BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Visi
Kementerian Kesehatan adalah “Masyarakat Sehat yang mandiri dan berkeadilan.
Sedangkan misinya adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani; melindungi
kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang
paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan; menjamin ketersediaan dan
pemerataan sumberdaya kesehatan; dan menciptakan tata kelola kepemerintahan
yang baik. Salah satu strateginya adalah “Meningkatkan pelayanan kesehatan
yang merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan serta berbasis bukti
dengan mengutamakan pada upaya promotif dan preventif”. Untuk itu
diperlukan data kesehatan dasar yang dapat dikumpulkan secara berkesinambungan
(Depkes RI, 2010)
Acute Flaccide Paralysis (AFP) adalah suatu kelumpuhan yang sifatnya mendadak dan layuh, biasanya
menyerang satu tungkai, lemas sampai tidak ada gerakan, otot bisa mengecil,
reflek fisiologis dan refleks patologis negative (Widoyono, 2008).
Poliomilitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus
dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan
inti motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut
akan terjadi kelumpuhan serta autropi otot (Defka, 2006).
Poliomielitis adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh infeksi virus polio dan biasanya menyerang
anak-anak dengan gejala lumpuh layuh akut (AFP= Acute Flaccid Paralysis). Program
eradikasi polio global telah dicanangkan oleh WHO dengan target dunia bebas
polio tahun 2008, sedangkan Indonesia bebas polio ditargetkan pada tahun 2005.
WHO menyatakan bahwa Indonesia harus melaksanakan Pekan Imunisasi Nasional
(PIN) yang ke IV. Oleh karena itu Indonesia melaksanakan PIN IV pada bulan
September dan Oktober 2002 (2). PIN dimaksudkan untuk meningkatkan status
antibodi anak balita sehingga dapat memutus sirkulasi virus polio liar di
masyarakat..
(Defka, 2006)
(Defka, 2006)
Penyebab Acute Flaccide Paralysis (AFP) adalah virus polio termasuk genus enterovirus, terdapat tiga tipe yaitu tipe 1,2,dan 3 ketiga virus
ini menyebabkan kelumpuhan. Tipe 1 adalah tipe yang paling mudah diisolasi,
diikuti tipe 3, sedangkan tipe 2 paling jarang iisolai. Tipa yang paling sering
menyebabkan bawah adalah tipe 1 (Widoyono, 2008).
Keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam
tinggi, anokersia dan muntah. Pasien perlu diberi minum banyak, 50 ml/kgBB
dalam 4-6 jam pertama berupa air teh dengan gula, sirup, susu, sari buah atau
oralit. Setelah keadaan dehidrasi dapat diatasi, berikan cairan rumatan 80-100
ml/KgBB dalam 24 jam berikut.
Gejala klinis Poliomielitis
terbagi menjadi empat bagian yaitu: Poliomielitis asimtomatis : Setelah masa
inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena daya tahan tubuh cukup baik,
maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali. Poliomielitis abortif : Timbul
mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala berupa infeksi
virus seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri kepala, nyeri
tenggorokan, konstipasi dan nyeri abdomen.
Poliomielitis non paralitik : Gejala klinik hamper sama dengan poliomyelitis abortif , hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau masuk kedalam fase ke2 dengan nyeri otot. (Defka, 2006)
Poliomielitis non paralitik : Gejala klinik hamper sama dengan poliomyelitis abortif , hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau masuk kedalam fase ke2 dengan nyeri otot. (Defka, 2006)
Peran utama dari perawat adalah sebagai pelaksana asuhan
keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat
maupun yang sakit atau yang mempunyai masalah kesehatan/keperawatan apakah itu
dirumah, disekolah, puskesmas, panti dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan.
(Efendi, 2002).
Masalah keperawatan yang timbul pada anak dengan
Acute Flaccide Paralysis (AFP) adalah Nyeri, hipertermia, kurang
nutrisi (kurang dari kebutuhan) intoleransi aktifitas
dan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit (Defka, 2006).
Penanganan Acute Flaccide Paralysis (AFP) minum
banyak 1,5-2 liter/24 jam dengan ait teh, gula, atau susu, Antipiretik jika
terdapat demam, Antikonvulsan jika terdapat kejang, pemberian cairan melalui
infus, dilakukan jika pasien mengalami kesulitan minum dandan nilai hematokrit
cenderung meningkat. (Suriadi, 2001).
0 komentar:
Post a Comment