BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masa setelah
persalinan merupakan masa kritis dalam kehidupan ibu maupun bayi. Sekitar 60%
kematian ibu terjadi segera setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian
pada masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan. Dalam masa
ini, dilakukan pemantauan ketat bagi ibu maupun bayi serta konseling oleh Bidan
akan sangat membantu dalam mencegah kematian tersebut (Depkes RI.2004).
Pada masa nifas, kehidupan ibu
selanjutnya ditentukan dengan bagaimana si Ibu melalui masa nifasnya dengan
baik dan lancar dari pengaruh berbagai faktor. Mulai kebutuhan dan perubahan - perubahan yang terjadi
dari berbagai aspek. Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa
sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu
berikutnya disertai dengan pulihnya kembali organ – organ yang berkaitan dengan
kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya
berkaitan saat melahirkan lamanya kira-kira 6 minggu. Kebutuhan dan perubahan
dalam masa nifas, diantaranya Fisik (keadaan jasmani), Psikologi, Sosial, Spiritual (rohani). Dari keempatnya yang
paling esensial adalah sosial dan lingkungannya karena nantinya akan berpengaruh pada
pembentukan ikatan antara ibu dan anaknya
(Anonymous, 2008).
Secara sosial dan
lingkungan terjadi perubahan-perubahan pada wanita yang sudah melahirkan, perlu
menyesuaikan diri terhadap dasar sebagai ibu, atau penambahan anak. Selain itu
juga terdapat konflik rasa kewanitaan dan rasa keibuan pada masa nifas.
Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik pada masa nifas, tetapi
sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dengan keadaan sosialnya
sehingga mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai gejala atau
sindroma (Ambarwati, 2008).
Berarti secara
langsung bahwa perubahan sosial menentukan psikologis ibu nifas. Perubahan
sosial yang akan dialami oleh ibu setelah melahirkan diantaranya menjadi orangtua yang
sempurna Maksudnya disini adalah bagi pasangan yang baru pertama kali
memiliki anak terdapat perubahan sosial besar dimana sebelumnya hanya ada 2
orang (suami istri) tiba – tiba berubah menjadi orangtua yang sempurna ketika
buah hati lahir. Pada masa ini, suami istri dituntut untuk menjadi orangtua
yang siap siaga 24 jam dalam kehidupannya, dimulai dengan mengatur jadwal
bersama demi si buah hati untuk memenuhi kebutuhannya (Ambarwati,2008).
Perkembangan
bayi normal sangat tergantung dari respon kasih sayang antara ibu dan bayi yang
dilahirkan yang bersatu dalam hubungan psikologi dan fisikologis. Ikatan ibu
dan anak dimulai sejak anak belum dilahirkan sengan suatu perencanaan dan
komunuikasi kehamilan, serta menerima janin yang tumbuh sebagai individu baik
dari ayah dan ibunya. Sesudah lahir sampai minggu minggu berikutnya, kontak
visual dan fisik bayi memicu berbagai penghargaan satu sama lain (Suherni,
dkk,2010).
Para
peneliti USA menemuka bahwa bayi prematur
yang di pijat 3 kali selama 15 menit dalam waktu sepuluh hari, akan mengalami
peningkatan berat badan lebih cepat dan pulang ke rumah 6 hari lebih awal.
Proyek penelitian di USA dan Kanada mendukung keefektifan dan keamanan dari
perawatan kulit ke kulit (seperti kangguru) untuk bayi pretrem orang tua menyebutnya “asuhan penuh cinta” atau dengan nama
lain Bounding Attachment, mereka merasakan
kenikmatan, kebahagiaan dan perasaan yang sangat luar biasa. Ibu dan ayah
berbisik dan bernyanyi lembut untuk bayi mereka selama melakukan asuhan.
Dilaporkan juga bahwa bayi yang mendapatkan asuhan ini lebih sedikit menangis,
mendapatkan pertambahan berat badan yang cukup besar, lebih berasil untuk
menyusu ASI, dan dipulangkan kerumah lebih awal (Sulistyawati, 2009).
Di
Indonesia Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DepKes RI) dengan progaram
maternal dan neonatal sejak tahun 1999 mengembangkan berbagai pendekatan baru
yang di dasarkan pada praktek-praktek terbaik (Best Practise) yang diakui
dunia. dengan adanya kegiatan ini dapat berguna untuk membantu memperbaiki
kondisi kesehatan ibu dan bayi baru lahir di beberapa daerah terpencil.
Pendekatan baru ini tidak semata-mata yang berupa kegiatan-kegiatan untuk
memperbaiki kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan (supply), tapi juga mencakup
kegiatan-kegiatan untuk meningkat tuntunan masyarakat. Menurut mentri kesehatan
pembangunan sumber daya manusia (PSDM) tidak melepaskan dari upaya kesehatan
khusus nya upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi baru lahir (DepKes,
RI, 2011).
Sesuai
dengan program pemerintah peningkatan kualitas manusia Indonesia seutuhnya
dapat di capai antara lain dengan peningkatan penggunaan ASI maka posisi rumah
sakit dengan kebijakan nya dalam hal Bounding Attachment merupakan suatu hal
yang sanagat penting terutama pada saat ibu melahirkan bayi nya, karna
disinilah pertama kali ibu mengadakan kontak langsung dengan bayi nya segera
setelah lahir. Kalau selama masa dalam kandungan semua kebutuhan nutrisi di
dapatkan melalui tali pusat, maka setelah bayi lahir membutuhkan kontak kembali
dengan ibunya baik kepentingan nutrisi maupun untuk kepentingan lainnya.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam rangka mencapai sehat untuk
semua di tahun 2011. Upaya tersebut di jabarkan dalam berbagai bentuk pelayanan
kesehatan dengan melibatkan seluruh tenaga kesehatan. Diantaranya adalah bidan
yang merupakan tenaga kesehatan yang melibatkan langsung dalam upaya
pelaksanaan Bounding
Attachment dan ibu nifas yang sangat berperan penting dalam hal tersebut (Wahyuni,
2011).
Upaya
kesehatan ini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk pelaksanaan untuk ditentukan
oleh jenis kebutuhan kemampuan dan di sesuaikan dengan tahap perkembangan
masyarakat. Disini diperlukan peran aktif pemerintah dan masyarakat khusus nya
kepada para bidan dan ibu yang apabila keadaan memungkinkan. Ibu harus sudah
siap untuk merawat bayi nya sedini mungkin salah satu upaya yang dapat
dijalankan untuk mencapai tujuan ini adalah dilakukan rawat gabung (Subaryono,
2009).
Mengingat
pentingnya ASI dan keterikatan kasih sayang (Bounding
Attachment) antara ibu dan anak, dan masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang ASI
dan bagaimana cara mewujudkan kasih sayang tersebut. Keterikatan kasih sayang
bisa terwujud dari janin masih berada didalam kandungan dan untuk mempereratnya
bayi yang baru lahir bisa dilakukan IMD (inisiasi menyusu dini), dari hal
tersebut selain manfaat ASI yang didapatkan begitu besar juga sangat bermanfaat
untuk psikologis ibu dan anak karena sebuah kasih sayang bisa berawal dari
sebuah sentuhan,dan dekapan ibu kepada anaknya disaat dilakukan IMD (Roesli, 2006).
0 komentar:
Post a Comment