Tuesday, 30 April 2013

Gambaran Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Ibu Tidak Memberikan ASI Ekslusif Di Wilayah Kerja Puskesmas



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pemberian ASI Ekslusif di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan, dimana masyarakat cenderung memberikan susu formula pada waktu bayi berumur sangat muda. Sehingga hal itu berakibat banyak balita kehilangan kesempatan memperoleh ASI Ekslusif. Hal ini disebabkan karena tehnik menyusui tidak benar, sehingga dapat menyebabkan puting susu lecet dan menjadikan ibu enggan menyusui dan bayi jarang menyusu. Bila bayi jarang menyusu akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya, sehingga tidaklah jika ibu lebih memilih pemberian susu formula. (http://www.bidanku.com).
Menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini dari yang semestinya, banyak alasan yang dikemukakan ibu-ibu antara lain: ibu merasa bahwa ASInya tidak cukup atau ASI tidak keluar pada hari-hari pertama kelahiran bayi. Di samping informasi tentang cara-cara menyusui yang baik dan benar belum menjangkau sebagian besar ibu-ibu. (Depkes RI, 2007).
1
 
World Health Organization (WHO) dan United Nation International Childerns Emergency Fund (UNICEF) merekomendasikan bahwa menyusui bayi dimulai dari setengah jam atau satu jam setelah persalinan, menyusui bayi secara Ekslusif sejak lahir sampai umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 2 tahun. Mulai 6 bulan bayi mendapatkan makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya. (Depkes RI, 2009).
Dalam standar pelayanan minimal bidang kesehatan telah menetapkan bahwa tahun 2006 minimal 80% ibu menyusui bayinya secara ekslusif. Baru selanjutnya meneruskan ASI ditambah dengan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Tapi kenyataan di lapangan atau masyarakat kita justru bertolak belakang, mayoritas bayi tidak mendapat suplai ASI yang cukup hingga umur 6 bulan pertama di Kabupaten Propolinggo pada tahun 2004 yang lalu bayi dengan ASI Ekslusif masih mencapai 45,53%. Dari hasil tersebut mungkin bisa menjawab mengapa penderita diare dan demam berdarah masih menjangkit anak-anak, itu dikarenakan kurangnya asupan ASI yang cukup pada usia 6 bulan pertama, diduga salah satu penyebab wabah penyakit tersebut.
Menurut Hasil Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 didapat hasil Pemberian ASI eksklusif secara keseluruan pada umur 0-1 bulan, 2-3 bulan, dan 4-5 bulan berturut-turut adalah 45,4 persen, 38,3 persen, dan 31,0 persen. ASI eksklusif lebih tinggi didaerah perdesaan dibanding daerah perkotaan. Tidak ada perbedaan ASI eksklusif menurut jenis kelamin bayi. Demikian juga tidak ada pola hubungan yang jelas antara pemberian ASI eksklusif dan tingkat pendidikan orangtua. Hubungan yang jelas baru terlihat antara pemberian ASI eksklusif dan tingkat pengeluaran perkapita. Semakin tinggi pengeluaran per kapita rumahtangga, semakin menurun pemberian ASI eksklusif baik di kelompok umur bayi 0-1 bulan, 2-3 bulan, maupun 4-5 bulan (Depkes RI, 2010)
Menurut Sudiharto (2007) dukungan keluarga mempunyai hubungan dengan suksesnya pemberian ASI Eksklusif kepada bayi. Dukungan keluarga adalah dukungan untuk memotivasi ibu memberikan ASI saja kepada bayinya sampai usia 6 bulan, memberikan dukungan psikologis kepada ibu dan mempersiapkan nutrisi yangseimbang kepada ibu.
Penelitian Mardeyanti (2007), bahwa 60% ibu yang bekerja tidak patuh memberikan ASI Eksklusif, Hasil analisis regresi logistik memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan ibu yang rendah meningkatkan risiko ibu untuk tidak memberikan ASI eksklusif dan ibu yang tidak mendapatkan dukungan keluarga akan meningkatkan risiko untuk tidak memberikan ASI eksklusif. Penelitian Hadinegoro, dkk (2007) di Jakarta, bahwa pemberian ASI Ekslusif dipengaruhi oleh dukungan suami, jam kerja, dan fasilitas ruangan menyusui ditempat kantor. Hasil penelitian menunjukkan, secara proporsi ibu yang memberi ASI Ekslusif, 44% mendapat dukungan dari suami, 17% pada ibu yang bekerja pada tempat kerja yang menyediakan ruangan khusus untuk menyusui, serta 11% bekerja >8 jam.
Posisi bayi dan bayi yang benar penting sekali untuk kebersihan menyusui. Kesalahan dalam posisi salah satunya bisa menyebabkan puting lecet dan peradangan pada payudara, karena bayi bukannya mengisap areola mammae, tapi hanya bagian puting saja sehingga ASI tidak keluar. Akibat salah posisi menyusui sebenarnya problem klasik, namun akibatnya bisa fatal karena sering kali tidak kuat menahan sakitnya dan akhirnya menyerah dan gagallah pemberian ASI Ekslusif. .

0 komentar:

Post a Comment