BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kanker
serviks adalah penyakit kanker yang terjadi pada
daerah leher rahim. Yaitu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan
pintu masuk ke arah rahim. Letaknya antara rahim (uterus) dengan liang senggama
wanita (vagina). Kanker ini 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus
(HPV) onkogenik, yang menyerang leher rahim. Berawal terjadi pada leher
rahim, apabila telah memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke
organ-organ lain di seluruh tubuh penderita (Mansjoer, 2006)
Badan Kesehatan Dunia (WHO)
mengatakan, saat ini penyakit kanker serviks menempati peringkat teratas di
antara berbagai jenis kanker yang menyebabkan kematian pada perempuan di dunia.
Di Indonesia, setiap tahun terdeteksi lebih dari 15.000 kasus kanker
serviks.Sekitar 8000 kasus di antaranya berakhir dengan kematian. Menurut WHO,
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita kanker serviks yang
tertinggi di dunia. Mengapa bisa begitu berbahaya? Pasalnya, kanker serviks
muncul seperti musuh dalam selimut. Sulit sekali dideteksi hingga penyakit
telah mencapai stadium lanjut (WHO, 2008).
Pap smear
sebagai alat diagnosis dini kanker serviks telah dilakuka sejak tiga dasa warsa
terakhir. Di negera-negara maju, pap smear telah terbukti menurunkan kejadian
kanker serviks invasif 46-76% dan metalitas kanker serviks 50-60%. Berbeda
dengan Indonesia, pap smear belum terbukti mampu meningkatkan temuan kanker
serviks stadium dini dan lesi perkanker. Hal ini dikarenakan bawa kuantitas
sumber daya manusia yang rendah, prosedur tes pap smear yang komplek, akurasi pap smear yang sangat bervariasi
dengan negatif palsu yang tinggi serta sistem pelaporan yang kurang praktis , wilayah Indonesia sangat
luas yang terkait dengan kesulitan transportasi dan komunikasi, dan para wanita
sering enggan diperiksa karena ketidak tahuan, rasa malu, rasa takut, dan
faktor biaya. Hal ini umumnya karena masih rendahnya tingkat pendidikan
penduduk Indonesia. (Triayadi, 2007)
Dari hasil penelitian oleh tim Rumah Sakit
Kanker Darmais Jakarta menunjukkan bahwa tiap jenis kanker mempunyai banyak faktor dan tahapan yang
mengarah pada terjadinya perubahan sel normal menjadi sel kanker. sekitar 5 –
10% dari kanker terjadi akibat adanya kelainan genetika yang diturunkan.
Anggota keluarga dengan faktor genetic ini mempunyai resiko yang meningkat
untuk timbulnya tipe tertentu kanker. misalnya sindroma Li-Fraumeni, dan adanya
kecendrungan bentuk familier pada kanker payudara (RS.Kanker Darmais, 2003)
0 komentar:
Post a Comment