BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dewasa ini semakin banyak dokter dan tenaga medis yang menganjurkan
pasien yang baru melahirkan dengan operasi agar segera menggerakkan tubuhnya.
Dokter kandungan menganjurkan pasien yang mengalami operasi caesar untuk tidak
berdiam diri di tempat tidur tetapi harus menggerakkan badan atau mobilisasi
(Kasdu, 2005).
Dalam membantu jalannya penyembuhan ibu pasca seksio caesaria,
disarankan untuk melakukan mobilisasi dini. Tetapi, pada ibu yang mengalami seksio caesaria rasanya
sulit untuk melaksanakan mobilisasi karena ibu merasa letih dan sakit. Salah satu
penyebabnya adalah ketidaktahuan pasien mengenai mobilisasi dini. Untuk itu diperlukan pendidikan kesehatan tentang
mobilisasi dini pasca operasi seksio sesarea sehingga pelaksanaan mobilisasi
dini lebih maksimal dilakukan. Sebenarnya ibu yang mengalami seksio caesaria
mengerti dalam pelaksanaan mobilisasi dini, namun ibu tidak mengerti apa
manfaat dilakukan mobilisasi dini (Surininah, 2004).
Tindakan operasi akan mengakibatkan penurunan gangguan terhadap
mobilisasi pasien. Oleh karena itu mobilisasi merupakan kegiatan yang penting
pada periode post operasi secsio untuk mencengah komplikasi. Kemampuan pasien
untuk bergerak dan berjalan pada post operasi akan menentukan kegiatan yang
harus dilaksanakan untuk member kesempatan pada pergerakan yang maksimal.
Bergerak dan beraktifitas diatas tempat tidur membantu mencengah komplikasi
pada system pernafasan, kardiovaskuler, mencengah dekubitus, merangsang
peristaltic usus dan mengurangi rasa nyeri. (Cuningham, 2006)
Mobilisasi merupakan faktor yang utama dalam mempercepat pemulihan
dan dapat mencegah komplikasi pasca bedah seksio sesarea. Banyak keuntungan
yang bisa diraih dari latihan di tempat tidur dan berjalan pada periode dini
pasca bedah. Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan
mengurangi resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus, kekakuan
atau penegangan otot-otot di seluruh tubuh dan sirkulasi darah dan pernafasan terganggu,
juga adanya gangguan peristaltik maupun berkemih (Carpenito, 2009).
Mobilisasi segera secara bertahap sangat berguna untuk proses
penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi serta trombosis vena. Bila
terlalu dini melakukan mobilisasi dapat mempengaruhi penyembuhan luka operasi.
Jadi mobilisasi secara teratur dan bertahap yang didikuti dengan latihan adalah
hal yang paling dianjurkan (Roper, 2005).
Tanggung jawab atas kesehatan diri sendiri, termasuk juga harus
dapat mencapai tingkat kemandirian maksimal, dalam hal ini adalah melakukan
mobilisasi yang sesuai dengan kondisi pasien. Mobilisasi dini bermanfaat untuk mempertahankan
mobilisasi fisik secara optimal, maka system saraf, otot dan skeletal harus
tetap utuh dan berfungsi dengan baik (Potter., Perry, 2006).
Ibu yang mengalami seksio sesarea dengan adanya luka di perut
sehingga harus dirawat dengan baik untuk mencegah kemungkinan timbulnya
infeksi. Ibu juga akan membatasi pergerakan tubuhnya karena adanya luka operasi
sehingga proses penyembuhan luka dan pengeluaran cairan atau bekuan darah kotor
dari rahim ibu ikut terpengaruh (Bobak,L.J, 2006).
Angka kejadian seksio sesaria di Indonesia menurut data survey
nasional tahun 2007 adalah 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8
%. (Anonymous, 2007). Dari hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan pada
tanggal 26 Oktober 2009 didapatkan informasi dari sepuluh orang ibu yang bersalin dengan
operasi seksio sesarea mengatakan bahwa sangat takut untuk melakukan mobilisasi
pasca seksio sesaria. Hal ini disebabkan karena ibu merasa sangat kesakitan
saat efek dari anestesi telah hilang sehingga tidak mampu untuk melakukan
mobilisasi dini dan khawatir jahitan luka bekas operasi akan meregang atau
terbuka, sehingga menyebabkan terjadinya ruam atau lecet pada bagian punggung
bagian bawah, kekakuan atau penegangan otot – otot di seluruh tubuh, pusing dan
susah bernafas, juga susah buang air besar maupun berkemih serta bengkak pada
tungkai kaki.
0 komentar:
Post a Comment