I.
PENDAHULUAN
Rumah Sakit Pemerintah merupakan unit kerja dari Instansi Pemerintah yang
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum. Permasalahan yang selalu
timbul adalah sulitnya meramalkan kebutuhan pelayanan yang diperlukan
masyarakat maupun kebutuhan sumber daya untuk mendukungnya. Di lain pihak Rumah
Sakit harus siap setiap saat dengan sarana, prasarana tenaga maupun dana yang
dibutuhkan untuk mendukung pelayanan tersebut. Di samping itu Rumah Sakit
sebagai unit sosial dihadapkan pada semakin langkanya sumber dana untuk
membiayai kebutuhannya, padahal di lain pihak Rumah Sakit diharapkan dapat
bekerja dengan tarif yang dapat terjangkau oleh masyarakat luas.
Dengan perubahan sistem keuangan Rumah Sakit serta sistem keuangan
Pemerintah secara keseluruhan diharapkan dana yang dikelola oleh Rumah Sakit
akan menjadi lebih besar dan terus meningkat sejalan dengan peningkatan
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) serta persiapan Badan Layanan Umum dari
tahun ke tahun. Kondisi ini selain akan membawa pengaruh positif bagi
peningkatan pelayanan, tetapi juga membuka peluang untuk timbulnya ekses
negatif penyalahgunaan dalam pengelolaan keuangan negara. Untuk itu diperlukan
berbagai upaya dalam mengatasinya.
Akuntansi Rumah Sakit yang merupakan salah satu kegiatan dari manajemen
keuangan adalah salah satu sasaran pertama yang harus diperbaiki agar dapat
memberikan data dan informasi yang akan mendukung para manajer Rumah Sakit
dalam pengambilan keputusan maupun pengamatan serta pengendalian kegiatan Rumah
Sakit. Yang menjadi kendala pada Rumah Sakit Swadana dan belum terpecahkan
sampai saat ini adalah Rumah Sakit melakukan dua sistem pencatatan dan
pelaporan yaitu yang berdasarkan prinsip akuntansi yang lazim (Accrual Basis)
dan Basis Kas (Cash Basis) untuk memenuhi ketentuan yang berlaku yang
diharapkan dapat berjalan secara paralel, independen dan tercipta mekanisme
saling kontrol di antaranya (kontrol internal), namun dirasakan menjadi beban
petugas Rumah Sakit.
II.
LAPORAN KEUANGAN RUMAH SAKIT
Dalam
laporan keuangan rumah sakit terdapat empat laporan keuangan utama yang
dihasilkan oleh proses akuntansi, yaitu:
1. Neraca
Terdiri dari :
• Aktiva dan
utang diklasifikasi menjadi:
– Aktiva
lancar – aktiva tetap
– Utang
lancar – utang jangka panjang
• Aktiva
bersih (ekuitas) diklasifikasi berdasarkan:
– Aktiva
bersih tidak terikat
– Aktiva
bersih terikat temporer
– Aktiva
bersih terikat permanen
Neraca dalam
rumah sakit tidak mempunyai perbedaan mendasar baik isi maupun proses
penyusunan dari sudut pandang ilmu akuntansi dibandingkan dengan neraca
perusahaan yang sering kita kenal disektor komersial namun demikian ada
beberapa hal yang secara khusus perlu diperhatikan antara lain:
a. Kas
Jumlah kas
yang tercatat dalam neraca tidak termasuk kas pada Dana Terikat yang tidak
dapat digunakan untuk kegiatan operasi.
b. Piutang
Piutang
harus dilaporkan pada jumlah yang diperkirakan dapat direalisasi.
c. Investasi
Investasi
awal dicatat pada harga perolehan pada saat pembelian, atau pada nilai wajar
pada saat penerimaan jika investasi diterima sebagai pemberian.
d. Aktiva Tetap
Aktiva tetap
dilaporkan bersama dengan akumulasi depresiasinya dalam Dana Umum.
e. Aktiva yang Disisihkan
Klasifikasi
aktiva terikat (restricted assets) hanya diberikan pada dana yang
penggunaannya dibatasi oleh pihak eksternal rumah sakit yang mensponsori dana
tersebut.
f. Utang Jangka Panjang
Utang jangka
panjang dilaporkan pada neraca.
g. Saldo Dana
Sesuai
dengan kaidah pembagian dana yang dijelaskan, saldo dana yang dimiliki oleh
rumah sakit dipisahkan menjadi tiga macam yaitu: terikat, terikat sementara
waktu, dan terikat permanen.
2. Laporan Operasi
Untuk rumah
sakit, hasil dari kegiatan operasinya dilaporkan dalam Laporan Operasi (Statement
of Operations). Laporan ini mencakup tentang pendapatan, beban, untung dan
rugi, serta transaksi lainnya yang mempengaruhi saldo dana selama periode berjalan.
Dalam laporan operasi harus dinyatakan suatu indikator kinerja seperti halnya
laba bersih dalam perusahaan, yang melaporkan hal kegiatan operasi rumah sakit
selama periode berjalan. Indikator kinerja ini harus mencakup baik laba ataupun
rugi operasi selama periode berjalan maupun laba langsung yang diperoleh selama
operasi berjalan. Perubahan lain dari saldo dana selama periode berjalan harus
dilaporkan setelah indikator kinerja.
Berikut
adalah pos-pos lain yng jga perlu menjadi perhatian:
a. Pendapatan Jasa Pasien
Pendapatan
jasa pasien dihitung dari jumlah bruto dengan menggunakan tarif standar. Jumlah
tersebut kemudian di kurangi dengan penyesuaian kontraktual (contractual
adjusments) menjadi Pendapatan Bersih Jasa Pasien.
b. Penyesuaian
Kontraktual
Penyesuaian
kontraktual berasal dari keterlibatan pihak ketiga dalam proses penggantian
pembayaran medis. Perusahaan asuransi biasanya mengganti kurang dari jumlah
tarif standar penuh untuk jasa medis yang disediakan bagi pasien yang menjadi
tanggunan asuransi. Meskipun rumah sakit memiliki tarif standar untuk jasa yang
diberikan, namun rumah sakit menjalin kontrak dengan pembayar pihak ketiga di
mana rumah sakit menerima jumlah pembayaran yang lebih rendah untuk jasa
tersebut.
c. Pendapatan
dari Kegiatan Lainnya
Pendapatan
dari kegiatan lain mencerminkan pendapatan dari sumber-sumber bukan pasien,
seperti kantin dan sewa parkir. Pendapaatan ini biaaanya mencerminkan jumlah
bersih dari operasinya, jadi bukan jumlah brutonya.
d. Transfer
Antardana
Tidaklah
tepat untuk tetap mengelola aktiva dalam Dana Terikat ketika persyaratan yang
ditetapkan oleh pihak sponsor atau donor sudah terpenihi. Dalam hal ini aktiva
tersebut harus ditransfer dari Dana Terikat ke Dana Tidak Terikat. Untuk tujuan
pelaporan keuangan, transfer antar dana ini dilaporkan dalam Laporan Operasi
sebagai “Pelepasan Saldo Dana” dan ditunjukkan sebagai penambahan atas Dana
Tidak Terikat.
Contoh Pendapatan:
1. Pendapatan operasioal rawat jalan: karcis umum dan karcis spesialis.
2. Pendapatan operasional rawat inap:
akomodasi dan visite.
3. Pendapatan tindakan medis: tindakan
medik, dan tindakan keperawatan
4. Pendapatan operasional unit
penunjang: rasiologi, laboratorium, fisioterapi, farmasi, dan rehab medik.
e. Beban
Dana Umum
Beban-beban
dalam Dana Umum diakui secara akrual, seperti halnya pada entitas komersial.
Contoh beban :
Biaya
pelayanan:· bahan, jasa pelayanan, pegawai, penyusutan, pemeliharaan, asuransi,
langganan dan daya, pelatihan, dan penelitian.
Biaya
umum dan· administrasi: pegawai, administrasi kantor, penyusutan, pemelihataan,
langganan dan daya, pelatihan, dan penelitian
f. Sumbangan
Sumbangan
(donasi) dibagi menjadi donasi yang terbentuk jasa dan berbentuk aktiva. Karena
sering kali sulit untuk menetapkan nilai dari donasi yang berbentuk jasa, maka
nilai dari donasi ini biasanya tidak dicatat. Namun, jika terdapat kebutuhan
untuk melakukan pencatatan, maka perkiraan nilai dari donasi jasa dicatat
sebagai sumbangan yang langsung diikuti dengan beban dalam jumlah yang sama.
Sedangkan donasi yang berbentuk aktiva dilaporkan pada nilai wajar pada tanggal
diterimanya sebagai sumbangan jika donasi aktiva ini penggunaannya dibatasi
oleh pihak sponsor atau donor maka dilaporkan dalam Dana Terikat Sementara atau
Dana Terikat Permanen. Ketika pembatasannya sudah tidak berlaku lagi, maka
dilakukan transfer dari Dana Terikat ke Dana Umum.
3. Laporan
Perubahan Aktiva Bersih
Laporan ini
menyajikan perubahan dalam ketiga kategori aktiva bersih yang Tidak Terikat,
Terikat Sementara, dan terikat Permanen.
4. Laporan
Arus Kas
Format dari
laporan ini serupa dengan yang digunakan untuk entitas komersial.
Laporan arus kas terdiri dari:
1. Aktivitas operasi
2. Aktivitas investasi
3. Aktivitas pendanaan
0 komentar:
Post a Comment