BAB II
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas perbandingan antara
teori dengan kasus tentang Asuhan Keperawatan pada pasien Selulitis yang
dilakukan pada tanggal 29 Desember 2010 sampai dengan 31 Desember 2010 di Ruang
Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pidie.
A. Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian yang
penulis lakukan pada tanggal 29 Desember 2010. didasarkan data sebagai berikut
pasien bernama Tn. Am berumur 16 tahun, beralamat Beureunuen beragama Islam,
jenis kelamin , pendidikan SMA,
pekerjaan pelajar, status belum kawin, tanggal masuk 27 Desember , diagnosa medis selulitis no. cm 095388 , Ruang Rawat Bedah Rumah
Sakit Umum Daerah .
Menurut tinjauan teoritis
selulitis lebih banyak terjadi pada anak-laki-laki dari pada anak perempuan .
Pada pengkajian kasus di lapangan
keluhan yang didapatkan pada pasien adalah pasien nyeri pada luka didaerah perut kanan bawah. Menurut
teoritis keluhan utama pada pasien selulitis adalah nyeri tekan, hangat, bercak
eritema yang menyebar secara proksimal dari area tersebut, menunjukkan
keterlibatan pembuluh limfe .
Pada pengkajian riwayat penyakit
sekarang pasien mengatakan masih mengeluh sakit atau nyeri pada luka didaerah
perut kanan bawah, keluhan yang dirasakan pasien adalah mual muntah, pusing dan
rasa ngilu. Menurut tinjauan teoritis selulitis dapat mengalami nyeri tekan,
demam, menggigil, dan sakit kepala. .
Pada pengkajian riwayat penyakit
yang lalu diperoleh, berdasarkan hasil wawancara dengan pasien dan keluarga
mengatakan bahwa pasien tidak pernah mengalami penyakit ini, tetapi hanya
menderita penyakit ringan seperti demam, pilek. Menurut teoritis selulitis
adalah inflamasi jaringan subkutan kulit yang disebabkan oleh infeksi oleh
streptokokus beta-hemolitik grup A. stafilokokus aureus, hemofilus influenza,
atau organisme lain. Organisme biasanya masuh melalui kulit yang mengalami
trauma (misal trauma tumpul, batang jarum, gigitan serangga, atau luka) dan
infeksi yang terjadi dapat menyebar cepat melalui sistem limafatik, penyakit
yang tidak teratasi menimbulkan nekrosis jaringan dan septikemia. .
Pada pengkajian penyakit keluarga
pasien mengatakan dalam keluar tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit selulitis seperti yang dirasakan pasien selama ini. Menurut teoritis
penyakit ini tidak disebabkan oleh sifat bawaan garis turunan melainkan dengan
disebabkan oleh trauma, luka terinfeksi, atau gigitan serangga. ).
Pola nutrisi diperoleh data pasien
ada pemenuhhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, pasien mengeluh tidak ada
nafsu makan, mual, muntah dan porsi makanan bisa menghabiskan ¼ dari porsi yang
disediakan (Diet MII). Menurut teoritis hal ini disebabkan oleh terganggu
dialateral kolon asendens, didaerah linguinal dan membengkak kearah dinding
abdomen ( ).
Pada
pengkajian pola eliminasi sebelum sakit BAB pasien 1-2 kali sehari,
konsistensi, warna kuning selama sakit pasien 2 hari sekali BAB.
Pola
istirahat diperoleh data bahwa pola istirahatnya tidak terganggu karena dibantu
dengan therapi medis.
Pola
aktivitas diperoleh data yaitu tidak dapat beraktivitas karena badannya lemas,
pasien hanya dapat berbaring di tempat tidur, semua aktivitas pasien dibantu
oleh keluarga dan perawat.
Pasien
dengan selulitis akan mengalami perubahan kurangnya aktivitas dan mobilitasi
yang lama oleh pembatasan yang dilakukan sendiri dapat mengakibatkan penurunan
toleransi terhadap aktivitas ( ).
Pada
personal hygeine sebelum sakit pasien mengatakan dapat menjaga kebersihannya
dengan baik tanpa dibantu oleh keluarga, namun selama sakit kejadian ini
dilakukan oleh bantuan keluarga dan perawat.
Kebersihan
diri sangat berpengaruhi terhadap kondisi pemulihan kesehatan, terlebih lagi
bila adanya luka, karena bagian ini banyak mengandung pembuluh darah atau
jaringan yang rusak dan merupakan pintu masuh kuman, oleh karena itu kebersihan
diri sangat perlu dijaga ( ).
Dari
hasil pemeriksaan fisik secara umum didapat data keadaan umum lemah, kesadaran
kompos mentis, tekanan darah 100/80 mmHg, pernafasan 22, kali permenit nadi 82
kali permenit, temperatur 36,5 0C.
Secara teoritis perlu dilakukan
karena pemeriksaan vital sign hal yang awal perlu dikaji terhadap perkembangan
pasien ( ).
Pada pemeriksaan fisik secara umum
dari kepala hingga kaki yang dilakukan secara inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi didapatkan saat inspeksi wajah meringis, nampak pucat, wajah tampak
tidak bersemangat pada palpasi didapatkan nyeri tekan daerah perut kanan bagian
bawah pada pemeriksaan perkusi reflek patella normal.
Pada teoritis tindakan pada
selulitis pertahankan infus IV atau akses vena untuk memberikan antibiotik IV,
bila diindikasikan, tinggikan ekstremitas yang sakit untuk meningkatkan drainase
area. ( ).
Beberapa jenis terapi medis
keperawatan yang diindikasikan terhadap selulitis yang dialami oleh pasien Tn.
Am antara lain injeksi cepraz 1 gr/12 jam injeksi ranitidine 1 Amp/8 jam,
injeksi ceterolac 1 Amp/8 jam.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penelitian klinis tentang
respon individu keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan / proses
kehidupan. Diagnosa keperawatan untuk mencapai hasil yang menjadi gugat
perawat. ( )
Adapun diagnosa yang muncul
pada Tn. Am adalah nyeri berhubungan dengan inflamasi penyakit, di tandai
dengan data subjektif, pasien mengeluh nyeri tekan pada luka di daerah perut
kanan bawah, data objektif , nyeri tekan dengan skala nyeri 6, ekspresi wajah
meringis, wajah tampak pucat.
Menurut teoritis gangguan kenyamanan : keadaan ketika
individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dalam merespons terhadap suatu
rangsangan yang berbahaya (Carpenito,2006).
Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat di tandai dengan pasien mengeluh kurang nafsu
makan, pasien mengatakan mual dan muntah porsi yang di sediakan hanya di
habiskan 1-2 sendok.
Menurut teoritis ketidakseimbangan nutrisi : suatu
keadaan ketika individu yang tidak puasa mengalami atau beresiko mengalami
penurunan berat badan yang behubungan dengan asupan yang tidak adekuat atau
metabolisme nutrien yang tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik ( ).
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
di tandai dengan data subjektif, pasien mengatakan pasien tidak mampu
beraktivitas karena fisiknya terasa sangat lemah data objektif k/u lemah,
aktivitas pasien di bantu keluarga dan perawat.
Menurut teoritis intoleran aktivitas : penurunan dalam
kapasitas fisiologis seseorang untuk melakukan aktivitas sampai tingkat yang
diinginkan atau yang dibutuhkan ( ).
0 komentar:
Post a Comment