Friday, 30 August 2013

PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SELULITIS



BAB II
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas perbandingan antara teori dengan kasus tentang Asuhan Keperawatan pada pasien Selulitis yang dilakukan pada tanggal 29 Desember 2010 sampai dengan 31 Desember 2010 di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pidie.

A.    Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian yang penulis lakukan pada tanggal 29 Desember 2010. didasarkan data sebagai berikut pasien bernama Tn. Am berumur 16 tahun, beralamat Beureunuen beragama Islam, jenis kelamin  , pendidikan SMA, pekerjaan pelajar, status belum kawin, tanggal masuk 27 Desember  , diagnosa medis selulitis no. cm 095388 , Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Daerah  .
Menurut tinjauan teoritis selulitis lebih banyak terjadi pada anak-laki-laki dari pada anak perempuan  .
Pada pengkajian kasus di lapangan keluhan yang didapatkan pada pasien adalah pasien  nyeri pada luka didaerah perut kanan bawah. Menurut teoritis keluhan utama pada pasien selulitis adalah nyeri tekan, hangat, bercak eritema yang menyebar secara proksimal dari area tersebut, menunjukkan keterlibatan pembuluh limfe  .
Pada pengkajian riwayat penyakit sekarang pasien mengatakan masih mengeluh sakit atau nyeri pada luka didaerah perut kanan bawah, keluhan yang dirasakan pasien adalah mual muntah, pusing dan rasa ngilu. Menurut tinjauan teoritis selulitis dapat mengalami nyeri tekan, demam, menggigil, dan sakit kepala.  .
Pada pengkajian riwayat penyakit yang lalu diperoleh, berdasarkan hasil wawancara dengan pasien dan keluarga mengatakan bahwa pasien tidak pernah mengalami penyakit ini, tetapi hanya menderita penyakit ringan seperti demam, pilek. Menurut teoritis selulitis adalah inflamasi jaringan subkutan kulit yang disebabkan oleh infeksi oleh streptokokus beta-hemolitik grup A. stafilokokus aureus, hemofilus influenza, atau organisme lain. Organisme biasanya masuh melalui kulit yang mengalami trauma (misal trauma tumpul, batang jarum, gigitan serangga, atau luka) dan infeksi yang terjadi dapat menyebar cepat melalui sistem limafatik, penyakit yang tidak teratasi menimbulkan nekrosis jaringan dan septikemia.   .
Pada pengkajian penyakit keluarga pasien mengatakan dalam keluar tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit selulitis seperti yang dirasakan pasien selama ini. Menurut teoritis penyakit ini tidak disebabkan oleh sifat bawaan garis turunan melainkan dengan disebabkan oleh trauma, luka terinfeksi, atau gigitan serangga.  ).
Pola nutrisi diperoleh data pasien ada pemenuhhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, pasien mengeluh tidak ada nafsu makan, mual, muntah dan porsi makanan bisa menghabiskan ¼ dari porsi yang disediakan (Diet MII). Menurut teoritis hal ini disebabkan oleh terganggu dialateral kolon asendens, didaerah linguinal dan membengkak kearah dinding abdomen ( ).
Pada pengkajian pola eliminasi sebelum sakit BAB pasien 1-2 kali sehari, konsistensi, warna kuning selama sakit pasien 2 hari sekali BAB.
Pola istirahat diperoleh data bahwa pola istirahatnya tidak terganggu karena dibantu dengan therapi medis.
Pola aktivitas diperoleh data yaitu tidak dapat beraktivitas karena badannya lemas, pasien hanya dapat berbaring di tempat tidur, semua aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat.
Pasien dengan selulitis akan mengalami perubahan kurangnya aktivitas dan mobilitasi yang lama oleh pembatasan yang dilakukan sendiri dapat mengakibatkan penurunan toleransi terhadap aktivitas ( ).
Pada personal hygeine sebelum sakit pasien mengatakan dapat menjaga kebersihannya dengan baik tanpa dibantu oleh keluarga, namun selama sakit kejadian ini dilakukan oleh bantuan keluarga dan perawat.
Kebersihan diri sangat berpengaruhi terhadap kondisi pemulihan kesehatan, terlebih lagi bila adanya luka, karena bagian ini banyak mengandung pembuluh darah atau jaringan yang rusak dan merupakan pintu masuh kuman, oleh karena itu kebersihan diri sangat perlu dijaga ( ).
Dari hasil pemeriksaan fisik secara umum didapat data keadaan umum lemah, kesadaran kompos mentis, tekanan darah 100/80 mmHg, pernafasan 22, kali permenit nadi 82 kali permenit, temperatur 36,5 0C.
Secara teoritis perlu dilakukan karena pemeriksaan vital sign hal yang awal perlu dikaji terhadap perkembangan pasien ( ).
Pada pemeriksaan fisik secara umum dari kepala hingga kaki yang dilakukan secara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi didapatkan saat inspeksi wajah meringis, nampak pucat, wajah tampak tidak bersemangat pada palpasi didapatkan nyeri tekan daerah perut kanan bagian bawah pada pemeriksaan perkusi reflek patella normal.
Pada teoritis tindakan pada selulitis pertahankan infus IV atau akses vena untuk memberikan antibiotik IV, bila diindikasikan, tinggikan ekstremitas yang sakit untuk meningkatkan drainase area. ( ).
Beberapa jenis terapi medis keperawatan yang diindikasikan terhadap selulitis yang dialami oleh pasien Tn. Am antara lain injeksi cepraz 1 gr/12 jam injeksi ranitidine 1 Amp/8 jam, injeksi ceterolac 1 Amp/8 jam.

B.     Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penelitian klinis tentang respon individu keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan / proses kehidupan. Diagnosa keperawatan untuk mencapai hasil yang menjadi gugat perawat. (   )
Adapun diagnosa yang muncul pada Tn. Am adalah nyeri berhubungan dengan inflamasi penyakit, di tandai dengan data subjektif, pasien mengeluh nyeri tekan pada luka di daerah perut kanan bawah, data objektif , nyeri tekan dengan skala nyeri 6, ekspresi wajah meringis, wajah tampak pucat.  
Menurut teoritis gangguan kenyamanan : keadaan ketika individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan  dalam merespons terhadap suatu rangsangan  yang berbahaya (Carpenito,2006).
Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat di tandai dengan pasien mengeluh kurang nafsu makan, pasien mengatakan mual dan muntah porsi yang di sediakan hanya di habiskan 1-2 sendok.
Menurut teoritis ketidakseimbangan nutrisi : suatu keadaan ketika individu yang tidak puasa mengalami atau beresiko mengalami penurunan berat badan yang behubungan dengan asupan yang tidak adekuat atau metabolisme nutrien yang tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik ( ).
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik di tandai dengan data subjektif, pasien mengatakan pasien tidak mampu beraktivitas karena fisiknya terasa sangat lemah data objektif k/u lemah, aktivitas pasien di bantu keluarga dan perawat.
Menurut teoritis intoleran aktivitas : penurunan dalam kapasitas fisiologis seseorang untuk melakukan aktivitas sampai tingkat yang diinginkan atau yang dibutuhkan ( ).

0 komentar:

Post a Comment