BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah
satu tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kemandirian keluarga
dalam memelihara kesehatan anggota keluarga terutama ibu dan anak, ibu dan anak
adalah golongan penduduk yang sangat rentan terhadap berbagai masalah
kesehatan, sehingga perlu perhatian khusus untuk memelihara kesehatan mereka,
demi masa depan bangsa dan negara (Unicef, 2006).
Anak-anak
dan khususnya dibawah lima tahun adalah individu-individu yang rentan. Menurun
organisasi kesehatan dunia (World Health Organisation- WHO), tingkat kematian
anak dibawah lima tahun di Indonesia sama dengan 34,6 % pada tahun 2010,
kebanyakan dari penyebab-penyebab tingginya angka kematian balita tersebut
dapat dicegah dan diobati dengan pengetahuan dan tindakan-tindakan yang tepat
(Ami, 2011).
Proses
tumbuh kembang anak terdiri atas dua proses yang tidak dapat dipisahkan karena
saling mempengaruhi yaitu proses pertumbuhan yang ditandai dengan semakin
besarnya ukuran tubuh (berat, tinggi badan lingkar lengan atas dan sebagainya
dan proses perkembangan yang ditandai oleh semakin bertambahnya kemampuan anak
(koordinasi gerakan, bicara, kecerdasan, pengendalian perasaan, interaksi
dengan orang lain, dan sebagainya) kedua proses ini perlu diikuti secara
teratur yaitu dipantau, sehingga bila ada kelambatan dalam proses tumbuh
kembang dapat segera diketahui dan dilakukan tindakan (Santoso, 2000)
.
Secara
anatomis otak berkembang baik pada usia 2 tahun pertama memperoleh asupan gizi
secara baik, tetapi jika pada asupan gizinya kurang maka perkembangan otaknya
tidak berkembang atau biasa dikenal dengan otak kosong. Untuk memantau tumbuh
kembang anak Balita harus dilakukan orang tua dengan membawa anak Balita ke
Posyandu terdekat setiap bulan. Selain itu pemantauan juga harus dilakukan oleh
kader, tokoh masyarakat
Pertumbuhan
yang baik tidaklah hanya bersifat fisik tetapi juga mental dan intelektualitas,
sehingga proses pertumbuhan tersebut lazim disebut bukan saja sebagai proses
pertumbuhan tetapi sebagai proses tumbuh-kembang. Agar proses tumbuh-kembang
dapat berjalan dengan optimal, seorang anak harus mendapatkan pemenuhan dari 3
kebutuhan pokoknya. Yang pertama adalah kebutuhan fisik-biologis, berupa
kebutuhan akan nutrisi (ASI, Makanan Pengganti ASI/MP-ASI), imunisasi, serta
kebersihan fisik dan lingkungan. Yang kedua adalah kebutuhan emosi berupa kasih
kasih sayang, rasa aman dan nyaman, dihargai, diperhatikan, serta didengar
keinginan dan pendapatnya. Kebutuhan ini memiliki peran yang sangat besar pada
kemandirian dan kecerdasan emosi anak. Kemudian kebutuhan ketiga yang tak kalah
penting adalah kebutuhan akan stimulasi yang mencakup aktivitas bermain untuk
merangsang semua indra, mengasah motorik halus dan kasar, melatih ketrampilan
berkomunikasi, kemandirian, berpikir dan berkreasi. Stimulasi ini harus
diberikan sejak dini karena memiliki pengaruh yang besar pada ragam kecerdasan
atau multiple intelligences (Sujadmiko, 2002).
Pemantauan
pertumbuhan merupakan hal terpenting untuk mengetahui mal nutrisi pada anak.
Pemantauan pertumbuhan berarti melakukan pengecekan secara reguler terhadap
anak bahwa pertumbuhannya sesuai dengan standar pentumbuhan sesuai dengan
umurnya, tinggi dan berat badannya dibanding dengan populasi anak sehat (Ami,
2008).
Anak harus
tumbuh dengan baik dan mengalami pertambahan berat badan yang cukup berat,
badan anak harus ditimbang setiap bulan dari sejak lahir, apabila anak tidak
mengalami pertambahan berat badan yang cukup setiap bulannya. Anak sehat adalah
anak yang berat badannya bertambah secra cukup, pertambahan berat badan yang
teratur merupakan ciri anak yang fisiknya tumbuh dengan baik, anak harus selalu
ditimbang berat badannya pada saat berkunjung ke posyandu atau Puskesmas
(Unicef, 2006).
Kartu Menuju
Sehat (KMS) adalah kartu untuk mencatat dan mengamati tumbuh kembang anak, dengan
melihat garis pertumbuhan berat badan anak dari bulan ke bulan pada kartu
menuju sehat (KMS), seorang ibu dapat mengetahui dan berusaha memperbaiki
kesehatan anaknya. Dengan KMS seorang ibu dapat mengetahui kemampuan anaknya
sesuai dengan perkembangannya, semua ibu perlu memiliki KMS dan selalu membawa
KMS tersebut pada setiap kali mengikutkan anaknya dalam semua kegiatan
kesehatan (Depkes RI, 2006).
0 komentar:
Post a Comment