Tuesday, 9 July 2013

DIAGNOSA KEPERAWATAN Dengue Hemorrhagik Fever (DHF)



 Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa data maka penulis dapat merumuskan beberapa diagnosa keperawatan yaitu kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler, hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue, ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan keinginan untuk makan akibat sulit menelan, intoleransi aktivitas berhubungan dengan infeksi virus, koping keluarga kurang efektif tentang proses penyakit berhubungan dengan dengan kurang imformasi.
Secara teoritis diagnosa keperawatn yang muncul pada pada pasien adalah kekurangan cairan, hipertermia, ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan, potensial terjadi perdarahan intra abdominal, intoleransi aktifitas dan kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit, potensial untuk kejadian reaksi tranfusi. ( Soedarto, 2009).
Adapun diagnose yang pertama yang muncul pada An Kh adalah Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler, ditandai dengan data subjektif keluarga mengatakan badan anaknya demam, mual dan muntah, dengan data objektif keadaan umum lemah, suhu 39 C, adanya perdarahan hidung, turgor kulit jelek, mukosa mulut kering.
Virus dengue ditularkan oleh nyamuk family stegomyia. Aedies aegypi nyamuk penggigit siang hari adalah vector utama dan semua empat tipe virus telah ditemukan darinya, tiga virus yang dibawa arthropoda (arbo) menyebabkan penyakit demam serupa atau identik dengan ruam. ( Nelson, 2008).
 Prioritas diagnose yang kedua adalah hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue ditandai dengan data subjektif keluarga mengatakan badan anaknya panas, dengan data objektif badan teraba panas, suhu 39 C, RR: 30 kali/menit, nadi: 110 kali/menit, anak rewel, kulit merah, keadaan umum lemah
Hal pertama  yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal seluruh tubuh, bintik-bintik merah pada kulit, ( Sunaryo , 2005).
Prioritas diagnose yang ketiga ketidak seinmbangan nutrisi kurang dari kebutuhkan tubuh berhubungan dengan susah menelan ditandai dengan data subjektif keluarga mengatakan anaknya tidak ada nafsu makan, mual dan muntah, dengan data objektif Porsi yang disediakan hanya 2 sendok dapat dihabiskan, Susah menelan, muntah setelah makan, keadaan umum: lemah, berat badan sebelum sakit 18 Kg, berat badan setelah sakit 16 Kg, lingkar lengan atas 20 cm.
Akibat adanya respon peningkatan suhu tubuh yang merangsang medulla vomiting center sehingga menimbulkan maul dan muntah. ( Sunaryo, 2005).
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah dan dengan hilangnya plasma pasien mengalami hypovolemik, apabila tidak diatasi bisa terjadi anoreksia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. (suriadi, 2006).
Priorita keempat adalah intoleransi aktifitas berhubungan dengan infeksi virus ditandai dengan data subjektif Keluarga mengatakan anaknya mengeluh lemah, nyeri sendi, sedangkan data objektif pasien nampak lemah, pasien nampak gelisah, aktifitas sehari-hari dibantu oleh keluarga dan perawat.
Soegijanto, (2002) mengatakan bahwa terdapat sejumlah factor yang dapat mempengaruhi mekanisme imun, yaitu genetic, umur, gizi, metabolic dan anatomi, fisiologi, mikroba dan lingkungan. Untuk factor metabolic dikatakan bahwa pada keadaan hipoadrenal dan hipotiroidisme akan menurunnya daya tahan terhadap infeksi.
Prioritas diagnose kelima adalah kurang pengetahuan keluarga tentang penyakitberhubungan dengan kurangnya imformasi ditandai dengan data subjektif keluarga tidak mengerti cara perawatan penyakit anaknya dengan data objektif  ibu sering bertanya tentang penyakit anaknya, gelisah dan cemas.

0 komentar:

Post a Comment