Sunday, 29 September 2013
Konsep Dasar Episiotomi Pada Persalinan
14:11
No comments
1) Beberapa pengertian
Persalinan adalah Serangkaian kejadian pada ibu hamil
yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau 36 – 40 minggu,
disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh si ibu.
Persalinan terbagi tiga
jenis yakni :
a. Persalinan Spontan
yakni persalinan yang berlangsung
tanpa usaha dari luar.
b. Persalinan Induksi
yakni persalinan yang dilakukan dengan
cara menimbulkan suatu rangsangan terlebih dahulu, misalnya :
- Amniotomi.
- Pitosin
c. Tindakan :
- Operatif : Seksio Cesaria
( SC )
- Alat
– alat :
- Forsep
- Vakum Ektrasi
- Episiotomi
Post Partum adalah dimulai
setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu.
Episiotomi
adalah jenis tindakan operatif dengan mem insisi perineum untuk mengeluarkan
bayi.
2) Episiotomi pada ibu
Bersalin.
Episiotomi
adalah jenis operatif yang paling banyak dilakukan pada ibu bersalin, walaupun
hanya sedikit bukti ilmiah untuk mendukung penggunaannya. Tindakan operatif ini
bukan tanpa resiko, komplikasianya antara lain meningkatnya insiden trauma
dan/atau laserasi (termasuk perpanjangan
robekan sampai ke sfingter ani), kehilangan darah, infeksi, dispareni dan
trauma psikologis
Dengan
cara episiotomi, maka robekan perineum, regangan atot – otot dan fasia pada
dasar panggul, prolapsus uteri, stress
Incontinente serta pendarahan dalam
tengkorak janin dapat dihindarkan. Luka episiotomi lebih mudah dijahit dari
pada robekan
Mereka
yang mendukung pelaksanaan episiotomi secara rutin, terutama bagi ibi
primigravida, berpendapat bahwa episiotomi dalam jangka panjang menjaga
keutuhan perineum, disamping mengurangi insiden robekan, terutama robekan
perineum tingkat tiga. namun sekarang hal ini diperdebatkan oleh para ahli.
Dalam suatu studi di kanada yang mengamati fungsi dasar panggul ibu pasca
persalinan selama 3 bulan, yang membandingkan antara ibu yang mendapat
episiotomy dengan mereka yang mengalami robekan perenium dan ibu dengan
perenium utuh. dalam study ini diikut sertakan baik ibu bersalin multigravida
maupun primigravida. Hasilnya menunjukan bahwa ibu bersalin, tanpa memandang
paritas, dengan perineum yang utuhlah yang memiliki fungsi dasar pinggul
terbaik pada 3 bulan pasca persalinan. Ibu bersalin primigraviga yang mengalami
persalinan pervaginan dengan episiotomy, memiliki resiko lebih besar untuk
mengalami robekan perineum derajat 3 dan 4. studi ini dan studi lain
menunjukkan bahwa ibu bersalin primigravida tidak memiliki resiko lebih besar
untuk mengalami laserasi hebat dan trauma pada dasar panggul, kesimpulannya
adalah tidak ada bukti yang mendukung praktek episiotomi rutin pada
primigravida
3) Indikasi Pengunaan
Episiotomi
a.
Mempercepat kelahiran
dengan melakukan episiotomi bila ada tanda-tanda gawat janin pada saat kepala
bayi merenggangkan perineum.
b.
Komplikasi kelahiran per vaginan seperti
sungsang,distorsi bahu, forsep, vakum, ektraksi cunam.
c.
Perlindungan pada
kepala bayi premature jika perenium ketat.
d.
Jaringan parut pada
perenium atau vagina.
4) Klasifikasi Episiotomi
Tindakan
operatif Episiotomi dapat dibagi mengadi 3 berdasarkan cara melakukan insisi.
a)
Episiotomi Medialis
yakni
insisi yang di lakukan pada garis tengah kemudian menjelang akhir kemudian
insisi diatrah kan secara melintang, diperkirakan insisi itu akan memperluas diameter
jalan lahir.
b)
Episiotomi
Medio-lateralis
yaitu
irisan diarahkan mulai garis tengah dan diarahkan ke lateral sekitar 15 derajat.
c)
Episiotomi Lateralis.
5) Penanganan dengan Episiotomi
Penanganan Episiotomi adalah sebagai berikut
;
a)
Infiltrasi Perinium
-
Siapkan Spuit 10 ml
dengan lignokain 0,5%
-
Jelaskan kepada pasien
apa yang akan dilakukan dan bantulah ia untuk rilek.
-
Tempatkan dua jari di
antara kepala janin dan parinium ibu
-
Masukan seluruh jarum
mulai dari Fourchete, menembus persis
dibawah kulit dan otot perineum, sepanjang garis episiotomi.
-
Suntikan pada garis
tengah secara merata sampil menarik jarumnya keluar.
-
Suntikan pada sisi dari
garis tengah
-
Suntikan ke bagian
tengah dari dinding belakang vagina. lindungi kepala bayi dengan meletakan
jari-jari antara kepala bayi dan jarum
-
Tunggu 2 menit setelah
suntikan agar obat anesthesia bekerja.
Catatan : Aspirasi
umtuk menyakinkan suntikan lignokain tidak masuk kedalam pembuluh darah. Kejang
dan kematian dapat terjadi bila lignokain diberikan lewat pembuluh darah (IV)
b)
Cara Episiotomi
-
Episiotomi dilakukan
bila perineum telah tipis atau kepala bayi tampak sekitar 3 -4 Cm. Episiotomi
dapat menyebabkan pendarahan, sehingga jangan dilakukan terlalu dini.
-
Letakkan 2 jari di
antara kepala bayi dan perineum dengan mengunakan sarung tangan steril
-
Gunakan gunting dan
buat sayatan 3 – 4 Cm mediolateral
-
Jaga perineum dengan
tangan pada saat kepala bayi lahir agar insisi tidak meluas.
c)
Perbaikan Episiotomi
-
Antisepsis pada daerah
episiotomy
-
Jika Luka episiotomy
meluas, tangani seperti robekan tingkat III dan IV.
-
Jahit mukosa vagina
secara jelujur dengan cutgut 2-0
Mulai
dari sekitar 1 cm di atas puncak episiotomy sampai pada pada batas vagina.
Gunakan
pinset untuk menarik benang 2-0 secara interuptus.
-
Jahit otot perineum
dengan benang 2-0 secara interuptus
-
Jahit kulit secara
interuptus atau subkutikuler dengan benang 2-0
d)
Penanganan Komplikasi
-
Jika terdapat hematoma,
darah dikeluarkan, jika tidak ada tanda infeksi dan pendarahan sudah terhenti,
lakukam penjahitan.
-
Jika terjadi infeksi,
buka dan drain luka. berikan
Ampisillin
500 mg per oral 4 kali sehari
Metronidazol
400 mg per oral 3 kali sehari
-
Jika infeksi mencapai
otot dan terdapat nekrosis, lakukan debridemam dan berikan antibiotika secara
kombinasi sampai pasien bebas deman 48 jam
Penisillin
G 2 juta unit setiap 6 jam
Gentamisin
5 mg/kg/berat badan setian 24 jam.
Metrodazol
400 mgper oral 3 kali sehari selama 5 hari
sesudah
pasien bebas demem selama 48 jam berikan ampisillin 500mg dan metronidazol 400
mg 3 kali sehari
-
Luka dapat dijahit
setelah tenang 2 – 4 minggu kemudian.
Konsep dasar Seksio Sesaria
11:00
No comments
Pengertian Seksio Sesaria
Seksio sesaria berasal dari bahasa
latin caedere yang artinya memotong,
pengertian ini semula dijumpai dalam Roman Law
(lex Regia) dan Emperior`s Low (Lex
Caesarea ) yaitu undang – undang yang menghendaki supaya janin dalam
kandungan ibu – ibu yang meninggal harus dikeluarkan dari dalam rahim. ()
Dewasa ini seksio sesarea jauh lebih
aman dari pada dulu berkat kemajuan dalam antibiotika, transfusi darah,
anastesi, dan tekhnik operatif yang kian sempurna. Karena itu kini ada
kecendrungan untuk melakukan operasi tanpa dasar indikasi medis yang cukup
kuat. Namun perlu diingat bahwa seorang wanita yang telah pernah mengalami
operasi pasti akan menimbulkan cacat dan parut pada rahim yang dapat
membahayakan kehamilan dan persalinan berikutnya, walau bahaya tersebut relatif
kecil. ()
Seksio Sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina, atau seksio sesaria adalah suatu histerotomia
untuk melahirkan janin dari dalam rahim. ()
Seksio Sesarea adalah pembedahan
untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. ()
- Istilah Seksio Sesarea
istilah Seksio Sesaria ada beberapa macam yakni :
1)
Seksio Sesarea Primer (efektif )
Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan
dilahirkan secara seksio sesarea, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa,
misalnya pada panggul sempit. (CV kecil dari 8 cm)
2) Seksio Sesarea Sekunder
Dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran
biasa (partus percobaan). Bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus
percobaan gagal, baru dilakukan seksio sesarea.
3)
Seksio sesarea Ulang ( Repeat Caesarean Saction )
Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami seksio sesarea (previous caesarean section) dan pada kehamilan berikutnya
dilakukan seksio sesarea ulang.
4)
Seksio Sesarea histerektomi ( Caesarean Section Hysterectomy )
Adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan
dengan seksio sesarea. Langsung
dilakukan histerektomi oleh karena
sesuatu indikasi.
5) Operasi Porro ( Porro
Operation )
Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (tentunya janin sudah mati),
dan langsung dilakukan histerektomi,
misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat.
Seksio Sesaria oleh ahli kebidanan di
sebut obstetric panacea, yaitu obat
atau terapi ampuh dari semua masalah obstetri.
C. Indikasi Medis Seksio
Sesarea
indikasi dilakukannya operasi seksio
sesarea adalah sebagai berikut :
1. Panggul Sempit
Panggul
dikatakan sempit apabila ukurannya 1 s/d 2 cm kurang dari ukuran normal.
kesempitan panggul bisa pada INLET (pintu atas panggul = p.a.p) MIDPEL-VIS
(ruang tengah panggul = r.t.p), OUTLET
(dasar panggul = p.b.p) atau kombinasi ketiganya.
Pembagian Panggul Sempit.
a). Kesempitan pintu atas panggul (pelvic inlet)
1). Pembagian
tingkatan panggul sempit :
Tingkat I : C.V = 9 –
10 cm = borderline.
Tingkat II :C.V
= 9 – 8 cm = relative
Tingkat III :C.V = 6 – 8 cm = ekstrim
Tingkat IV : C.V = 6 cm =
muklat (absolute)
2).
Pembagian menurut tindakan :
C.V = 11 cm
partus biasa
C.V = 8 – 10 cm partus percobaan
C.V
= 6 – 8 cm S.C
primer
C.V = 6 cm S.C
muklat (absolute)
Inlet
dianggap sempit bila C.V kurang dari 10 cm atau diameter transversa kurang dari
12 cm. karena yang biasanya diukur adalah conj.
Diagonalis, maka inlet dianggap
sempit bila CD kurang dari 11,5 cm.
b. Kesempitan
midpelvis
Terjadi bila :Diameter interspinarum 9 cm atau diameter transversal ditambahkan dengan diameter sagitalis posterior kurang dari 13,5 cm.
Kesempitan midpelvis hanya dapat
dipastikan dengan Rontgen pelvimetri.
c. Kesempitan outlet
Adalah bila diameter transversal dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm.
kesempitan outlet, meskipun bisa
tidak menghalangi lahirnya janin. namun dapat menyebabkan parineal ruptur yang hebat karna arkus pubis sempit sehingga kepala janin terpaksa melalui ruangan
belakang.
2. Malpresentasi Janin
a.
Letak Defleksi ( Letak kepala
menengadah)
Bagian terbawah adalah puncak kepala,
pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling rendah, dan UUB sudah berputar
kedepan. Menurut statistik hal ini terjadi pada 1 % dari seluruh persalinan
.
Letak defleksi ringan ini biasanya disebabkan : Kelainan panggul (panggul
picak), kepala bentuk bundar, Anak kecil atau mati, Kerusakan dasar panggul.
Letak Defleksi ada beberapa macam antara lain
:
Presentasi Muka (Face Presentation)
Presentasi Dahi.
b.
Letak Lintang (Transverse Lie)
Adalah bila sumbu memanjang janin
menyilang ibu secara tegak lurus atau mendekati 90 derajat. Jika sudut yang
dibentuk kedua sumbu ini tajam disebut oblique lie, yang terdiri dari deviated hed presentation (letak kepala
mengolak) dan deviated breech
presentation ( letak bokong mengolak). Karena biasanya yang paling rendah
adalah bahu, maka dalam hal ini disebut juga shoulder presentation.
c.
Presentasi rangkap/ ganda.
Menurut Eastman
adalah keadaan dimana bagian kecil janin menumbung disamping bagian besar janin
dam bersama sama memasuki panggul.
Misalnya tangan disamping kepala, kaki di samping kepala
atau tangan disamping bokong.
Letak rangkap terjadi pada keadaan dimana pintu atas
panggul tidak dimasuki seluruhnya oleh bagian terbawah janin, seperti pada :
Panggul sempit, Janin yang kecil atau mati, Multipara,
karena dinding perut sudah kendor dan kepala masih tinggi, Gemeli.
3. Partus Lama (Prolonged Labor) dan partus
terlantar.
Partus lama masih merupakan suatu
masalah di Indonesia,
karena seperti kita ketahui, bahwa 80 % dari persalinan masih ditolong oleh
dukun. Dan baru sedikit sekali dari dukun beranak ini yang telah ditatar
sekedar mendapatkan kursus dukun.
Karenanya kasus-kasus partus macet
masih banyak dijumpai, dan keadaan ini memaksa kita untuk berusaha menurunkan
angka kematian ibu maupun anak. Yang sangat ideal tentunya bagaimana mencegah
terjadinya partus macet.
Pada umumnya batas – batas normal persalinan adalah :
Primi para -
mean : 13 – 14 jam.
-
median : 10 jam.
-
mode : 7 jam.
Multi para -
mean : 8 jam.
-
median : 6 jam.
- mode : 4 jam
Persalinan
pada primi biasanya lebih lama 5 s/d 6 jam dari pada multi. Bila persalinan
berlangsung lama, dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi baik terhadap ibu
maupun terhadap anak, dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak.
4. Plasenta
Previa.
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplementasi pada tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi
sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal)
Menurut de snoo, berdasarkan pada pembukaan
4 – 5 cm
a.
Plasenta previa sentralis (totalis),
bila pada pembukaan 4 – 5 cm teraba plasenta menutupi seluruh ostium.
b.
Plasenta previa lateralis, bila pada
pembukaan 4 -5 cm sebagian pembukaan ditutupi oleh plasenta, dibagi 3 :
1). Plasenta previa lateralis posterior, bila sebahagian menutupi ostium bagian belakang.
2). Plasenta previa lateralis anterior bila menutupi ostium bagian
depan.
3). Plasenta previa marginalis bila sebahagian kecil atau hanya pinggir
ostium yang ditutupi plasenta.
5. Pre-eklamsi dan Eklamsi
Pre- eklamsi dan eklamsi merupakan
kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya
masih belum jelas. Setelah pendarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi
merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu
kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting yaitu mampu mengenali dan
mengobati pre-eklamsi ringan agar tidak berlanjut menjadi eklamsi. Hal ini haya bisa diketahui bila ibu hamil memeriksakan
dirinya selama hamil. Jadi jelaslah bahwa pemeriksaan antenatal yang teratur
sangat penting dalam upaya mencegah pre-eklamsi dan eklamsi.
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,
bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri atas: hipertensi, proteinuria,
dan udema, yang kadang – kadang
diserta konvulsi sampai koma. Ibu tersebut tidak menunjukan tanda – tanda
kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya.
indikasi Seksio Sesarea adalah :
1.
Disproporsi janin – panggul.
2.
Gawat janin.
3.
Plasenta previa.
4.
Pernah seksio sesarea.
5.
Kelainan letak.
6.
Pre-eklamsi dan hipertensi.
D. Komplikasi
Komplikasi Seksio
Sesarea bahwa :
- Infeksi puerperal (nifas)
a. Ringan : Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
b. Sedang : Dengan kenaikan suhu
yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung
c. Berat : Dengan peritonitis, sepsis
dan ilius paralitik. Hal ini sering kita jumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya
telah terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama
Penanganannya adalah dengan pemberian cairan, elektrolik
dan antibiotik yang ade kuat dan tepat
- Pendarahan, disebabkan karena :
a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terluka
b. Atonia Uteri
c. Perdarahan pada placental
bed
- Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonialisasi terlalu tinggi
- Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan mendatang
Sedangkan menurut (wiknjosastro, 2005) komplikasi Seksio
Sesarea adalah :
a. Pada Ibu
1)
Infeksi puerperal, komplikasi ini bisa
bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas,
atau bersifat berat, seperti peritonitis,
sepsis, dan sebagainya. Infeksi post operative terjadi apabila
sebelum pembedahan sudah ada gejala – gejala infeksi intrapartum, atau ada faktor – faktor yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban
pecah, tindakan vaginal sebelumnya)
Bahaya infeksi sangat diperkecil dengan pemberian
antibiotik, akan tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama seksio
sesarea klasik dalam hal ini lebih berbahaya dari pada seksio sesarea transperitonealis profunda.
2)
Perdarahan banyak bisa timbul
pada waktu pembedahan jika cabang – cabang arteria
uteria ikut terbuka atau karena atonia
uteri.
3)
Komplikasi – komplikasi lain
seperti luka kandung kencing, embolisme
paru – paru, dan sebagainya sangat jarang terjadi.
4)
Suatu komplikasi yang
baru kemudian tampak, ialah kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi rupture uteri. Kemungkinan peristiwa ini lebih
banyak ditemukan sesudah seksio sesarea
klasik.
b. Pada Anak
Seperti halnya dengan ibunya, nasib
anak yang dilahirkan dengan seksio sesarea banyak tergantung dari keadaan yang
menjadi alasan untuk melakukan seksio sesarea. menurut statistic di
Negara-negara dengan pengawasan antenatal dan intra natal yang baik, kematian
perinatal seksio sesarea berkisar antara 4 dan 7%.
E. Nasehat Pasca Operasi
1.
Dianjurkan jangan hamil selama lebih kurang satu tahun,
dengan memakai kontrasepsi.
2.
Kehamilan berikutnya hendaknya
diawasi dengan antenatal yang baik.
3.
Dianjurkan untuk bersalin di
rumah sakit yang besar.
4.
Apakah persalinan berikut harus
dengan seksio sesarea tergantung dari indikasi seksio sesarea dan keadaan pada
kehamilan berikutnya.
5. Hampir seluruh institusi di Indonesia tidak dianut dictum “ once a cesarean always a cesarean”.
6.
Yang dianut adalah “ once a cesarean not always a cesarean”
kecuali pada panggul sempit atau disproporsi
safalo-pelvik. ()
Subscribe to:
Posts (Atom)