Sunday, 28 April 2013

faktor-faktor penyebab ibu tidak lengkap memberikan imunisasi dasar pada bayi di desa



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Berlakang.
Kesehatan adalah sehat jasmani dan rohani dan terhindar dari tingkat keterbelakangan mental dan kecacatan fisik (Depkes RI. 2003). 
Tujuan dari pembangunan Kesehatan adalah terwujudnya derajat kesehatan yang optimal. Sasaran yang akan dicapai adalah meningkatkan kemandirian masyarakat untuk memelihara dan memperbaiki keadaan kesehatan, meningkatkan kemampuan masyarakat menjangkau palayanan kesehatan yang bermutu, efektif dan efisien, terciptanya lingkungan fisik dan sosial yang sehat, dan menurunnya prevalensi empat masalah gizi utama, khususnya pada kelompok ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita (Depkes RI. 2003). 
Indikator dalam mengukur derajat kesehatan masyarakat diantaranya adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Hal ini disebabkan karena ibu dan bayi merupakan kelompok yang mempunyai tingkat resiko yang besar terhadap penyakit dan kematian (Depkes RI, 2005).
Angka Kematian Bayi di Indonesia tahun 2010 adalah 34/1000 kelahiran hidup dan angka kematian balita 46/1000 anak balita (Profil Kesehatan Indonesia 2010). Data profil kesehatan propinsi NAD 2009. menunjukan angka kematian bayi sebesar 16/1.000 kelahiran hidup, sedangkan di Kabupaten Pidie sebesar 14/1.000 kelahiran hidup.  
Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) merupakan salah satu penyebab kematian bayi dan balita di Indonesia. Oleh karena itu, Depkes menganjurkan agar semua anak sebelum berusia satu tahun telah mendapatkan imunisasi lengkap yaitu satu kali imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guarine), tiga kali imunisasi DPT (Difteri Pertusis Tetanus), empat kali imunisasi polio dan satu kali imunisasi campak serta 3 kali imunisasi Hepatitis B (Depkes RI, 2006)
Kekebalan aktif terjadi sebagai akibat stimulasi sitem imunologi yang menghasilkan antigen spesifik humoral (antibody) dan kekebalan seluler. Tidak seperti kekebalan pasif, kekebalan aktif biasanya dapat bertahan untuk beberapa yahun dan sering sampai seumur hidup (Handerson, 2003)
Salah satu cara untuk mendapatkan kekebalan aktif adalah bila seseorang menderita sesuatu penyakit. Secara umum dapat dikatakan, setelah seseorang sembuh dari suatu penyakit mereka menjadi kebal terhadap penyakit tersebut sampai seumur hidup. Perlindungan yang menetap untuk beberapa tahun sesudah infeksi dikenal sebagai memori kekebalan. Setelah adanya paparan antigen terhadap system kekebalan, sel limfosit (sel limfosit B memori) beredar dalam darah (dan juga menetap dalam sumsum tulang) selama beberapa tahun. Apabila terpaparlagi dengan antigen yang sama, maka sel itu akan memperbanyak diri dan menghasilkan antibody dengan sangat cepat untuk memberikan perlindungan terhadap penyakit tersebut (Handerson, 2003)
Cara lain untuk menghasilkan kekebalan akttif adalah melalui imunisasi. Vaksin akan berinteraksi dengan system kekebalan untuk menghasilkan respon imun yang setara dengan yang dihasilkan setelah seseorang menderita penyakit secara alami, tetapi tidak menyebabkan orang tersebut sakit atau mengalami komplikasi. Vaksin menghasilkan memori kekebalan yang sama apabila menderita penyakit tersebut (Handerson, 2003)
Pencapaian program imunisasi Hepatitis B,  Indonesia tahun 2005 dari 4.866.842. bayi, hanya 2.000.355 bayi (41,1 %) yang mendapatkan imunisasi Hb1(0-7 hari) Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam sampai bulan Oktober 2008 cakupan imunisasi Hb1 (0-7hari) adalah 13.686 bayi (12,5 %) (Laporan Din Kes Prop NAD, 2008)

0 komentar:

Post a Comment