a. Vaksinasi BCG
Vaksinasi
BCG diberikan pada bayi umur 0-12 bulan secara suntikan intrakutan dengan dosis
0,05 ml. Vaksinasi BCG dinyatakan
berhasil apabila terjadi tuberkulin
konversi pada tempat suntikan. Ada
tidaknya tuberkulin konversi
tergantung pada potensi vaksin dan dosis yang tepat serta cara penyuntikan yang
benar. Kelebihan dosis dan suntikan yang
terlalu dalam akan menyebabkan terjadinya abses ditempat suntikan. Untuk menjaga potensinya, vaksin BCG harus
disimpan pada suhu 20 C. (Depkes RI, 2006)
b. Vaksinasi DPT
Kekebalan
terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus adalah dengan pemberian vaksin
yang terdiri dari toksoid difteri dan toksoid tetanus yang telah dimurnikan
ditambah dengan bakteri bortella pertusis yang telah dimatikan. Dosis penyuntikan 0,5 ml diberikan secara
subkutan atau intramuscular pada bayi yang berumur 2-12 bulan sebanyak 3 kali
dengan interval 4 minggu. Reaksi
spesifik yang timbul setelah penyuntikan tidak ada. Gejala biasanya demam ringan dan reaksi lokal
tempat penyuntikan. Bila ada reaksi yang
berlebihan seperti suhu yang terlalu tinggi, kejang, kesadaran menurun,
menangis yang berkepanjangan lebih dari 3 jam, hendaknya pemberian vaksin DPT
diganti dengan DT.
(Depkes RI, 2006)
c. Vaksinasi Polio
Untuk
kekebalan terhadap polio diberikan 2 tetes vaksin polio oral yang mengandung
viruis polio yang mengandung virus polio tipe 1, 2 dan 3 dari Sabin.
Vaksin yang diberikan melalui mulut pada bayi umur 2-12 bulan sebanyak 4
kali dengan jarak waktu pemberian 4 minggu. (Depkes RI, 2006)
d. Vaksinasi Campak
Vaksin
yang diberikan berisi virus campak yang sudah dilemahkan dan dalam bentuk bubuk
kering atau freezeried yang harus
dilarutkan dengan bahan pelarut yang telah tersedia sebelum digunakan. Suntikan ini diberikan secara subkutan dengan
dosis 0,5 ml pada anak umur 9-12 bulan.
Di negara berkembang imunisasi campak dianjurkan diberikan lebih awal
dengan maksud memberikan kekebalan sedini mungkin, sebelum terkena infeksi
virus campak secara alami. Pemberian
imunisasi lebih awal rupanya terbentur oleh adanya zat anti kebal bawaan yang
berasal dari ibu (maternal antibodi), ternyata dapat menghambat terbentuknya
zat kebal campak dalam tubuh anak, sehingga imunisasi ulangan masih diberikan
4-6 bulan kemudian. Maka untuk Indonesia
vaksin campak diberikan mulai abak berumur 9 bulan. (Depkes RI, 2006)
Adapun jadwal pemberian imunisasi dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.1
Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Anak
Jenis
Imunisasi
|
Umur (bulan)
|
||||||||||||||||
Lahir
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
9
|
10
|
|||||||||
Program
Pengembangan Imunisasi (PPI), diwajibkan
|
|||||||||||||||||
BCG
|
BCG
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||
Hepatitis B
|
Hepatitis B1
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||
|
|
Hepatitis B2
|
|
Hepatitis B3
|
|||||||||||||
DPT
|
|
|
DPT1
|
|
|
|
|
||||||||||
|
|
|
DPT2
|
|
|
|
|||||||||||
|
|
|
DPT3
|
|
|
||||||||||||
Polio
|
Polio 1
|
|
Polio 2
|
|
|
|
|
||||||||||
|
|
|
|
Polio 3
|
|
|
|
||||||||||
|
|
|
|
|
Polio 4
|
|
|
||||||||||
Campak
|
|
|
|
|
|
|
Campak
|
|
|||||||||
Sumber : Depkes RI, Pedoman
Penyelenggaraan Imunisasi tahun 2004
0 komentar:
Post a Comment