BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Menyusui
adalah suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu diseluruh dunia berhasil menyusui
bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI. Bahkan ibu yang buta hurufpun
dapat menyusui anaknya dengan baik. Walaupun demikian, dalam lingkungan
kebudayaan kita saat ini melakuan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah
(Roesli, 2004).
Menyusui
merupakan hadiah yang sangat berharga yang dapat diberikan orang tua kepada
bayinya. Pada keadaan miskin dan darurat, ASI mungkin merupakan hadiah satu
satunya yang dapat diberikan. Pada keadaan sakit dan darurat, ASI dapat menjadi
pemberian yang menyelamatkan jiwanya (Roesli, 2008).
Proses menyusui merupakan proses
interaksi antara ibu dan bayi. Hubungan interaksi ibu dan bayi sebaiknya
terjadi selama setengah jam pertama dari mulai beberapa menit setelah bayi
dilahirkan (Unicef, 2003).
Menurut WHO (2000) bayi yang diberi susu selain ASI,
mempunyai resiko 17 kali lebih besar mengalami diare, dan 3 sampai 4 kali lebih
besar kemungkinan terkena ISPA dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI
(Depkes RI, 2005).
Setiap ibu
menghasilkan air susu, yang kita sebut Air Susu Ibu sebagai makanan alami yang
disediakan untuk bayi. Pemberian ASI eksklusif serta proses menyusui yang benar
merupakan sarana yang dapat diandalkan untuk membangun SDM yang berkualitas.
Seperti kita ketahui, ASI adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna
untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada 6 bulan pertama. Selain itu dalam
proses menyusui yang benar, bayi akan mendapatkan perkembangan jasmani, emosi,
maupun spiritual yang baik dalam kehidupannya (Roesli, 2008).
Pemberian ASI pada bayi tentulah
sangat besar manfaatnya. Banyak sekali manfaat dari ASI yang sangat dibutuhkan
oleh bayi. Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek
diantaranya adalah aspek gizi. Kalau dilihat dari aspek gizi, ada empat manfaat
Kolostrum pada ASI yang penting diketahui para ibu dan sangat berguna bagi bayi
(Anonimous,
2003).
Menurut
Roesli (2008) Saat lahir, bayi dibekali daya tahan tubuh dari ibu cukup banyak.
Daya tahan tubuh ibu akan cepat menurun, sedangkan daya tahan tubuh yang dibuat
bayi terbentuk lebih lambat. Ada saatnya daya tahan tubuh dari ibu sudah
menurun, sedangkan daya tahan tubuh bayi belum cukup banyak terbentuk. Saat
seperti ini, bayi ASI akan dilindugi oleh daya tahan tubuh dari ASI. Selain
makanan, ASI mengandung cairan hidup yang terdiri atas zat hidup, misalnya daya
tahan tubuh.
Di Indonesia, daun Katub umumnya
dimanfaatkan untuk melancarkan air susu ibu. Daun ini sudah diproduksi sebagai
sediaan fitofarmaka yang berkhasiat untuk melancarkan ASI. Setidaknya sepuluh
produk pelancar ASI yang mengandung daun Katub telah beredar di Indonesia
sejak tahun 2000. Selain itu, konsumsi sayur Katub oleh ibu menyusui dapat
memperlama waktu menyusui bayi perempuan secara nyata dan untuk bayi pria hanya
meningkatkan frekuensi dan lama menyusui. Namun demikian, penelitian terhadap
efek samping penggunaan daun Katub sebagai pelancar ASI ini masih belum pernah
dilakukan di Indonesia, sehingga belum teruji 100 persen keamanannya.
0 komentar:
Post a Comment