Saturday, 1 June 2013

Gambaran Persepsi Ibu Hamil Terhadap Nyeri Persalinan Di Bidan Praktek Swasta (BPS)



BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945. Salah satu strategi pembangunan kesehatan nasional untuk mewujudkan “Indonesia Sehat 2015” adalah menerapkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, yang berarti setiap upaya program pembangunan harus mempunyai konstribusi positif terhadap terbentuknya lingkungan yang sehat dan perilaku yang sehat (Depkes RI, 2008).
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis terutama dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Keterlibatan Bidan dalam persalinan adalah kunci terjadinya angka tersebut oleh karena itu, pengetahuan sikap dan pendidikan bidan serta motivasi sangat diperlukan terkait dengan kinerja kerja bidan, bidan juga berperan sebagai pelaksana, pengelola, pendidik serta sebagai investigator (DepKes RI, 2005)
Merupakan kewajiban bidan untuk memberi nyaman dan ketenangan pada pasien. Manusia terus berusaha untuk mengurangi/menghilangkan rasa nyeri persalinan. Bahkan zaman primitif dahulu dilakukan dengan menggunakan jimat/mantra-mantra yang diberikan untuk mengurangi/ menghilangkan nyeri persalinan. Nyeri pada persalinan bukan hal baru yang dikenal sekarang tetapi sejak zaman dahulu dan tampaknya rasa nyeri pada persalinan pada zaman dahulu tidak berbeda dengan nyeri yang dialami oleh wanita zaman sekarang. Reaksi terhadap rasa nyeri bersifat subyektif antar individu dan dipengaruhi oleh inten sitas serta lamanya his, besar pembukaan, regangan segmen bawah rahim (SBR), umur pasien, banyaknya persalinan, besar janin dan keadaan umum pasien juga dipengaruhi pula oleh keadaan mental, kebiasaan dan budaya ibu bersalin (Wiknjosastro, 2007).
Hingga saat ini masih banyak saja yang diliputi oleh macam-macam ketakutan dan tahayul (Kartono, 2006).
Bidan dikenal luas oleh masyarakat awam sebagai penolong persalinan sedangkan persalinan merupakan kejadian yang jarang bebas dari rasa tak nyaman (nyeri) dan walaupun persalinan merupakan proses yang fisiologis tetapi tetap selalu dihubungkan dengan penderitaan, ketidaknyamanan dan penderitaan itu terutama disebabkan oleh rasa sakit saat terasa his dan oleh rasa takut karena ketidaktahuan (Hamilton, 2005).
Pada umumnya persalinan terjadi bila bayi sudah cukup besar untuk hidup di luar, tetapi tidak sedemikian besarnya sehingga menimbulkan kesulitan dalam persalinan. Kadang-kadang persalinan tidak mulai dengan sendiriya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin (Muhaimin M, 2006).
Dalam proses persalinan juga didukung oleh beberapa faktor antara lain power, passage, passanger sehingga, proses pengeluaran janin dapat terjadi meskipun dalam proses persalinannya tidak semua orang (klien ) bisa memenuhi semua kriteria tersebut tergantung dengan kondisinya (Mochtar R, 2008). Untuk menghadapi proses persalinan ini tidak semua orang (klien) bisa dengan tenang menghadapinya oleh karena itu sebagai tenaga kesehatan terutama bidan harus bisa tanggap dalam memberikan asuhannya. Di sini komunikasi sangat diperlukan.
Dalam dunia kebidanan, teknik komunikasi dikenal dengan komunikasi terapeutik, yang berarti suatu proses penyampaian nasehat kepada pasien untuk mendukung upaya penyembuhan. Seorang bidan dalam memberikan asuhannya terlebih dahulu menyampaikan ide dan pikirannya, sehingga komunikasi dalam kebidanan dikenal secara luas sebagai terapeutik/mengandung nilai pengobatan dan semua interaksi yang dilakukan ditunjukkan dalam upaya penyembuhan penyakit (terpeutik). Dikenal dua macam teknik komunikasi yaitu secara verbal (menggunakan kata-kata dalam bentuk lisan/tulisan) dan teknik non verbal (menggunakan bentuk lain seperti sikap, gerak tubuh, ekspresi wajah/mata, sentuhan tangan dan isyarat) (Anonim, 2006).
Pentingnya komunikasi terapeutik dalam menurunkan rasa nyeri yang ditimbulkan oleh persalinan sangat diperlukan, oleh karena itu bidan dalam persalinan harus bisa membantu menimbulkan rasa percaya diri, karena bila klien itu sendiri grogi atau gugup dalam persalinanya baik fisik maupun mental belum siap maka, timbul rasa ketakutan dan rasa nyeri yang dirasakan bertambah (Kartono, 2006).
Jika bidan memfokuskan perhatiannya pada klien maka bidan dapat membantu klien untuk mengabsorbsi dan mengikis rasa sakitnya. Bidan sebaiknya memberi informasi yang akurat dan mudah dipahami tentang kemajuan persalinannya dan selalu memberikan pujian dan dukungan. Seorang bidan, dengan keahliannya dapat mengobservasi, dapat menyakinkan dan menolong wanita tersebut agar mampu melepaskan dirinya dari rasa sakit yang berlebihan, untuk melalui proses ini secara aman baik bagi dirinya maupun bagi bayinya juga untuk bersikap terbuka dan menerima hal-hal yang terjadi pada dirinya (Wiknjosastro, 2007).
Selama tiga dekade terakhir makin banyak minat untuk menerapkan cara penanggulangan nyeri pada persalinan tanpa memakai obat-obatan. Diek-Read, mengemukakan bahwa masa persalinan lebih singkat bila cara penanggulangan nyeri pada persalinan bisa efisien dengan menggunakan teknik komunikasi terapeutik, namum kenyataannya sekitar 10-15% persalinan. Menyatakan 20-30 % nyeri berkurang sehingga membantu dalam proses persalinan. Tetapi 90 % wanita disertai rasa nyeri pada persalinan (Muhiman M, 2005).

0 komentar:

Post a Comment