BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Menyusui merupakan
suatu proses alamiah, dan segala sesuatu yang alami adalah yang terbaik bagi
semua orang namun alami tidak selalu mudah. Melahirkan anak itu alami tertapi
tidak mudah menyusui yang sukses membutuhkan dukungan baik dari orang yang
btelah mengalaminya atau dari seseorang yang profesional terlepas dari
kesulitan awal baik ibu maupun bayi biasanya akan berhasil menetaplkan cara
menyusui yang nyaman dan memuaskan dalam beberapa hari setelah kelahiran (Ramaiah,
2007).
|
Meskipun jumlah
orang tua yang telah menyadari pentingnya memberikan ASI kepada bayinya makin
meningkat tetapi berbagai kendala masih ditemukan di masyarakat salah satunya
adalah ketidak berhasilan ibu menyusui anaknya sampai usia 6 bulan dari
berbagai alasan yang diungkapkan sebenarnya hanya satu masalah yaitu ibu belum
memahami sepenuhnya cara menyusui yang benar termasuk teknik dan cara
memperoleh Asi terutama saat mereka harus bekerja, masal lainnya ibu kurang
percaya diri bahwa ASI yang dimilikinya dapat mencukupi kebutuhan bayinya
sehingga tidak sedikit ibu yang memberikan susu formuloa sebagai tambahan untuk
alasan tersebut tertunya hal ini sangatlah tidak tepat (Roesli, 2008.
Di Indonesia hanya
40 % bayi yang diberi ASI eksklusif. Promosi susu formula yang gencar
menyebabkan banyak ibu maupun petugas kesehatan memilih memakai susu formula
yang mahal dari pada mengunakan ASI. Dukungan keluarga juga makin kurang
padahal seorang ibu yang ingin menyusi bayinya dengan sukses perlu mendapat
dukungan, gizi yang baik dan perawatan sejak ia hamil sampai melahirkan dan
menmyusui. (Depkes RI, 2009).
Persentase angka
kematian bayi baru lahir bisa ditekan 22% jika diberi ASI selama 6 bulan, jika
bayi diberi ASI sampai 11 bulan dirunkan lagi teingkat kematian 13 % dan jika
dilanjutkan dsampai usia bayi 2 tahun bisa ditunkan lagi 6% angka kematian.
Total 41% kematian balita dapat ditekan jika diberi ASI sampai usia 2 tahun
tentunya ditambah makanan pendamping ASI berusia 6 bulan keatas (Depkes RI,
2009)..
Pemberian ASI eksklusif ditanyakan
pada Riskesdas 2010, tetapi tidak ditanyakan pada Riskesdas 2007. Bayi di bawah 6 bulan mendapatkan ASI
eksklusif jika saat pengumpulan data ibunya menyatakan bahwa bayinya masih mendapatkan ASI, belum pernah
mendapatkan MPASI, dan dalam 24 jam yang lalu tidak mendapatkan makanan selain ASI. Oleh
karena jumlah bayi di bawah 6 bulan hanya sedikit, tidak bisa dianalisis menurut provinsi
dan hanya dapat dianalisis menurut karakteristik. Pemberian ASI eksklusif secara keseluruan pada umur 0-1 bulan, 2-3 bulan,
dan 4-5 bulan berturut-turut adalah 45,4 persen, 38,3 persen, dan 31,0 persen. ASI
eksklusif lebih tinggi di daerah perdesaan dibanding daerah perkotaan. Tidak ada perbedaan ASI eksklusif menurut jenis kelamin
bayi. Demikian juga tidak ada pola hubungan yang jelas antara pemberian ASI eksklusif dan tingkat pendidikan
orangtua. Hubungan yang jelas baru terlihat antara pemberian ASI eksklusif dan
tingkat pengeluaran per kapita. Semakin tinggi pengeluaran per kapita rumahtangga, semakin menurun
pemberian ASI eksklusif baik di kelompok umur bayi 0-1 bulan, 2-3 bulan, maupun 4-5 bulan (Depkes RI, 2010).
Data dari Dinas
Kesehatan Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2008 cakupan ASI Ekslusif hanya 45%
sedangkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Pidie dari jumlah 7.747 bayi
yang mendapat ASI Ekslusif sebanyak 197 (2,5%) selebihnya diberkan ASI dengan
makanan pendamping seperti air teh, pisang, makanan keras lainnya serta susu
formula. (data DinKes Kabupaten Pidie, 2010).
0 komentar:
Post a Comment