Saturday, 9 February 2013

Sindroma Gawat Nafas Neonatus (SGNN)



2.2.1   Definisi
Sindroma gangguan pernafasan adalah kumpulan gejala yang terdiri dari dipsnu atau hipernu dengan frekuensi pernafasan lebih dari 60 kali per menit, sianosis, rintaihan dan ekspirasi dan kelainan otot-otot pernafasan pada inspirasi.
sindrom gawat neonatus adalah sindrom gawat pada neonatus yang merupakan kumpulan gejala gangguan nafas pada bayi baru lahir karena berbagai sebab. definisi dan kriteris RDS yaitu apabila didapatkan sesak nafas berat atau dypsnea, frekuensi nafas meningkat (tachypnea), sianosis yang menetap dengan terapi oksigen, penurunan daya pengembangan paru, adanya gambaran infiltrat alveolar yang merata pada foto thorak dan adanya atelektasis, kongesti vaskular, perdarahan, edema paru dan adanya hyalin membran pada saat otopsi.
sindrom gawat nafas neonatus dalam bahasa Inggris disebut respiratory distress syndrome (RDS) merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea atau hiperapnea dengan frekuensi pernafasan lebih dari 60 kali per menit, sianosis, merintih, waktu ekspirasi dan retraksi di daerah epigastrium, interkostal pada saat inspirasi. Bila di dengar dengan stetoskop akan terdengar penurunan masukan udara kedalam paru.
Penyakit ini terjadi pada bayi prematur mengingat produksi surfaktan yang kurang. Pada penyakit ini kemampuan paru untuk mempertahankan stabilitas menjadi terganggu dan alveolus akan kembali kolaps. Pada setiap akhir ekspirasi pada pernafasan berikutnya dibutuhkan tekanan negatif intra thoraks yang lebih besar dengan cara inspirasi yang lebih kuat. Keadaan kolaps paru dapat menyebabkan gangguan ventilasi yang akan menyebabkan hipokasia dan asidosis.
2.2.2        Etiologi
Dua hal yang dapat menyebabkan terjadinya SGNN adalah kelainan intra paru dan kelainan ekstra paru. Termasuk dalam kelainan intra paru diantaranya penyakit membran hialin (pada bayi prematur), transient trachipnoe of the new born (pada bayi aterm), pneumonia, hipertensi pulmonal dan lain-lain, kelainan kongenital (hernia difragmatika), kelainan kardiovaskuler (gagal jantung, syok hipovolemik, anemia dan lain-lain).
Respitory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membrane Desease (HMD) didapatkan pada 10% bayi prematur yang disebabkan defisiensi surfaktan pada bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang. Ada 4 faktor penyebab defisiensi surfaktan pada RDS yaitu:
a.    Prematur
b.    Asfiksia perinatal
c.    Maternal diabetes
d.   Seksio sesaria
penyebab dari sidrom gangguan pernafasan disebabkan oleh karena:
a.    Obstruksi saluran pernafasan bagian atas yaitu: atresia oesophagus, atresia koana bilateral dan lain-lain.
b.    Kelainan parenkim paru yaitu: penyakit membran hyalin, perdarahan paru dan lain-lain
c.    Kelainan diluar paru yaitu: pneumo thorak, hernia diafragmatika dan lain-lain
d.   Kelainan lain diluar paru yaitu: asidosis hipoglikemia, adanya perdarahan dan lain-lain.
2.2.3        Gejala
bayi umumnya preterm atau memiliki riwayat asfiksia perinatal. Bayi tampak mengalami gawat nafas beberapa jam setelah lahir dan memburuk secara progresif. Biasanya terdapat takipnue, suara nafas merintih, retraksi inter kostal dan sub kostal dan nafas cuping hidung. Suara nafas normal atau berkurang, mungkin terdengar ronki basah halus pada basal posterior paru.
RDS sering disertai riwayat asfiksia pada waktu lahir atau tanda gawat janin pada akhir kehamilan. Adapun tanda dan gejalanya adalah:
a.    Timbul setelah 6-8 jam setelah lahir
b.    Pernafasan cepat atau hiperpnea atau dyspnea dengan frekuensi pernafasan lebih dari 60 kali permenit
c.    Retraksi interkostal, epigastrium atau suprasternal pada inspirasi
d.   Sianosis
e.    Gruntung atau terdengar seperti suara rintihan pada saat ekspirasi
f.     Takikardia yaitu nadi 170 kali permenit
2.2.4        Penatalaksanaan
Bidan sebagai tenaga medis di lini terdepan diharapkan peka terhadap pertolongan persalinan sehingga dapat mencapai well born baby dan well health mother. Oleh karena itu bekal utama sebagai bidan adalah: melakukan pengawasan selama hamil, melakukan pertolongan hamil resiko rendah dengan memanfaatkan partograf WHO, melakukan perawatan ibu dan janin baru lahir. Berdasarkan kriteria nilai APGAR maka bidan dapat melakukan penilaian untuk mengambil tindakan yang tepat diantaranya melakukan rujukan medik sehingga keselamatan bayi dapat ditingkatkan.
penatalaksanaan RDS adalah sebagai berikut:
a.    Bersihkan jalan nafas dengan menggunakan penghisap lendir dan kasa steril
b.    Pertahankan suhu tubuh bayi dengan membungkus bayi dengan kain hangat
c.    Atur posisi tidur bayi dengan kepala ekstensi agar bayi dapat bernafas dengan leluasa
d.   Apabila terjadi apnue lakukan nafas buatan dari mulut ke mulut
e.    Longgarkan pakaian bayi
f.     Beri penjelasan pada keluarga bahwa bayi harus dirujuk ke rumah sakit
g.    Bayi rujuk segera ke rumah sakit
penatalaksanaan medik maka tindakan yang perlu dilakukan adalah:
a.    Memberikan lingkungan yang optimal
b.    Pemberian oksigen
c.    Pemberian cairan dan elektrolit sangat perlu untuk mempertahankan homeostasis dan menghindarkan dehidrasi
d.   Pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder
e.    Pemberian surfaktan oksigen.

0 komentar:

Post a Comment