BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Merokok
merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap
dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan
dampak buruk bagi perokok maupun orang-orang
disekitarnya (Aditama,
2003).
)Kebiasaan
merokok sering dikaitkan dengan terjadinya penyakit paru obstruktif menahun
(PPOM). Namun kebiasaan merokok di
negeri ini tetap tidak bisa dihilangkan, bahkan semakin meningkat. Sebagian
besar penduduk di sejumlah negara mengurangi konsumsi mereka terhadap rokok, Indonesia
justru malah sebaliknya. Indonesia kini menempati ranking ke-4 sebagai negara
dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah Amerika Serikat, RRC dan
Jepang. Tidak kurang dari 70% penduduk Indonesia kini jadi perokok aktif dan
ironisnya lagi, sekitar 13,2% perokok di Indonesia adalah remaja berusia 15-19
tahun (Sugito 2007).
Fenomena merokok
di Indonesia memang sudah sangat memprihatinkan dan kini sudah merambah ke
anak-anak sekolah. Untuk tahap pertama, mereka mungkin saja merokok karena
pemberian teman. Namun setelah kecanduan, kebutuhan merokok pun meningkat dan bisa saja akibat desakan
kebutuhan terhadap rokok malah mendorong sebagian siswa mengambil langkah
salah, seperti membohongi atau menipu orang tua. Bahkan sangat mungkin karena
demi rokok, ada di antaranya terjerumus pada tindakan kriminal seperti mencuri
atau memeras (Umar,
2008).
Menurut data
tahun 2004 yang dikeluarkan Global Youth
Tobacco Survey (GYTS), dari 2074
responden pelajar Indonesia usia 15-20 tahun, 43,9% mengaku pernah merokok.
Sebanyak 11,8% pelajar pria dan 3,5% pelajar wanita menganggap merokok akan
menambah teman, sementara 9,2% pelajar pria dan 2,4% pelajar wanita menganggap
merokok akan membuat mereka terlihat lebih atraktif (Umar,
2008).
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Yudianto (2005) terhadap 12 orang pelajar
STM/SMK Muhammadiyah 01 Kepanjen, 8 orang diantaranya (66,7%) merokok, dan 4
orang (33,3%) tidak merokok. Dari 8 orang yang suka merokok, 5 orang diantaranya (62,5%) mengatakan menghabiskan
rokok sekitar 10-19 batang per hari, 3 orang (37,5%) merokok 1-9 batang per
hari. Sebanyak 4 orang (50%) dari remaja ini menganggap merokok sebagai
kebutuhan, 6 orang (75%) tahu tentang bahaya merokok namun mengatakan tidak
takut merokok (Yudianto
2005)
Dari data di atas, diketahui bahwa beberapa
pandangan atau pemahaman tentang merokok yang kurang tepat dari para pelajar.
Pada dasarnya setiap orang atau pelajar tahu akan bahaya merokok mengingat di
setiap bungkus rokok terdapat peringatan pemerintah tentang bahaya merokok bagi
kesehatan. Namun apakah pengetahuan tersebut mempengaruhi sikap remaja terhadap
bahaya merokok, inilah yang menjadi perhatian peneliti untuk ditindaklanjuti
dalam sebuah penelitian secara ilmiah.
0 komentar:
Post a Comment