BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka adalah hilang atau rusaknya
jaringan tubuh keadaan ini dapat di sebabkan oleh trauma benda tajam atau
tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan
hewan. (Sjamsuhidajat, 2004).
Proses yang kemudian terjadi pada
jaringan yang rusak ini ialah penyembuhan luka yang dapat di bagi dalam tiga
fase yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan penyundahan yang merupakan perupaan
kembali (remodelling) jaringan. (Sjamsuhidajat, 2004).
Berdasarkan sifat dan kejadian, luka
di bagi menjadi dua, yaitu luka di sengaja dan luka tidak di sengaja. Luka di
sengaja misalnya luka terkena radiasi atau bedah, sedangkan luka tidak di
sengaja contohnya adalah luka tekena trauma. Luka yang tidak di sengaja
(trauma) juga dapat di bagi menjadi luka terbuka dan tertutup. Di sebut luka
tertutup jika tidak terjadirobekan, sedangkan luka terbuka jika terjadi robekan
dan kelihatan seperti luka abrasio (luka akibat gesekan), luka punctuture(luka
akibat tusuka), dan hautraction (luka akibat perawatan luka). (A. Aziz Alimul H.2002)
Mekanisme terjadinya luka tergantung
pada jenis luka. Insisi terjadi karena teriris oleh instrumaen yang tajam. Luka
memar terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan di karakteristik oleh
cedera pada jaringan lunak. Luka lecet terjadi akibat begeskan dengan benda
lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam. Luka tusuk yang tejadi akibat
adanya benda seperti peluru atau pisau yang masuk ke dalam kulit. Luka gores
terjadi akibat benda yang tajam seperti kaca atau kawat. Luka tembus yaitu luka
yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka (sumantri, 2007)
Kira-kira 10% dari pasien denagn luka
mendapatkan infeksi luka nosokomial,termasuk luka bedah dan luka trauma, luka
bakar, ulkus neuropatik, dan ulkus dekubitus. Bakteri yang menyebabkan infeksi
dapat di tlarkan ke pasien dari petugas perawatan kesehatan atau dari
pengunjung. Pasien dan staf harus di ajarkan tentang strategi
pengendalianinfeksi, seperti teknik mencuci tangan yang tepat, dan prosedur
mengganti balutan yang tepat untuk mengurangi insidens kontaminasi luka atau
infeksi silang.
Lebih dari 80% pasien masuk ke ruang
gawat darurat adalah di sebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, berupa tabrakan
sepeda motor, sepeda yang penyebrang jalan yang di tabrak sisanya merupakan
kecelakaan yang di sebabkan oleh jatuh dari ketinggian, tertimpa benda, olahraga
dan korban kekerasan.(Muharsanto, 2008)
Vulnus punctum merupakan bagian dari
trauma tajam yang mana luka tusuk masuk ke dalam jaringan tubuh dengan luka
sayatan yang sering sangt kecil pada kulit misalnya luka tusuk pisau.
Vulnus Punctum merupakan cedera
penetrasi. Penyebab nya berkisar dari paku sampai pisau atau peluru. Walaupun
perdarahan nyata sering kali sedikit, kerusakan jaringan internal dan
perdarahan dapat meluas dan mempunyai resiko tinggi terhadap infeksi sehubungan
dengan adanya benda asing pada tubuh.
Pada luka-luka terbuka dimana
terdapat kehilangan jaringan yang signifikasi, di katakan bahwa penyembuhan
terjadi secara intisif sekunder. ( Morison,2004)
Jika abdomen mengalami vulnus punctum,
usus yang menempati sebagian besar rongga abdomen akan sangat rentan untuk
mengalami trauma penetrasi. Secara umum organ-organ padat berespon terhadap
trauma dengan perdarahan. Sedangkan organ berongga bila pecah mengeluarkan
isinya dalam hal ini bila usus pecah akan mengeluarkan isinya ke dalam rongga
peritoneal sehingga akan mengakibatkan peradangan atau infeksi. .
Gambaran klinis dari vulnus punctum adalah
nyeri, hilangnya fungsi, defornitas pemendekan ekstremitas, krepitus,
pembengkakan lokal,perubahan warna (Smilder,2002)
Penatalaksanaan vulnus punctum
sejalan luka melalui fase-fase penyembuhan banyak elemen, seperti nutrisi yang
tidak adekuat, kersuhan, istirahat, dan posisi menentkan seberapa cepat proses
penyembuhan terjadi.faktor-faktor ini intervensi yang menunjukkan faktor ini
dapt membantu untuk meningkatkan penyembuhan luka.(Smilder,2002)
Di Amerika kejadian kecelakaan lalu
lintas setiap tahun di perkirakan mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah terseut
10% korban meinggal sebelum tiba di rumah sakit dan lbih tinggi dari 100.000
korban menderita berbagai tingkat kecelakaan lalu lintas tersebut (
Muharsanto,2008).
Sedangkan di indonesia dewasa ini menghadapi
permasalahan kecelakaan lalu lintas jalan yang cukup serius. Menurut data dari
mabes polri setiap tahun tercatat 9856 orang meninggal akibat kecelakaan lalu
lintas jalan tersebut. Tingginya korban tersebut di sadari telah mendorong
tingginya biaya pemakai jalan, secara ekonomis menyebabkan terjadinya
pemborosan sumber daya. Berbagai upaya penanganan juga telah di lakukan untuk
mengurangi jumlah dan kelas kecelakaan lalu lintas ( accident severity)
tersebut. Di jakarta sendiri dari 614 kasus kecelakaan lalu lintas yang di
atopsi sepanjang tahun 1982, 490 kasus sebab kematiannya merupakan hasil
kecelakaan lalu lintas yang fatal yang mana korban kecelakaan lalu lintas
mengalami luka-luka di bagian kepala, ekstremitas atas, ekstremitas bawah,
tubuh depan dan tubuh belakang ( Muharsanto,2008).
Berat ringan nya vulnus punctum
tergantung dari dua faktor yaitu : lokasi anatomi injury,kekuatan tusukan,perlu
di pertimbangkan panjangnya benda yang digunakan untuk menusuk dan arah
tisukan. (Sjamsuhidajat, 2004).
Adapun masalah keperawatan yang
muncul pada kasus vulnus punctum yaitu nyeri, gangguan pola nutrisi,resiko
tejadinya infeksi, gangguan rasa nyaman, maka dalam hal itu peran perawat
sangat penting untuk mengatasi masalah yang timbul pada pasien. Karena perawat
merupakan seperangkat tingkah laku yang di harapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai dengan kedudukan dalam suatu sistem peran perawat yang di
pengaruhi oleh keadaan sosial baik dalam maupun luar profesi keperawatan dan
sifat kontan.
0 komentar:
Post a Comment