1.1
Latar Belakang Masalah
Dalam era bebas atau era glogalisasi sebagai era
persaingan mutu atau kualitas, siapa yang berkualitas dialah yang akan maju dan
mampu mempertahankan eksistensinya. Oleh karena itu pembangunan sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas merupakan suatu hal yang tidak bisa
ditawar-tawar lagi. Sehubungan dengan hal tersebut yang pertama harus kita
galakkan adalah meningkatkan mutu pendidikan, untuk mewujudkan hal itu maka
kita harus meningkatkan motivasi belajar siswa karena tapa adanya motivasi maka
pendidikan itu akan berjalan tidak optimal tanpa didasari oleh keinginan siswa
untuk belajar yang sesungguh nya.
Dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar Ekonomi, guru tidak hanya memberikan informasi tetapi
harus menerapkan prinsip-prinsip pengajaran Ekonomi yang berorientasi pada obeservasi dan
penelitian. Pengetahuan Ekonomi yang di peroleh dari hasil belajar
pengalaman dan penyelidikan, akan lebih lama dapat di ingat serta berkesempatan
menumpuk ekosistem dan keberanian dalam mengambil inisiatif. Maka oleh karena
itu pengajaran Ekonomi juga berfungsi sebagai alat untuk
mendidik siswa agar mencapai kualitas sesuai dengan tujuan pendidikan.
Prinsip-prinsip modern juga
menuntut agar kegiatan belajar mengajar harus dapat mengembangkan ilmu
pengetahuan secara lebih luas, untuk dapat mengolah, menggunakan nilai dan
mengkomunikasikan hasil belajar dengan baik. Dengan demikian kemudahan akan
timbul di pihak pengajar dan siswa-siswa pun memperoleh hasil belajar yang
maksimal. Dengan menyadari akan tujuan dan pentingnya pengajaran Ekonomi, maka keberhasilan siswa dapat tergantung kepada pendidik untuk membawa
siswa ke tingkat kematangan. Oleh sebab itu, tidak hanya guru yang baik, tetapi
juga pada penggunaan metode yang tepat. Dalam hal ini guru harus dapat mengenal
dan menguasai berbagai jenis metode dalam mengajar Ekonomi. Salah satu metode mengajar adalah
metode tanya jawab merupakan metode yang menekankan penjelasan atau
menerangkan materi pelajaran dari guru kepada siswa menggunakan perantara atau
media lainnya. Keaktifan metode tanya jawab tidak murni terletak pada guru.
Dalam hal ini siswa melakukan belajar sambil mendengarkan (learning by
listening). Metode
Tanya jawab yang menggunakan media visual merupakan metode yang di samping
memberikan penjelasan kepada siswa secara lisan tentang materi pelajaran
dilengkapi dengan media atau perantara yang dapat dilihat, untuk mendorong
motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah pemahaman konsep-konsep yang
abstrak tentang nilai, serta untuk mempertinggi daya serap atau retensi belajar
siswa.
Salah satu metode interaksi edukatif yang dewasa ini
menjadi strategi mengajar dengan KTSP, adalah metode tanya jawab, ciri utama
metode ini adalah siswa lebih banyak di tuntut untuk menemukan sendiri
langkah-langkah ilmiah. Hal ini sesuai pula seperti apa yang di kemukakan oleh
Sukarno (1977:17) bahwa :
Metode pembelajaran bertujuan untuk dapat memberikan kesempatan
kepada anak-anak untuk menemukan sendiri, melakukan sendiri atau untuk mendengar
hal-hal yang akan memberikan hasil yang lebih sempurna kalau di tinjau dari
pendidikan Science modern, mempermudah guru dalam memberikan ilmu pengetahuan
kepada peserta didik.
Dalam pengajaran IPS, metode Tanya jawab
memang perlu untuk di terapkan. Hal ini bertujuan agar guru dapat mengetahui
apakah materi yang sudah diajarkan sudah dapat di serap oleh para siswa.
Menurut Pradana (2000:20) disebutkan bahwa :
Penggunaan metode Tanya jawab adalah wajib apabila
ditujukan untuk :
1. Meninjau pelajaran yang lalu, agar siswa
memusatkan lagi, perhatian tentang jumlah kemajuan yang telah dicapai sehingga
dapat melanjutkaan pelajaran berikutnya.
2.
Mengulangi pembicaraan untuk
mendapatkan kerja sama siswa atau dengan perkataan lain untuk mengikutsertakan
semua siswa.
3.
Menangkap perhatian siswa.
4.
Memimpin pengamatan dan
pemikiran siswa
Demi suksesnya metode tanya jawab ini guru harus dapat
merumuskan tujuan dengan sejelas-jelasnya dalam bentuk khusus dan berpusat pada
tingkah laku siswa. Menetapkan kemungkinan jawaban pertanyaan itu mengandung
banyak masalah ataukah hanya terbatas pada jawaban “ya” atau “tidak”. Di
samping itu guru harus dapat menetapkan kemungkinan jawaban untuk menjaga agar
tidak menyimpang dari pokok persoalan.
Dalam metode tanya jawab
Organisasi kelas sederhana dengan persiapan satu-satunya bagi pengajar adalah
buku catatanya. Pada seluruh jam pelajaran ia berbicara sambil berdiri atau
kadang-kadang duduk. Cara ini paling sederhana dalam pengaturan kelas, jika
dibandingkan dengan metode demonstrasi di mana pengajar harus membagi kelas ke
dalam beberapa kelompok, ia harus merubah posisi kelas dan sebagainya.
Disamping metode tanya jawab, metode mind mapping juga merupakan metode yang bisa digunakan guru untuk
meningkatkan kemampuan siswa untuk mencapat nilai ketuntasan belajar.
Setiap manusia lahir
dengan segala potensi yang dimiliki, termasuk potensi pikiran. Namun, pada
praktik pembelajaran, penggunaannya masih jauh dari optimal. Hal ini tercermin
dari berbagai kesulitan yang muncul pada pembelajaran, seperti kesulitan dalam
memusatkan perhatian atau mengingat, yang berujung pada rendahnya hasil
pembelajaran. Dalam praktik pembelajaran di sekolah, kondisi ini masih
diperburuk oleh praktik pembelajaran yang keliru, seperti pemberian tambahan
pembelajaran baik di dalam maupun di luar sekolah. Padahal proses tersebut,
hanya dapat bermakna repetisi dari proses pembelajaran sebelumnya dan tidak
memberi nilai tambah bagi pemahaman siswa. Pembelajaran tidak hanya
terbatas pada membaca buku atau mendengar pengajaran yang tidak memberi
pemahaman.
Menurut Yovan (2008), pembelajaran
melibatkan pemikiran yang bekerja yang bekerja secara asosiatif, sehingga dalam
setiap pembelajaran terjadi penghubungan antar satu informasi dengan informasi
yang lain. Pembelajaran sangat erat kaitannya dengan penggunaan otak sebagai
pusat aktivitas mental mulai dari pengambilan, pemrosesan, hingga penyimpulan
informasi. Dengan demikian, pembelajaran merupakan proses sinergisme antara
otak, pikiran dan pemikiran untuk menghasilkan daya guna yang optimal.
Untuk mengoptimalkan hasil pembelajaran, maka proses pembelajaran harus
menggunakan pendekatan keseluruhan otak.
Menurut Potter (2002), ketika manusia berkomunikasi dengan kata-kata, otak
pada saat yang sama harus mencari, memilah, merumuskan, merapikan, mengatur,
menghubungkan, dan menjadikan campuran antara gagasan-gagasan dengan kata-kata
yang sudah mempunyai arti itu dapat dipahami. Pada saat yang sama, kata-kata
ini dirangkai dengan gambar, symbol, citra (kesan), bunyi, dan perasaan.
Sekumpulan kata yang bercampur aduk tak berangkai di dalam otak, keluar secara
satu demi satu, dihubungkan oleh logika, di atur oleh tata bahasa, dan
menghasilkan arti yang dapat dipahami.
Salah satu upaya yang dapat
digunakan dalam membuat citra visual dan perangkat grafis lainnya sehingga
dapat memberikan kesan mendalam adalah peta pikiran. Peta Pikiran merupakan
teknik pencatat yang dikembangkan oleh Tony Buzan dan didasarkan pada riset
tentang cara kerja otak. Peta Pikiran menggunakan pengingat visual dan sensorik
alam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan. Peta ini dapat membangkitkan
ide-ide orisinil dan memicu ingatan yang mudah. Oleh karena itu, proses
pembelajaran seharusnya dapat menggunakan teknik pencatatan peta pikiran
sebagai salah satu cara belajar yang dapat dilatihkan kepada siswa. Penggunaan
Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam pembelajaran diarapkan dapat meningkatkan
hasil belajar dan kreativitas siswa.
Dari kedua metode tersebut maka peneliti ingin meneliti sejauh mana kedua
metode tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa, untuk itu penulis akan
meneliti dikelas VII dan mengambil dua (2) lokal dan memberilan pelajaran
dengan mengunakan metode tanya jawan di satu lokal dan metode mind mapping di
lokal lainnya.
0 komentar:
Post a Comment