Reaksi Oksidasi dapat didefinisikan sebagai peristiwa
kehilangan elektron atau kehilangan hydrogen, sehingga disebut juga reaksi
dehidrogenasi. Bila suatu senyawa dioksidasi maka harus ada senyawa lain yang
direduksi, yaitu akan memperoleh elektron atau memperoleh hydrogen.(Sri Widya :
2000)
Secara kimiawi, oksidasi di definisikan sebagai
pengeluaran electron dan reduksi sebagai penangkapan electron, sebagaimana di
lukiskan oleh oksidasi ion fero menjadi feri e (elektron) Fe 2+ ¬ Fe3+ . Dengan
demikian, oksidasi selalu disertai reduksi aseptor electron. Prinsip ini
osidasi – reduksi ini berlaku pada berbagai sistem biokimia dan merupakan
konsep penting yang melandasi pemahaman sifat oksidasi biologi. kita ketahui
bahwa banyak oksidasi biologi dapat berlangsung tanpa peran serta molekul
oksigen, misalnya : dehidrogenasi.
Pengertian sempit oksidasi biologi: reaksi suatu zat
dengan molekul oksigen.
Pengertian luas oksidasi biologi : pelepasan hidrogen
(dehidrogenasi) atau pelepasan elektron.
Dalam oksidasi biologi diperlukan hidrogen/elektron,
dalam reaksi, apabila ada yang dioksidasi pasti ada yang direduksi.
Akseptor Hidrogen
Reaksi dapat lebih panjang. Sebelum hidrogen diterima
oksigen, dipindah tangankan melalui beberapa aseptor hidrogen
Pada setiap hidrogen pindah ke aseptor hidrogen akan
keluar energi. Hidrogen terakhir diterima oleh oksigen menjadi
H2O. Beberapa aseptor hidrogen adalah :
1.NAD (nikotin amida dinukleotida)
2.NADP (nikotin amida dinukleotida pospat)
3.FAD (flavo adenin dinukleotida)
4.Sitokrom, masing2 dg enz dehidrogenase yg sesuai.
Fungsi Reaksi Oksidasi Biologi
Di dalam system biologi sel makhluk hidup, reaksi
oksidasi reduksi berperan dalam reaksi-reaksi yang menghasilkan energy.
Contohnya pada oksidasi glukosa menjadi CO2, air dan energy.
Proses oksidasi reduksi ini dapat berlangsung secara
anaerob maupun aerob. pada keadaan aerob reaksi berlangsung tanpa adanya
oksigen sebagai penerima akhir elektron atau hydrogen. Contohnya adalah proses
peragian karbohidrat oleh sel ragi. Karbohidrat seperti pati, glukosa, sukrosa,
dll. Dapat diuraikan oleh enzim-enzim yang terdapat di dalam ragi menjadi CO2
dan etanol. Pada keadaan aerob reaksi berlangsung dengan menggunakan
oksigen sebagai penerima akhir elektron atau hydrogen. Keadaan ini dapat
ditemukan pada berbagai sel hidup dalam lingkungan yang cukup oksigen. Hasil
akhir oksidasi aerob adalah CO2 dan air.
Dari uraian tersebut, tampak bahwa baik pada keadaan
aerob maupun anaerob, oksidasi selalu menghasilkan CO2. Perbedaan
hanya pada terbentuknya air (pada oksidasi aerob) dan etanol (anaerob).
Dari fakta ini dapat disimpulkan bahwa oksidasi aerob
merupakan oksidasi lengkap. Hal ini dapat dipahami karena air tidak dapat
dioksidasi lagi, sedangkan etanol masih dapat dioksidasi lebih lanjut.
Oksidasi biologi berbeda dengan oksidasi yang terjadi
dalam system bukan biologi, tidak berlangsung secara sekaligus tanpa kendali,
tetapi secara bertahap. Untuk itu diperlukan sejumlah enzim yang bekerja sama
dalam memindahkan elektron atau hydrogen.
sebuah sel memperoleh energy dari molekul gual atau
protein dengan membiarkan atom-atom karbon dan hidrogennya bersenyawa dengan
oksigen membentuk CO2 dan H2O. oksidasi sel berlangsung
secara bertahap. proses itu dipecah menjadi sejumlah reaksi dan hanya sebagian
kecil saja yang secara langsung melibatkan penambahan oksigen.
Oksidasi tidak hanya diartikan sebagai penambahan
atom-atom oksigen, oksidasi lebih tepat bila digunakan untuk seua reaksi dimana
elektron-elektron dipindahkan dari satu atom ke atom yang lain. Oksidasi dalam
pengertian ini didefinisikan sebagai pelepasan elektron sedangkan reduksi
penambahan elektron.
Walaupun secara energy bentuk karbon yang sering
dijumpai adalah CO2 dan untuk hydrogen adalah H2O. kedua
molekul itu sesungguhnya berada dalam keadaan stabil dan membutuhkan energy
aktifasi agar dapat mencapai konfigurasi yang lebih stabil. Katalisator protein
yang sangat spesifik atau enzim bergabung dalam molekul-molekul biologi
sedemikian rupa sehingga bahan tersebut mengurangi energi aktifasi reaksi-reaksi
tertentu yang harus dijalani oleh molekul-molekul tersebut. Sebagian
energi yang dilepaskan dalam reaksi oksidasi dimanfaatkan dalam pembentukan
ATP. ATP berfungsi sebagai media penyimpan energi yang baik untuk
menggerakkan berbagai reaksi kimia yang dibutuhkan oleh sel.
Didalam sel yang sedang bernafas secara aerobik
oksidasi menjadi aseti co enzim A dan CO2. Oksidasi dalam tahap ini memerlukan
3 kelompok enzim
1. Kelompok piruvat dehidrogenase meng-oksidasi dan
mengadakan dekarboksilasi oksidatif menjadi suatu bentuk asetat yaitu tioester
asetil CoA
2. Daur krebs asam trikarboksilat mengoksidasi
karbon menjadi CO2 dan membentuk NADH dan FADH2
3. Rantai pernafasan dari enzim pemindah elektron
mengoksidasi kembali ko enzim NADH dan FADH2 yang telah diproduksi oleh
reaksi-reaksi dehidrogenase dari katabolisme. Pada pernafasan elektron dan
proton yang semula diturunkan dari molekul-molekul makanan, akhirnya bereaksi
dengan O2 untuk menghasilkan H2O. Rantai pernafasan enzim terletak
di membran mitokondria dalam dan akseptor elektron akhiran adalah oksigen.
Energi redoks yang diperoleh dengan reaksi-reaksi pertukar elektron ini
sebagian di tersimpan oleh penggabungan pemindahan elektron pada fosforilasi
ADP. Selain abekerja sebagai akseptor elektron akhir untuk koenzim-koenzim
FADH2 dan NADH yang di hassilkan pada dehidrogenasi metokondrial, maka rantai
pernafasan dapat memenfaatkan jalur-jalur reaksi tertentu untuk bertindak
sebagai akseptor elektron akhir bagi NADH yang di hasilkan didalam sito plasma
misalnya glikolisis aerobik
0 komentar:
Post a Comment