1.
Pengertian
Gawat janin
menunjukkan suatu keadaan bahaya yang relatif dari janin yang secara serius,
yang mengancam kesehatan janin. Istilah gawat janin (fetal distress) terlalu luas dan kurang tepat menggambarkan situasi
klinis. Ketidakpastian dalam diagnosis gawat janin yang didasarkan pada
interpretasi pola frekuensi denyut jantung janin menyebabkan munculnya istilah-istilah
deskriptif misalnya “reassuring”
(meyakinkan) atau “nonreassuring”
(meragukan, tidak meyakinkan). (Muchtar, 2000)
Gawat janin
juga umum digunakan untuk menjelaskan kondisi hipoksia yang bila tidak
dilakukan penyelamatan akan berakibat buruk yaitu menyebabkan kerusakan atau
kematian janin jika tidak diatasi secepatnya atau janin secepatnya dilahirkan.
Hipoksia ialah keadaan jaringan yang kurang oksigen, sedangkan hipoksemia ialah
kadar oksigen darah yang kurang. Asidemia ialah keadaan lanjut dari hipoksemia
yang dapat disebabkan menurunnya fungsi respirasi atau akumulasi asam. (Muchtar,
2000)
Kegawatan
yang kronik dapat timbul setelah suatu periode waktu yang panjang selama
periode antenatal bila status fisiologis dari unit ibu-janin-plasenta yang
ideal dan normal terganggu. Hal ini dapat dipantau melalui evaluasi dari
pertumbuhan janin intar uteri, keadaan biofisikal janin, cordosintesis, dan velosimetri
Doppler (springer) Gawat janin
akut disebabkan oleh suatu kejadian yang tiba-tiba yang mempengaruhi oksigenasi
janin. (Muchtar, 2000)
Gawat janin
selama persalinan menunjukkan hipoksia (kurang oksigen) pada janin. Tanpa
oksigen yang adekuat, denyut jantung janin kehilangan variabilitas dasarnya dan
menunjukkan deselerasi (perlambatan) lanjut pada kontraksi uterus. Bila
hipoksia menetap, glikolisis (pemecahan glukosa) anaerob menghasilkan asam
laktat dengan pH janin yang menurun. (Muchtar, 2000)
2.
Etiologi
Kejadian Gawat Janin
Ada
beberapa kemungkinan penyebab gawat janin, namun biasanya gawat janin terjadi
karena beberapa mekanisme yang berkesinambungan. Penurunan aliran darah
plasenta akibat kontraksi dapat menyebabkan kompresi terhadap tali pusat.
Sehingga pada wanita yang mengalami persalinan lama hal ini dapat menyebabkan
kegawatan pada bayi melalui mekanisme di atas. Kegawatan akut dapat
terjadi akibat abrupsio plasenta, prolaps tali pusat (terutama dengan
presentasi bokong), keadaan hipertonik uterine dan penggunaan oksitosin. Hipotensi
dapat terjadi akibat anestesi epidural atau posisi supine, dimana hal ini dapat
mengurangi aliran darah vena cava kembali ke jantung. (Wiknjosastro,2008)
Hendaknya
kita dapat menganalisa kondisi janin dan ibu,untuk kemudian membuat pemeriksan
khusus dalam membuktikan kebenaran analisa tersebut. Kondisi klinik yang
berkaitan dengan hipoksia ialah :
a. Kelainan pasokan
plasenta : solutio plasenta, plasenta previa, postterm, prolapsus tali pusat,
lilitan tali pusat, pertumbuhan janin terhambat, isufisiensi plasenta
b. Kelainan arus
darah plasenta : hipotensi ibu, hipertensi, kontraksi hipertonik,
c. Saturasi oksigen
ibu berkurang: hipoventilasi, hipoksia, penyakit jantung.
Bila
pasokan oksigen dan nutrisi berkurang , maka janin akan mengalami retardasi
organ bahkan risiko asidosis dan kematian. Bermula dari upaya redistribusi
aliran darah yang akan ditujukan pada organ penting seperti otak dan jantung
dengan mengorbankan visera (hepar dan ginjal). Hal ini tampak dari volume
cairan amnion yang berkurang (oligohidramnion). Bradikardia yang terjadi
merupakan mekanisme dari jantung dalam bereaksi dari baroreseptor akibat
tekanan (misalnya hipertensi pada kompresi tali pusat) atau reaksi kemoreseptor
akibat asidemia (Wiknjosastro,2008)
0 komentar:
Post a Comment