Penilaian masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan dapat dilihat dari beberapa faktor antara lain :
a. Bagi pemakai jasa pelayanan (consumen). Mutu pelayanan kesehatan
lebih terkait pada dimensi tanggapan petugas memenuhi kebutuhan pasien,
kelancaran komunikasi antara petugas dengan pasien,keprihatinan serta
keramah-tamahan petugas dalam melayani pasien atau kesembuhan penyakit yang
diderita oleh pasien.
b. Bagi Penyelenggara pelayanan kesehatan (Health Provider). Mutu pelayanan
kesehatan lebih terkait pada dimensi kesesuian pelayanan yang diselenggarakan
dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi kedokteran mutakhir (medical science
and technologi). Dan adanya otonomi profesi pada waktu menyelenggarakan
pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien.
c. Bagi penyandang dana pelayanan kesehatan (Health
Financing). Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi efesien
pemakaian sumber dana, kewajiban pembiayaan kesehatan atau kemampuan pelayanan
kesehatan mengurangi penyandang dana pelayanan kesehatan.
Banyak ahli
telah menyampaikan dimensi mutu yang dapat dinilai dari suatu produk. Dimensi
mutu yang disusun tergantung kepada jenis produk yang dihasilkan. menyebutkan
10 dimensi mutu untuk industri perangkat lunak yaitu: Kebenaran (correctness), handal (reliability), berguna (useability), terpelihara (maintainability), teruji (testability), transfer program (portability), interoperasi (interoperability), intra operasi (intra operability), luwes (flexibility) dan kepuasan menyeluruh (overall satisfaction).
Salah satu cara pengukuran tingkat
kepuasan terhadap mutu pelayanan adalah:
a.
Dapat diraba (tangible), kemampuan penyelenggara
pelayanan untuk berpenampilan menarik, mempersiapkan dan menyediakan tempat
pelayanan yang nyaman, bersih dan rapi. Penyelenggara pelayanan mampu
menunjukkan kesiapan dalam menyediakan peralatan yang dibutuhkan pasien.
b.
Handal (reliability), menunjukkan kemampuan petugas untuk melaksanakan
pemberian jasa pelayanan melalui prosedur yang cepat dan mudah, memberikan
pelayanan pemeriksaan, pengobatan dan rawatan secara cepat dan tepat, serta
dapat dipercaya dan tepat waktu.
c. Tanggap (responsiveness),
merupakan sikap kemauan petugas untuk membantu pelanggan mengatasi keluhan atau
masalah yang dihadapi dengan memberikan pelayanan secara cepat dan tepat. Petugas mampu memberi informasi secara
tegas dan dapat dimengerti dengan mudah oleh pelanggan.
d. Jaminan (assurance), kemampuan petugas untuk memberikan perlindungan dan
rasa aman kepada pengguna layanan yang disebabkan oleh penyelenggara pelayanan.
Pasien meyakini bahwa petugas memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang dapat
menyelesaikan atau membantu pasien mengatasi keluhan atau penyakitnya.
e. Empati (empathy), kepedulian yang ditunjukkan oleh petugas saat memberikan
pelayanan dalam bentuk perhatian khusus kepada pasien dan keluarganya serta
memberikan pelayanan tanpa melihat adanya perbedaan sosial pasien.
Suatu
pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan kesehatan yang bermutu apabila
penerapan kode etik serta standar pelayanan profesi dapat memuaskan pasien.
Ukuran ukuran yang dimaksud pada dasrnya mencakup penilaian terhadap kepuasan
pasien.
Mutu dan kualitas merupakan suatu kondisi
dinamis yang berhubungan dengan produk atau jasa, yang memenuhi atau melebihi
harapan pemakai atau pengguna produk tersebut. Mutu pelayanan adalah tingkat
kesempurnaan pelayanan yang memberikan kepuasan penerimaan pelayanan, sesuai
dengan harapannya namun juga dapat memberikan kepuasan terhadap petugas yang
memberikan pelayanan. Dari sisi petugas dituntut dua hal yaitu penampilan,
sikap pelayanan dan kemampuan teknis petugas yang sesuai dengan standar
pelayanan. Walaupun diketahui mutu pelayanan sesungguhnya sangat luas antara
lain mencakup keterjangkauan, kesinambungan, keamanan, kenyamanan disamping
efektifitas dan efisiensi..
Suatu pelayaan kesehatan yang bermutu
apabila penerapan semua persyaratan pelayanan kesehatan dapat memuaskan pasien.
Pendapat ini mudah dipahami bahwa ukuran ukuran pelayanan kesehatan yang
bermutu akan lebih luas, karena didalamnya mencangkup penilaian terhadap
kepuasan pasien).
Setiap mereka yang terlibat dalam layanan
kesehatan, seperti pasien, masyarakat dan organisasi masyarakat,
profesi layanan kesehatan, dinas kesehatan, dan pemerintah daerah, pasti
mempunyai pandangan yang berbeda tentang unsur apa yang penting dalam mutu
layanan kesehatan. Perbedaan perspektif tersebut antara lain disebabkan oleh terdapatnya perbedaan dalam latar belakang, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan,
pengalaman, lingkungan, dan kepentingan. Setiap orang akan menilai mutu layanan
kesehatan berdasarkan standar dan atau karakteristik atau kriteria yang berbeda-beda. Salah satu kesulitan dalam merumuskan
pengertian mutu layanan kesehatan adalah karena mutu layanan kesehatan itu
sangat melekat dengan faktor-faktor subjektivitas orang yang berkepentingan,
baik pasien atau konsumen, pemberi layanan kesehatan (provider), penyandang dana, masyarakat,
ataupun pemilik sarana layanan kesehatan
1. Perspektif Mutu Layanan Kesehatan
Pasien atau masyarakat melihat
layanan kesehatan yang bermutu sebagai suatu layanan kesehaan yang dapat
memenuhi kebutuhan yang dirasakannya dan diselenggarakan dengan cara yang sopan
dan santun, tepat waktu, tanggap dan mampu menyembuhkan keluhannya serta
mencegah berkembangnya atau meluasnya penyakit.
Pandangan pasien atau masyarakat ini sangat penting karena pasien yang merasa puas akan mematuhi
pengobatan dan mau datang berobat kembali. Dimensi mutu layanan kesehatan yang
berhubungan dengan kepuasan pasien dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat dan
kesejahrteraan masyarakat. pasien
atau masyarakat sering
menganggap bahwa dimensi efektivitas, akses, hubungan antar manusia,
kesinambungan, dan kenyamanan sebagai suatu dimensi mutu layanan kesehatan yang
sangat penting. Pemberi layanan kesehatan harus memahami status kesehatan dan
kebutuhan layanan kesehatan masyarakat yang dilayaninya dan mendidik masyarakat
tentang layanan kesehatan dasar dan melibatkan masyarakat dalam menentukan
bagaimana cara yang paling efektif menyelenggarakan layanan kesehatan.
Masyarakat tidak akan mampu menilai dimensi kompetensi teknis dan tidak
mengetahui layanan kesehatan apa yang dibutuhkannya. Agar dapat menjawab
pertanyaan tersebut, perlu dibangun suatu hubungan yang saling percaya antara
pemberi layanan kesehatan atau provider
dengan pasien/masyarakat.
2. Perspektif Pemberi Layanan Kesehatan
Pemberi layanan kesehatan (Provider) mengaitkan layanan kesehatan
yang bermutu dengan ketersediaan peralatan, prosedur kerja atau prorokol,
kebebasan profesi dalam setiap melakukan layanan kesehatan sesuai dengan
teknologi kesehatan mutakhir, dan bagaimana keluaran (outcome) atau hasil layanan kesehatan itu. Komitmen dan motivasi
pemberi layanan kesehatan bergantung pada kemampuannya dalam melaksanakan tugas
dengan cara yang optimal. Sebagai profesi layanan kesehatan, perhatiannya
terfokus pada dimensi kompetensi teknis, efektivitas, dan keamanan. Pertanyaan
yang akan mereka ajukan antara lain, berapa pasien yang akan diperiksa dalam 1
jam, apakah tersedia pemeriksaan laboratorium, apakah akurat, efisien, dapat
dipercaya, Apakah tersedia sistem rujukan jika diperlukan, Apakah lingkungan kerja memadai dan bersih, privasi pasien terjamin, Apakah lingkungan akan mendukung pengembangan profesi, Apakah apotek dapat menyediakan obat yang diperlukan, Apakah tersedia kesempatan pendidikan berkelanjutan, sebagaimana halnya pasien atau masyarakat, semua pertanyaan tersebut harus
ditanggapi oleh organisasi layanan kesehatan, kemudian sebagai pelanggan
internal (internal clients), pemberi layanan kesehatan itu harus mendapat
kepuasan kerja dalam melaksanakan tugas profesinya. Profesi layanan kesehatan
membutuhkan dan mengharapkan adanya dukungan teknis, administratif, dan layanan
pendukung lainnya yang efektif serta efisien dalam menyelenggarakan layanan
kesehatan yang bermutu tinggi.
3. Perspektif Penyadang Dana
Penyandang dana atau asuransi kesehatan
menganggap bahwa layanan kesehatan yang bermutu sebagai suatu layanan kesehatan
yang efisien dan efektif. Pasien diharapkan dapat disembuhkan dalam waktu
sesingkat mungkin sehingga biaya layanan kesehatan dapat menjadi efisien.
Kemudian upaya Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit akan digalakkan agar
penggunaan layanan kesehatan penyembuhan semakin berkurang.
4. Perspektif Pemilik Sarana Pelayanan
Kesehatan
Pemilik sarana layanan kesehatan
berpandangan bahwa layanan kesehatan yang bermutu merupakan layanan kesehatan
yang menghasilkan pendapatan yang mampu menutupi biaya operasional dan
pemeliharaan, tetapi dengan tarif layanan kesehatan yang masih terjangkau oleh
pasien/masyarakat, yaitu pada tingkat biaya ketika belum terdapat keluhan
pasien dan masyarakat.
5. Perspektif Administrator Layanan
Kesehatan
Administrator layanan kesehatan walau
tidak langsung memberikan layanan kesehatan, ikut bertanggungjawab dalam
masalah mutu layanan kesehatan. Kebutuhan akan supervisi, manajemen keuangan
dan logistik akan memberikan suatu tantangan dan kadang-kadang administrator
layanan kesehatan kurang memperhatikan prioritas sehingga timbul persoalan
dalam layanan kesehatan. Pemusatan perhatian terhadap beberapa dimensi mutu
layanan kesehatan tertentu, akan membantu administrator layanan kesehatan dalam
menyusun prioritas dan dalam menyediakan apa yang menjadi kebutuhan dan harapan
pasien serta pemberi layanan kesehatan. Mutu layanan kesehatan akan selalu
menyangkut dua aspek, yaitu: pertama, aspek teknis dari penyediaan layanan
kesehatan itu sendiri dan kedua, aspek kemanusiaan yang timbul sebagai akibat
hubungan yang terjadi antara pemberi layanan kesehatan dan penerima layanan
kesehatan. Interaksi pribadi tersebut akan dapat mempengaruhi penilaian
terhadap mutu layanan kesehatan yang diselenggarakan. Layanan kesehatan
merupakan hasil produksi jasa, dan karenanya akan diperlakukan sebagai suatu
komoditas, seperti mangga atau sepatu yang disebut semula. Akan tetapi,
layanan kesehatan merupakan suatu komoditas jasa yang sangat unik.
0 komentar:
Post a Comment