BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Salah
satu tujuan pembangunan Nasional adalah membangun manusia seutuhnya, yang
terpenuhi kebutuhan lahir batin. Untuk mencapai hal tersebut, di perlukan
berbagai usaha antara lain perbaikan gizi masyarakatyang dijadikan sebagai
pedoman demi tercapainya kemajuan program Pembangunan Nasional.
Status
gizi masyarakat yang rendah tetap menjadi focus perhatian. selain prevalensi
gizi kurang dan gizi buruk yang tinggi, berbagai masalah gizi utama lain yaitu
anemia gizi besi, gangguan akibat kurang yodium, kurang vitamin A, dan kurang
zat gizi mikro lainnya perlu ditingkatkan upaya pencegahan dan
penenggulangannya. saat ini terdapat 10 propinsi dengan prevalensi gizi kurang
diatas 30 persen, bahkan di 4 propinsi yaitu Gorontalo, NTB, NTT dan Papua
diatas 40 %, Kasus gizi buruk terus terjadi, teritama pada penduduk miskin.
Kecukupan gizi merupakan syarat mutlak bagi
kesehatan individu. Kecukupan gizi adalah banyaknya masing-masing zat-zat gizi
yang harus terpenuhi oleh setiap makluk hidup. Apabila individu kekurangan zat
besi, maka akan berakibat tidak baik bagi tubuh, sebaliknya keadaan gizi yang
berlebihan akan mengakibatkan bertambahnya berat badan atau kegemukan.
Masalah
gizi masyarakat bukan menyangkut aspek kesehatan saja melainkan aspek-aspek
terkait, seperti ekonomi, sosial bidaya, pendidikan, kependudukan dan
sebagainya. Oleh sebab itu penanganan atau berbaikan gizi sebagai upaya terapi
tidak saja diarahkan kepada gangguan gizi dan kesehatan saja melainkan juga
kearah ke bidang – bidang yang lain,
misalnya penyakit Gizi KKP (Kurang Kalori Protein) pada anak-anak balita tidak
cukup hanya pemberian makanan tambahan (PMT), tetapi juga dilakukan perbaikan
ekonomi, keluarga, peningkatan pengetahuan, dan sebagainya (Notoadmodjo, 2000).
Program pelayanan
kesehatan kesehatan dasar dalam bentuk operasional yang baik adalah posyandu.
Saat ini posyandu masih tetap ditetapkan bagi pembangunan kesehatan primer.
baik masyarakat pedesaan maupun
perkotaan. salah satu program posyandu adalah program pemantau status gizi
(PSG) anak balita. Laporan tahunan
proyek peningkatan tahun 1996-1997 dan 1997 – 1998 Dit Bina Gizi Keluarga
tampak bahwa status gizi balita terbanyak pada katagori normal 67,1 dam 71,6.
sedangkan kekurangan Energi Protein total 20,9% dan 18,0% ( Depkes RI, 1998)
Menurut Laporan Unicef,
September 2005 di Propinsi Nanggro Aceh Darussalam merebaknya kasus
kekuranganberat badan pada anak sekolah dasar sebesar 44,2 %, terhambat
pertumbuhan 40,2 %, kekurusan 8,6 %, dan mal nutrisi kronis 9,8 %, tingkat
rata-rata anemi pada anak Sekolah Dasar 50,2 %.(Healt Messenger, 2008.)
0 komentar:
Post a Comment