|
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.
Tujuan pembangunan nasional bidang
kesehatan adalah menuju Indonesia sehat tahun 2010 untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Terciptanya masyarakat, bangsa dan
Negara Indonesia yang optimal ditandai oleh penduduk sehat, meningkatkan
perilaku sehat dengan menjaga tingkat kesehatan keluarga. Dengan perilaku yang sehat serta memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata. (Depkes RI, 1999)
Indikator dalam mengukur
derajat kesehatan masyarakat diantaranya adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB). Hal ini disebabkan karena ibu dan bayi merupakan
kelompok yang mempunyai tingkat kerentanan yang besar terhadap penyakit dan
kematian. Hasil Susenas 2000, balita di Indonesia merupakan 10% dari jumlah
penduduk yang ada (20.302.376 balita dari jumlah penduduk 201.241.999 orang) (Supraptini,2000).
Data menunjukkan bahwa setiap tahunnya di dunia ini terdapat 1,5 juta kematian
bayi berusia 1 minggu dan 1,4 juta bayi lahir mati (Syahrul,Fariani.,dkk,2002)
Program pelayanan kesehatan kesehatan
dasar dalam bentuk operasional yang baik adalah posyandu. Saat ini posyandu
masih tetap ditetapkan bagi pembangunan kesehatan primer. baik masyarakat pedesaan maupun perkotaan. salah satu program
posyandu adalah program pemantau status gizi (PSG) anak balita. Laporan tahunan proyek peningkatan tahun
2000-2001 dan 2001 – 2002 Dit Bina Gizi Keluarga tampak bahwa status gizi
balita terbanyak pada katagori normal 67,1 dam 71,6. sedangkan kekurangan
Energi Protein total 20,9% dan 18,0% ( Depkes RI, 2003)
Berbagai upaya untuk mengatasi
masalah gizi telah dilakukan oleh pemerintah, antara lain melalui Program Upaya
Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK), pemberian kapsul Vitamin A untuk anak 1-4
tahun, distribusi kapsul Yodium untuk penduduk daerah rawan gangguan akibat
kekurangan yodium (GAKY), pemberian tablet Fe untuk ibu hamil dan upaya
pemantauan tingkat konsumsi gizi penduduk secara berkala (SKG),serta pemantauan
Status gizi (PSG) anak balita. Pada dasarnya, upaya tersebut dilakukan secara
terpadu antar lintas sector dan lintas
program (Depkes RI, 2003).
Status gizi adalah keadaan gizi
seseorang yang merupakan keadaan tubuhan yang diakibatkan oleh konsumsi,
penyerapan dan pemanfaatan makanan, Status gizi menurut Handayani (2003) adalah
tingkat kesehatan seseorang yang dipegaruhi oleh makanan yang dikonsumsi.
Penilaian status gizi adalah diukur berdasarkan berat badan per
umur dan tinggi badan Standar Harvard
menyatakan bahwa penilaian gizi baik adalah apabila berat badan anak menurut
umur lebih 89%. Gizi kurang, adalah apabila berat badan anak menurut umur
berada diantara 60,1% - 80% dan gizi buruk, adalah apabila berat badan anak
menurut umur 60% atau kurang dari standar
Harvard. (Notoadmojo, 2003)
Keadaan gizi seseorang dikatakan baik
apabila terdapat keseimbangan dan keserasian antara perkembangan fisik dan
perkembangan mental. Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh
konsumsi, penyerapan dan pemanfaatan makanan. Status gizi adalah tingkatan
kesehatan seseorang yang dipengaruhi oleh makanan yang di komsumsi (Handayani,
2003).
0 komentar:
Post a Comment