Friday, 10 May 2013

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Faktor Resiko Pre-Eklamsi Di Wilayah Kerja Puskesmas



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.          Latar Belakang
Di Indonesia penderita hipertensi diperkirkan sebesar 15 juta orang. hanya 4 % yang hipertensi terkotrol (controlled hypertension). Hipertensi terkontrol berarti mereka yang menderita hipertensi dan tahu bahwa mereka menderita hipertensi dan sedang berobat untuk itu. Sebagai gambaran umum tentang hipertensi adalah prevalensi penderita hipertensi 6 – 15 % pada orang dewasa, sebagai suatu proses degenerative, hipertensi tentu hanya ditemukan pada orang dewasa. Ditemukan kecendrungan peningkatan prevalensi menurut peningkatan umur. 50 % penderita tidak menyadari sebagai penderita hipertensi, karena iu mereka cenderung menderita hipertensi lebih berat karena tidak berubah dan menghindari faktor resiko. 70 % adalah hipertensi ringan, karena itu hipertensi banyak diacuhkan atau diabaikan sampai saat menjadi ganas (hipertensi maligna). 90 % hipertensi esensial adalah mereka dengan yang menderita hipertensi yang tidak diketahui penyebab utamanya, artinya sulit untuk mencari bentuk intervensi dan pengobatannya (Busman, 2000)
Dengan kurangnya pengetahuan tentang hipertensi mengakibatkan sikap penderita hipertensi tentang pola makan menjadi tak terkontrol yang mengakibatkan penderita tidak menghindari faktor resiko hipertensi (Ami, 2008)
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Reskesdes) 2007 bahwa prevalensi stroke di Indonesia 8,3 % per 1000 penduduk pada kelompok umur 55 – 64 tahun, Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia baik didaerah perkotaan maupun didaerah pedesaan (Depkes RI, 2009).
Setiap tahun sekitar 50.000 ibu meninggal dunia karena eklamsi (dullay,1994). Insiden eklamsi dinegara berkembang berkisar dari 1 : 100 sampai 1 : 1700 (Crowther, 1985) karena itu kejadian kejang harus dihindari.(Depkes RI, 2005)
WHO menyatakan 5 % kematian ibu disebabkan oleh eklamsi, Hasil survey Kesehatan rumah tangga (SKRT)1995 mengatakan 13 % kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh eklamsi (Depkes, 2002)
Kesehatan ibu dan bayi baru lahir di Indonesia masih jauh dari keadaan yang diharapkan karena besarnya jumlah ibu dan bayi mati. Dari sekitar 5 juta kehamilan pertahun, sekitar 20.000 kehamilan berakir dengan kematian ibu. Akibatnya Indonesia memiliki angka kematian ibu (AKI) yang tertinggi diantara Negara – Negara ASEAN, yaitu 334 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1997 karena itu upaya kesehatan ibu dan bayi baru lahir menjadi upaya prioritas dalam bidang kesehatan(Depkes RI, 2005)
Penyebab langsung kematian ibu terutama disebabkan pendarahan 50%, Eklamsi 13 %, Infeksi 10%, Komplikasi Aborsi 11%, partus lama 9%, dan penyebab tidak langsung 15%. Komplikasi kehamilan dan persalinan dialami oleh 15 – 20 % dari seluruh kehamilan dan kebanyakan terjadi di sekitar saat persalinan. Terjadinya komplikasi sulit diperkirakan sehingga sering muncul secara mendadak. Pertolongan terhadap komplikasi ini memerlukan tindakan yang cepat dan tepat (dalam waktu kurang dari 2 jam) agar nyawa ibu dan janinnya dapat diselamatkan (DepKes RI, 2004)
Penyakit Hipertensi merupakan penyakit menahun yang telah diderita ibu hamil sebelum kehamilananya, Kehamilan dengan hipertensi merupakan kehamilan yang beresiko terhadap terjadinya pre-eklamsi yang bila tidak tertanggani dengan baik akan berubah menjadi eklamsi.
Di Indonesia eklamsi masih merupakan penyebab utama kematian ibu disamping pendarahan dan infeksi, dan sebab kematian perinatal yang tinggi, oleh karena itu diaknogsa dini pre – eklamsi  yang merupakan tingkat pendahuluan eklamsi sangat diperlukan, serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak. Perlu ditekankan bahwa syndrome pre – eklamsi ringan dengan hipertensi, udema dan proteinuria sering tidak diketahui atau tidak diperhatikan oleh wanita yang bersangkutan, sehingga tanpa disadari dalam waktu singkat dapat timbul pre – eklamsi berat bahkan eklamsi.
Dengan pengetahuan ini menjadi jelas bahwa pemeriksaan ante natal, yang teratur dan secara rutin mencari tanda – tanda pre-eklamsi, sangat penting dalam upaya mencegah pre-eklamsi berat dan eklamsi. (wiknjosastro, 2005)

0 komentar:

Post a Comment