1.
Pengertian
Ikterus Neonatorum
adalah menguningnya skelera, kulit
atau jaringan lain akibat penimbunan bilirubbin
dalam tubuh. Keadaan ini merupakan tanda penting penyakit hati atau kelainan
fungsi hati, saluran empedu dan penyakit darah. bila kadar bilirubbin melebihi 2 mg% maka ikterus
akan terlihat. Namun pada neonatus
ikterus masih belum terlihat meskipun kadar bilirubbin darah sudah melampaui 5 mg%. Ikterus terjadi karena peninggian kadar bilirubin indirek atau kadar bilirubin
direk.
Sedangkan menurut Manuaba ikterus dapat disebabkan hemolisis
darah janin dan selanjutnya diganti menjadi darah dewasa. Penghancuran darah
janin inilah yang menyebabkan ikterus
fisiologi. Sedangkan bila kadar bilirubin
indirek bayi cukup bulan diatas 15 mg% dan bayi belum cukup bulan diatas 10
mg% dapat disebut dengan Ikterus Neonatorum.
Kelahiran
hidup (Live Birth) ialah keluarnya
hasil konsepsi secara sempurna dari ibunya tanpa memandang lamanya kehamilan,
dan sudah terpisah dari ibunya bernafas atau menunjukan tanda – tanda kehidupan
seperti denyutan tali pusat atau pergerakan otot, tidak peduli apakah tali
pusat telah dipotong atau belum
2. Etiologi
Etiologi
ikterus disebabkan oleh beberapa factor, secara
garis besar dapat dibagi sebagai berikut
a)
Produksi yang
berlebihan, lebih dari kemampuan bayi untuk mengeluarkannya misalnya pada: hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas darah Rhesus, golongan A, golongan B, golongan
O, golongan darah lainnya, devisiensi
enzim Glukoma-6-phosphat dehidrogenase (G6PD), Pyruvate kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.
b)
Gangguan dalan proses uptake dan konjugasi hepar. Ganggunan ini dapat disebabkan oleh immaturitas hepar, kurangnya substrat untuk konjungasi bilirubin, gangguan fungsi hepar akibat asidosis,
hipoksia dan infeksi atau tidak
terdapatnya enzin glukoronil transferase
(Criggler Najjar syndrome) Penyebab
lain adalah difisiensi protein Y dalam hepar yang berperan penting dalam uptake bilirubin ke sel – sel hepar.
c)
Gangguan dalam
transportasi bilirubin dalam darah terikat
oleh albumin kemudian diangkut ke hepar. ikatan bilirubin dengan albumin
ini dapat dipengaruhi oleh obat-obatan misalnya salisilat, sulfafurazole. difisiensi albumin menyebabkan lebih
banyak terdapatnya bilirubin indirek
yang bebas dalam darah yang mudah melekat ke sel otak.
Gangguan
dalam ekskresi, gangguan ini dapat
terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau diluar hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.
3. Patofisiologi
Pada janin hepar belum banyak berfungsi karena bilirubin dikeluarkan oleh janin melalui plesenta dalam bentuk bilirubin
inderek. skema metabolisme dengan
sedikit modifikasi. metabolism bilirubin
mempunyai tingkatan sebagai berikut.
a)
Produksi
Sebahagian
besar bilirubin terbentuk sebagai
akibat degradasi hemoglobin. Tingkat
penghancuran hemoglobin ini pada neonatus lebih tinggi dari pada neonatus yang lebih tua . Bilirubin indirek yaitu bilirubin yang beraksi tidak langsung
dengan zat warna diazo (reaksi Hymens v.d Bergh), yang bersifat tidak
larut dalam air tetapi larut dalam lemak.
b)
Transportasi
Bilirubin inderek
kemudian diikat oleh albumin ke hepar. Uptake bilirubin oleh hepar dilakukan oleh protein Y dan
Z.
c) Konjugasi
Di
dalam hepar bilirubin ini mengalami
proses konjugasi yang membutuhkan energy dan enzim glukoromil transferase. sesudah mengalami proses ini bilirubin berubah menjadi bilirubin direk.
d) Ekskresi
Bilirubin direk
kemudian diekresi ke usus dan
sebahagian dikeluarkan dalam bentuk bilirubin dan sebahagian lagi dalam
bentuk sterkobilin. bila terjadi
hambatan pada peristaltis usus
misalnya pada pemberian makanan yang agak terlambat atau hal hal lain maka oleh
pengaruh enzim B glukoronidase, bilirubin
sebahagian dirubah menjadi bilirubin
indirek yang kemudian diserap ke siskulasi darah.
Bilirubin
ini kemudian diangkut ke hepar untuk
diproses lagi. Sirkulasi ini disebut sirkulasi enterohepatik. pada janin
sebahagian bilirubin yang diserap
kembali itu di ekresi melalui plasenta. Pada bayi baru lahir ekskresi melalui plasenta terputus. Pada janin ekskresi
inilah yang utama. karena itu bila fungsi hepar
belum matang atau terdapat gangguan dalam fungsi hepar akibat hipoksia,
asidosis atau bila terdapat kekurangan enzim
glukoromil transferase atau kekurangan glukosa,
maka kadar bilirubin indirek dalam
darah dapat meninggi.
Bilirubin indirek
yang terikat albumin sangat
tergantung pada kadar albumin dalam
serum. Pada bayi kurang bulan di mana kadar albumin
biasanya rendah, dapat dimengerti bila kasar bilirubin indirek yang bebas itu dapat meningkat. Peningkatan kadar bilirubin indirek yang bebas itu
dapat berbahaya karena bilirubin
bebas inilah yang dapat melekat pada sel-sel otak. inilah yang menjadi dasar
pencegahan kern-ikterus denga
memberikan albumin atau plasma. Bila kadar bilirubin indirek mencapai 20 mg% pada umumnya kapasitas maksimal
pengikatan bilirubin oleh Bayi baru
lahir yang mempunyai kadar albumin normal
telah tercapai (
0 komentar:
Post a Comment