a. Setiap orang
(ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap dapat menularkan
penyakit karena infeksi yang terjadi bersifat asimptomatik (tanpa gejala).
b. Setiap orang harus dianggap beresiko
terkena infeksi.
c. Permukaan
tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lain yang akan dan telah
bersentuhan dengan kulit tak utuh, selaput mukosa, atau darah harus dianggap
terkontaminasi sehingga setelah selesai digunakan harus dilakukan proses
pencegahan infeksi secara benar.
d. Jika tidak
diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah diproses dengan
benar, harus dianggap telah terkontaminasi.
e. Resiko
infeksi tidak bisa dihilangkan secara total tetapi dapat dikurangi hingga
sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan pencegahan infeksi yang
benar dan konsisten.
2.1.3. Tindakan pencegahan infeksi
Tindakan pencegahan infeksi nosokomial
terutama dilakukan di rumah sakit, hal ini dilakukan karena bakteri nosokomial
paling banyak berasal dari rumah sakit. Beberapa prosedur pencegahan infeksi
nosokomial di rumah sakit adalah:
Mencuci
tangan, ini adalah pencegahan utama terjadinya infeksi
nosokomial. Dengan mencuci tangan diharapkan virus dan bakteri dapat dimatikan
yang ada ditangan dapat dimatikan, sebab kontak tangan merupakan metode
penyebaran virus paling umum. Tangan juga merupakan anggota badan perawat atau
dokter yang paling sering bersentuhan dengan pasien.
Sarung Tangan, pada kasus tertentu penggunaan sarung tangan merupakan standar wajib untuk beberapa tindakan medis. Penggunaan sarung tangan tidak berarti menggantikan cuci tangan karena sarung tangan mungkin saja memiliki pori-pori kecil yang memungkinkan bakteri masuk ke tangan sehingga cuci tangan tetap harus dilakukan setelah tindakan.
Celemek atau seragam. Penggunaan clemek atau seragam dimaksudkan untuk meminimalisasi kemungkinan bersentuhan dengan pasien.
Sanitasi, Pengelolaan lingkungan dan tata letak rumah sakit yang baik juga merupakan upaya pencegahan penyebaran infeksi nosokomial. Beberapa bakteri penyebab penyakit memang dapat bertahan di alam bebas dalam jangka waktu yang lama, bahkan beberapa bakteri mampu “hibernasi” hingga puluhan tahun. Bakteri seperti ini mungkin saja menempel di lantai rumah sakit, gagang pintu atau ranjang pasien, oleh karena itu diperlukan prosedur sanitasi yang baik untuk meminimalisasi kemungkinan ini.
Sarung Tangan, pada kasus tertentu penggunaan sarung tangan merupakan standar wajib untuk beberapa tindakan medis. Penggunaan sarung tangan tidak berarti menggantikan cuci tangan karena sarung tangan mungkin saja memiliki pori-pori kecil yang memungkinkan bakteri masuk ke tangan sehingga cuci tangan tetap harus dilakukan setelah tindakan.
Celemek atau seragam. Penggunaan clemek atau seragam dimaksudkan untuk meminimalisasi kemungkinan bersentuhan dengan pasien.
Sanitasi, Pengelolaan lingkungan dan tata letak rumah sakit yang baik juga merupakan upaya pencegahan penyebaran infeksi nosokomial. Beberapa bakteri penyebab penyakit memang dapat bertahan di alam bebas dalam jangka waktu yang lama, bahkan beberapa bakteri mampu “hibernasi” hingga puluhan tahun. Bakteri seperti ini mungkin saja menempel di lantai rumah sakit, gagang pintu atau ranjang pasien, oleh karena itu diperlukan prosedur sanitasi yang baik untuk meminimalisasi kemungkinan ini.
Sterilisasi,
dilakukan untuk mencegah bakteri, jamur atau virus menyebar melalui alat.
Penggunaan alat yang tepat, beberapa bahan dikenal mampu membunuh bakteri, oleh karena itu untuk alat-alat tertentu sebaiknya digunakan alat dari bahan yang tepat. Salah satu bahan yang dikenal dapat membunuh bakteri adalah tembaga yang dikenal dapat membunuh bakteri E. Coli.
Penetapan SOP di rumah sakit untuk mengurangi kelalaian petugas medis.
Penggunaan alat yang tepat, beberapa bahan dikenal mampu membunuh bakteri, oleh karena itu untuk alat-alat tertentu sebaiknya digunakan alat dari bahan yang tepat. Salah satu bahan yang dikenal dapat membunuh bakteri adalah tembaga yang dikenal dapat membunuh bakteri E. Coli.
Penetapan SOP di rumah sakit untuk mengurangi kelalaian petugas medis.
0 komentar:
Post a Comment