1.
Pengertian Suhu Basal Tubuh
Suhu
basal adalah suhu tubuh sebelum melakukan aktifitas apapun, biasanya diambil
pada saat bangun tidur dan belum meninggalkan tempat tidur. (Niken Meilani,
2010)
Suhu
tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau
dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan pada pagi hari
segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas lainnya (Manuaba,2008).
Tujuan
pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa subur/ovulasi.
Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer basal. Termometer
basal ini dapat digunakan secara oral, per vagina, atau melalui dubur dan
ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit. Suhu normal
tubuh sekitar 35,5-36 derajat Celcius. Pada waktu ovulasi, suhu akan turun
terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 derajat kemudian tidak akan kembali pada
suhu 35 derajat Celcius. Pada saat itulah terjadi masa subur/ovulasi. Kondisi
kenaikan suhu tubuh ini akan terjadi sekitar 3-4 hari, kemudian akan turun
kembali sekitar 2 derajat dan akhirnya kembali pada suhu tubuh normal sebelum
menstruasi. Hal ini terjadi karena produksi progesteron menurun (Manuaba,2008)
2.
Keluarga berencana (KB) alamiah
Metode alamiah sering juga disebut
dengan metode pantang berkala, yaitu tidak melakukan senggama pada masa subur
seorang wanita yaitu sekitar waktu terjadinya ovulasi. (Hanafi Harianto,2004)
a. Cara kerja
:
Untuk menggunakan keluarga berencana alamiah secara
efektif, pasangan perlu memodifikasi prilaku seksual mereka. Pasangan harus
mengamati tanda-tanda fertilitas wanita secara harian dan mencatatnya. Mengenal
masa subur dan tidak melakukan aktifitas seksual pada masa subur jika tidak
menginginkan kehamilan.
b. Efektivitas
:
Bila digunakan secara sempurna efektivitas metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA) dapat mencapai 65%.
Bila digunakan secara sempurna efektivitas metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA) dapat mencapai 65%.
c. Manfaat :
1) Dapat digunakan baik untuk menghindari atau untuk menginginkan
kehamilan
2) Tidak ada efek samping
3) Meningkatkan pengetahuan mengenai fungsi reproduksi wanita
4) Menumbuhkan kepercayaan diri tidak tergantung kepada kontrasepsi
5) Meningkatkan keterlibatan pihak pria
6) Tidak tergantung dengan tenaga medis
7) Ekonomi
c. Indikasi :
Keluarga Berencana Alamiah merupakan metode yang sesuai untuk :
Keluarga Berencana Alamiah merupakan metode yang sesuai untuk :
1) Wanita yang mau mengamati tanda kesuburan
2) Wanita yang mempunyai siklus haid yang cukup teratur
3) Pasangan dengan tidak dapat mengguanakan metode lain
4) Tidak keberatan jika terjadi kehamilan
3.
Masa Subur
Masa subur adalah masa di mana
persetubuhan akan menghasilkan keturunan. Sedangkan persetubuhan yang terjadi
pada masa kering tidak dapat menghasilkan pembuahan (keturunan). Masa subur
berlangsung sekitar tiga hari setelah masa haid ditandai dengan rasa basah
(lengket seperti putih telur) pada alat vital wanita. Masa subur berlangsung
antara 8 sampai 12 hari, disusul masa kering yang berlangsung sekitar 13 hari.
Masa kering berakhir dengan datangnya kembali masa haid (Simamora, 2009)
Panjang-pendeknya masa-masa subur
tersebut berbeda-beda pada setiap wanita, karena itu perlu pengamatan serta
pencatatan yang tekun dan teliti oleh akseptor. Juga harus dapat dibedakan
antara lendir kesuburan pada masa basah dan lendir karena rangsangan seksual
atau karena adanya jamur. Bagi akseptor yang ingin menunda atau menjarangkan
kehamilan maka hubungan intim dilakukan pada masa kering, sedangkan pada masa
basah dapat memilih metode alternatif
(Simamora, 2009)
Perhitungan menstruasi teratur
merupakan syarat penting dengan menstruasi teratur dapat memberikan petunjuk
masa subur. Perhitungan masa subur dapat dilakukan bersama suami hingga suami
istri mempunyai pengertian yang sama. Kerja sama dengan suami perlu ditekankan
karna masa hidup ovum dan spermatozoa dalam alat genetalia cukup panjang.
(Manuaba, 2008)
Ovum yang baru dilepaskan belum mampu untuk dibuahi karena pembungkus
korona radiata masih tebal sehingga tidak ditembus oleh spermatozoa. Setelah
melewati waktu sekitar 12 jam ovum baru dapat di buahi. Hidup ovum terbatas
sekitar 48 jam dan selama itu berada kanalis tuba falofi dan siap untuk
dibuahi. Spermatozoa yang baru ditumpah kan dalam vagina banyak mengalami
kematian. Hanya sekitar masa subur yaitu pada hari ke 12 sampai ke hari 19
menstruasi spermatozoa dapat masuk kedalam rahim melalui kanalis servikalis.
(Manuaba, 2008)
Dalam kavum uteri spermatozoa
mengalami proses kapasitas dengan melepaskan pembungkus lipoprotein. Dengan
proses kapasitas spermatozoa mempunyai kemampuan untuk menembus dinding ovum
dan terjadi penyatuan inti ovum dan inti spermatozoa yang disebut proses
konsepsi. Spermatozoa dalam tubuh wanita dapat hidup selama 72 jam. Bila suami
istri melakukan senggama dua kali setiap minggu kehamilan dapat terjadi setiap
saat. (Manuaba, 2008)
Memang tubuh seorang wanita yang
fertil menunjukkan beberapa gejala dan tanda yang mengarah pada masa subur yang
siklis yaitu :
1. Pola suhu badan basal
2. Pola lendir serviks
3. Sakit perut sekitar ovulasi
4. perdarahan inter-menstrual
5. nyeri payudara
6. pola daun pakis (ferning)
lendir serviks
7. perubahan posisi dan konsistensi serviks, dilatasi serviks
8. perubahan kejiwaan
9. perubahan libido. (Hanafi Hartanto, 2004)
4.
Metode Kontrasepsi suhu basal tubuh
a. Cara kerja :
Telah
diketahui bahwa penurunan suhu basal sebanyak ½ sampai 1 derajat celcius pada
hari ke 12 sampai ke 13 menstruasi di mana ovulasi terjadi pada hari ke 14
setelah menstruasi suhu naik lebih dari suhu basal sehingga siklus menstruasi
yang disertai ovulasi terdapat temperatur bifasik. (Manuaba,2008)
Pantang
berkala dengan sistem pengukuran suhu basal memerlukan pengetahuan dan metode
pengukuran suhu basal memerlukan
pengetahuan dan metode pengukuran yang akurat, sehingga dapat bermanfaat.
Kegagalan sistem suhu basal sekitar 10% sampai 20%. Kelemahan sistem pantang berkala adalah
pengukuran suhu basal merepotkan dan tidak akurat, hanya dapat digunakan oleh
mereka yang terdidik dan hanya berguna pada siklus menstruasi 20 sampai 30
hari. (Manuaba, 2008)
Peninggian
suhu badan basal 0,2-0,5 drajat celcius pada waktu ovulasi. Peninggian suhu
badan basal mulai 1-2 hari setelah ovulasi dan disebabkan oleh peninggian kadar
hormon progesteron. (Hanafi Harianto,2004)
Pengukuran
suhu basal badan diselenggarakan setiap hari sesudah haid berakhir sampai
mulainya haid berikutnya. Ini dilakukan sewaktu bangun pagi sebelum menjalankan
kegiatan apa–apa, dengan memasukkan thermometer dalam rectum atau dalam mulut
di bawah lidah selama 5 menit. (Sarwono, 2009)
pengukuran
dilakukan secara : oral (3 menit), rektal (1 menit) ini secara terbaik, vaginal.
(Hanafi Harianto,2004)
Hormone
progesterone yang disekresi oleh korpus luteum setelah ovulasi, bersifat
termogenik atau memproduksi panas. Karena itu dapat menaikkan suhu tubuh 0,050C
sampai 0,20C dan mempertahankan pada tingkat ini sampai saat haid berikutnya.
Peningkatan suhu tubuh sebagai peningkatan termal dan ini merupakan dasar dari
metode suhu tubuh dasar ( STB) (Saifuddin.dkk, 2006).
b. Petunjuk penggunaan
Metode Suhu Tubuh Bassal
1)
Ukur suhu ibu pada waktu yang
hampir sama setiap pagi (sebelum bangkit dari tempat tidur) dam catat suhu ibu
pada kartu yang disediakan oleh instruktur Keluarga Berencana Alamiah (KBA) ibu.
2)
Pakai catatan suhu pada kartu
tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus haid ibu untuk
menentukan suhu tertinggi dari suhu yang “normal, rendah” (misalnya,
catatan suhu harian pada pola tertentu tanpa suatu kondisi yang luar biasa).
Abaikan setiap suhu tinggi yang disebabkan oleh demam atau gangguan lain.
3)
Tarik garis pada 0,05o
– 0,1o C di atas suhu tertinggi dari suhu 10 hari tersebut. Ini
dinamakan garis pelindung (cover line) atau garis suhu.
4)
Masa tak subur mulai pada sore
hari setelah hari ketiga berturut-turut suhu tubuh berada di atas garis
pelindung tersebut (Aturan Perubahan Suhu). (Sarwono, 2006)
Pantang sanggama mulai dari awal
siklus haid sampai sore hari ketiga berturut – turut setelah suhu berada di
atas garis pelindung (cover line).
Masa pantang pada Aturan Perubahan Suhu lebih panjang dari pemakaian Metode Ovulasi Billings (MOB). (Sarwono, 2006)
Catatan:
1)
Jika salah satu dari 3 suhu
berada di bawah garis pelindung (cover line) selama perhitungan 3 hari,
ini mungkin tanda bahwa ovulasi
belum terjadi. Untuk menghindari kehamilan
tunggu sampai 3 hari berturut-turut suhu tercatat di atas garis pelindung
sebelum memulai senggama.
2)
Ketika mulai masa tak subur, tidak
perlu untuk mencatat suhu basal ibu. Ibu dapat berhenti mencatat sampai haid
berikut mulai dan bersenggama sampai hari pertama haid berikutnya. (Sarwono,
2006)
a.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
suhu basal
Dengan
menggunakan suhu basal badan, kontrasepsi dengan jalan pantang berkala dapat
ditingkatkan efektivitasnya. Akan tetapi, harus diingat bahwa beberapa factor
dapat menyebabkan kenaikan suhu basal badan tanpa terjadinya ovulasi, misalnya
infeksi, kurang tidur, minum alcohol, dan sebagainya. (Sarwono, 2009)
1).
Influenza atau infeksi traktusrespiratorius lain.
2).
Infeksi atau penyakit-penyakit lain yang meninggikan
suhu badan
3).
Inflamasi lokal lidah,mulut atau daerah anus.
4).
Faktor-faktor situasional seperti mimpi buruk, mengganti
popok bayi pukul 6 pagi.
5).
Jam tidur yang ireguler
6).
Pemakaian minuman panas atau dingin sebelum pengambilan
suhu badan basal.
7).
Pemakaian selimut elektris.
8).
Kegagalan membaca termometer denga tepat atau baik.
(hanafi harianto, 2004)
d. Macam-macam peninggian suhu badan basal
1).
Peninggian suhu mendadak. Ini yang paling sering
terjadi.
2).
Peninggian suhu yang
perlahan-lahan (gradual).
3).
Peninggian suhu yang bertingkat, umunnya didahului
penurunan suhu yang cukup tajam.
4).
Peninggian suhu seperti gigi gergaji. (hanafi
harianto,2004)
Catatan
a. Ada
beberapa kasus, kadang suhu badan basal sama sekali tidak meninggi selama ovulasi, atau kadang sudah meninggi,
pra-ovulasi.
b. Demikian
pula pada siklus haid yang An-ovulatoir suhu badan basal tidak meninggi, dan
ini ditemukan pada:
- gadis muda
- klimakterium segera post partum
atau post abortus
- laktasi
c. Bila tidak
terjadi vertilisasi, korpus luteum akan berhenti bekerja, produksi hormon
progesteron menurun, dan akhirnya suhu badan basal menurun lagi.
d. Suhu badan post
ovulasi adalah lebih tinggi dari pada suhu badan pra ovulasi, meskipun tidak
terjadi ovulasi. (hanafi harianto,2004)
0 komentar:
Post a Comment