1. Pengertian
Mobilisasi adalah suatu
pergerakan dan posisi yang akan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan.
Menurut Carpenito (2000) dalam
Wirnata (2010), mobilisasi
merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas dan merupakan faktor
yang menonjol dalam mempercepat pemulihan pasca bedah; mobilisasi dini
merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu
esensial untuk mempertahankan kemandirian. Dengan demikian mobilisasi dini
adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara
membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologi. Sedangkan Soelaiman, dalam Wirnata (2010) menjelaskan bahwa mobilisasi
dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar
dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan.
Mobilisasi post sectio caesarea adalah suatu pergerakan, posisi atau adanya kegiatan yang
dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalinan sesarea. Untuk mencegah
komplikasi post operasi seksio sesarea ibu harus segera dilakukan mobilisasi
sesuai dengan tahapannya. Oleh karena setelah mengalami seksio sesarea, seorang
ibu disarankan tidak malas untuk bergerak pasca operasi seksio sesarea, ibu
harus mobilisasi cepat. Semakin cepat bergerak itu semakin baik, namun
mobilisasi harus tetap dilakukan secara hati-hati (Wirnata, 2010).
Mobilisasi dini dapat
dilakukan pada kondisi pasien yang membaik. Pada pasien post operasi seksio
sesarea 6 jam pertama dianjurkan untuk segera menggerakkan anggota tubuhnya.
Gerak tubuh yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, kaki dan
jari-jarinya agar kerja organ pencernaan segera kembali normal (Kasdu, 2003).
2. Tujuan
Mobilisasi
Menurut Dudes dalam
Fitriyahsari (2009) tujuan daripada mobilisasi adalah untuk:
a. Mempertahankan fungsi tubuh
b. Memperlancar peredaran darah
c. Membantu pernafasan menjadi lebih baik
d. Mempertahankan tonus otot
e. Memperlancar eliminasi alvi dan urine
f. Mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali
normal dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.
g. Memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau
berkomunikasi.
Sedangkan menurut Handiyani (2009) Tujuan mobilisasi adalah memenuhi
kebutuhan dasar (termasuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan aktifitas
rekreasi), mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma), mempertahankan
konsep diri, mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non verbal.
3. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Mobilisasi
Mobilisasi sangat
dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal, sendi, ligament,
tendon, kartilago, dan saraf (Handiyani, 2009).
Potter & Perry (2006)
dalam Handiyani (2009) menjelaskan bahwa mobilisasi dipengaruhi oleh Faktor fisiologis
yaitu: frekuensi penyakit atau operasi dalam 12 bulan terakhir, tipe penyakit,
status kardiopulmonar, status musculo skeletal, pola tidur, keberadaan nyeri,
frekuensi aktifitas dan kelainan hasil laboratorium. Faktor emosional yaitu:
faktor emosional yang mempengaruhi mobilisasi adalah suasana hati, depresi,
cemas, motivasi, ketergantungan zat kimia, dan gambaran diri. Faktor
perkembangan yaitu: usia, jenis kelamin, kehamilan, perubahan masa otot karena
perubahan perkembangan, perubahan sistem skletal.
Sedangkan
menurut Kozier (2000) dalam Fitriahsari (2009) menjelaskan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi mobilisasi antara lain:
a. Gaya
hidup
b. Proses
penyakit atau trauma
c. Kebudayaan
d. Tingkat
energi
e. Usia
dan tingkat perkembangannya
4. Manfaat
Mobilisasi
Pada sistem kardiovaskuler
dapat meningkatkan curah jantung, memperbaiki kontraksi miokardial, kemudian
menguatkan otot jantung, menurunkan tekanan darah, memperbaiki aliran balik
vena; pada sistem respiratori meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafasan,
meningkatkan ventilasi alveolar, menurunkan kerja pernafasan, meningkatkan
pengembangan diafragma; pada sistem metabolik dapat meningkatkan laju
metabolisme basal, meningkatkan penggunaan glukosa dan asam lemak, meningkatkan
pemecahan trigliseril, meningkatkan mobilitas lambung, meningkatkan produksi
panas tubuh; pada sistem muskuloskletal memperbaiki tonus otot, meningkatkan
mobilisasi sendiri, memperbaiki toleransi otot untuk latihan, mungkin
meningkatkan masa otot; pada sistem toleransi otot, meningkatkan toleransi, mengurangi
kelemahan, meningkatkan toleransi terhadap stres, perasaan lebih baik, dan berkurangnya
penyakit (Potter, Perry, 2006).
0 komentar:
Post a Comment