dan bulu pubis, menurut laporan terus meningkat dalam beberapa tahun
terakhir. Pada 1970, rata-rata usia anak saat mendapatkan menstruasi pertama
adalah 11,5. Tiga puluh tahun kemudian, turun menjadi 10. Perkembangan payudara
bahkan sudah mulai satu atau dua tahun sebelum menstruasi pertama.
Pengetahuan ibu yang kurang tentang pubertas prekoks
mengakibatkan angka kejadian pubertas prekoks semakin meningkat, karena tidak
ada usaha baik dari ibu maupun dari keluarga untuk mencegah terjading pubertas
prekoks, pengetahuan ibu yang kurang tentang tanda dan gejala pubertas prekoks
mengakibatkan angka kejadian pubertas prekoks terus meningkat.
0 komentar:
Post a Comment