BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam
akut dengan ciri-ciri demam manifestasi pendarahan dan bertendensi
mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian. Puncak kasus Demam berdarah dengue (DBD) terjadi pada
musim hujan yaitu bulan Desember sampai bulan Maret (Mansjoer, 2000).
Demam berdarah dengue
adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh 4 serotipe virus dengue dan
ditandai dengan 4 gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi perdarahan,
hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan
(sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat
menyebabkan kematian (Soegijanto, 2002).
Penyebab Dengue
Hemorrhagik Fever (DHF) adalah virus dengue serotipe 1,2,3,dan 4 yang ditularkan
melalui vektor nyamuk Aedes aegypti,
nyamuk Aedes albopictus, Aedes
polynesiasis, dan bebrapa species lain merupakan vektor yang cukup
berperan. Infeksi pada salah satu seropite akan menimbulkan antibodi seumur hidup
terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan untuk serotipe
lain (Mansjoer, 2000).
Gejala klinis Dengue
Hemorrhagik Fever (DHF) adalah: adalah ditemulan adanya peningkatan suhu yang
memdadak disertai menggigil, adanya pendarahan kulit seperti petekhie,
ekimosis, hematom, epitaksis, hematemesis bahkan hematomesis melena. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan adanya nyeri otot, sakit kepala, nyeri ulu hati,
pembengkakan sekitar mata. Dan pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan
adanya trombositopenia, hemokonsentrasi.
(Aziz, 2008)
Dampak Dengue
Hemorrhagik Fever (DHF) pada anak demam
tinggi selama 5-7 hari, pendarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie,
ekhimosis, hematoma, epispaksis, hematemesis, melena, hematuri, mual, muntah, tidak
ada nafsu makan, diare, konstipasi, nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan hulu
hati, sakit kepala, pembengkakan sekitar mata, pembesaran hati, limpa, dan
kelenjar getah bening, tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin,
tekanan darah menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi
cepat dan lemah) (Suriadi, 2006)
Masalah keperawatan yang timbul pada anak dengan
Dengue Hemorrhagik Fever (DHF) adalah hipertermia, kurang volume cairan, resiko terjadi komplikasi (Syok
hipovolumik/pendarahan), dan kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan). (Aziz,
2008).
Komplikasi Dengue
Hemorrhagik Fever (DHF) adalah shok, perdarahan dan hipotermi (WHO, 2009)
Penanganan Dengue
Hemorrhagik Fever (DHF) minum banyak 1,5-2 liter/24 jam dengan ait teh,
gula, atau susu, Antipiretik jika terdapat demam, Antikonvulsan jika terdapat
kejang, pemberian cairan melalui infus, dilakukan jika pasien mengalami
kesulitan minum dandan nilai hematokrit cenderung meningkat. (Suriadi, 2001).
Keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam
tinggi, anokersia dan muntah. Pasien perlu diberi minum banyak, 50 ml/kgBB
dalam 4-6 jam pertama berupa air teh dengan gula, sirup, susu, sari buah atau
oralit. Setelah keadaan dehidrasi dapat diatasi, berikan cairan rumatan 80-100
ml/KgBB dalam 24 jam berikut.
Perawat utama dari perawat
adalah sebagai pelaksana asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit atau yang mempunyai masalah
kesehatan/keperawatan apakah itu dirumah, disekolah, puskesmas, panti dan
sebagainya sesuai dengan kebutuhan. (Efendi, 2002).
Menurut data dari World Health Organization
(WHO) Insidensi DBD (Demam Berdarah Dengue)
antara 23-27 orang setiap 1000 kelahiran. Insidensi DBD (Demam Berdarah Dengue)
adalah 6,5-7,8 pada tiap 1000 kelahiran.
(Depkes RI, 2010)
Kasus DBD di Indonesia tahun 2010
telah mencapai 19.031 kasus, dan 336 di antara para korban itu telah meninggal
dunia. Menurun jumlah
korban meninggal akibat Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia telah menurun
dari 2.0 persen pada tahun 2009 menjadi 1,8, tahun 2010. Penurunan
kematian DBD karena para korban cepat dibawa ke rumah sakit (RS) dan adanya
peningkatan kegiatan masyarakat membersihkan sarang nyamuk, (Depkes RI, 2010)
0 komentar:
Post a Comment