Friday, 10 May 2013

Asuhan Keperawatan Pada An. Ds, dengan kasus Acute Flaccide Paralysis (AFP) Di Ruang Penyakit Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Visi Kementerian Kesehatan adalah “Masyarakat Sehat yang mandiri dan berkeadilan. Sedangkan misinya adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani; melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan; menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan; dan menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik. Salah satu strateginya adalah “Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan serta berbasis bukti dengan mengutamakan pada upaya promotif dan preventif”. Untuk itu diperlukan data kesehatan dasar yang dapat dikumpulkan secara berkesinambungan (Depkes RI, 2010)
Acute Flaccide Paralysis (AFP) adalah suatu kelumpuhan yang sifatnya mendadak dan layuh, biasanya menyerang satu tungkai, lemas sampai tidak ada gerakan, otot bisa mengecil, reflek fisiologis dan refleks patologis negative (Widoyono, 2008).
Poliomilitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta autropi otot (Defka, 2006).
Poliomielitis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus polio dan biasanya menyerang anak-anak dengan gejala lumpuh layuh akut (AFP= Acute Flaccid Paralysis). Program eradikasi polio global telah dicanangkan oleh WHO dengan target dunia bebas polio tahun 2008, sedangkan Indonesia bebas polio ditargetkan pada tahun 2005. WHO menyatakan bahwa Indonesia harus melaksanakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) yang ke IV. Oleh karena itu Indonesia melaksanakan PIN IV pada bulan September dan Oktober 2002 (2). PIN dimaksudkan untuk meningkatkan status antibodi anak balita sehingga dapat memutus sirkulasi virus polio liar di masyarakat..
(Defka, 2006)
Penyebab Acute Flaccide Paralysis (AFP) adalah virus polio termasuk genus enterovirus, terdapat tiga tipe yaitu tipe 1,2,dan 3 ketiga virus ini menyebabkan kelumpuhan. Tipe 1 adalah tipe yang paling mudah diisolasi, diikuti tipe 3, sedangkan tipe 2 paling jarang iisolai. Tipa yang paling sering menyebabkan bawah adalah tipe 1 (Widoyono, 2008).
Keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi, anokersia dan muntah. Pasien perlu diberi minum banyak, 50 ml/kgBB dalam 4-6 jam pertama berupa air teh dengan gula, sirup, susu, sari buah atau oralit. Setelah keadaan dehidrasi dapat diatasi, berikan cairan rumatan 80-100 ml/KgBB dalam 24 jam berikut.
Gejala klinis Poliomielitis terbagi menjadi empat bagian yaitu: Poliomielitis asimtomatis : Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali. Poliomielitis abortif : Timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi dan nyeri abdomen.
Poliomielitis non paralitik : Gejala klinik hamper sama dengan poliomyelitis abortif , hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau masuk kedalam fase ke2 dengan nyeri otot.
(Defka, 2006)
Peran utama dari perawat adalah sebagai pelaksana asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit atau yang mempunyai masalah kesehatan/keperawatan apakah itu dirumah, disekolah, puskesmas, panti dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan. (Efendi, 2002).
Masalah keperawatan yang timbul pada anak dengan Acute Flaccide Paralysis (AFP) adalah Nyeri, hipertermia, kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan) intoleransi aktifitas dan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit (Defka, 2006).
Penanganan Acute Flaccide Paralysis (AFP) minum banyak 1,5-2 liter/24 jam dengan ait teh, gula, atau susu, Antipiretik jika terdapat demam, Antikonvulsan jika terdapat kejang, pemberian cairan melalui infus, dilakukan jika pasien mengalami kesulitan minum dandan nilai hematokrit cenderung meningkat. (Suriadi, 2001).

0 komentar:

Post a Comment