Saturday, 21 September 2013

Konsep Dasar Hypertonic uterine contraction



1.    Pengertian
Hypertonic uterine contraction adalah His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu sangat singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari 3 jam dinamakan partus presipitatus
His adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna dengan sifat-sifat : Kontraksi simetris, fundus dominan kemudian diikuti  dengan relaksasi.
Distosia His adalah kelainan his yang tidak normal dalam kekuatan ataupun sifatnya menyebabkan rintangan pada jalan lahir yang lazim pada setiap persalinan, tidak dapat diatas sehingga persalinan menggalami hambatan atau kemacetan.
2.      Etiologi
Kelainan His terutama ditemukan pada primigravida, khususnya primigravida tua. Pada multi para lebih banyak ditemukan kelainan yang bersifat hypertonic uterine contraction. factor herediter mungkin memegang peranan penting dalam kelainan his. sampai seberapa jauh faktor emosi (ketakutan dan lain-lain) mempengaruhi kelainan  his, belum ada persesuaian faham antara para ahli dalam kelainan His. khususnya hypertonic uterine contraction, ialah bahwa apabila bahagian bawah janin tidak berhubungan rapat dengan sekmen bawah uterus seperti misalnya pada kelainan letak janin atau pada disproporsisefalo pervik. perenganan rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda atau hidramnion juga dapat menjadi factor penyebab  dari hypertonic uterine contraction yang murni. akhirya gangguan gangguan dalam pembentukan uterus pada masa embrional, misalnya pada masa Uterus bikornis unikollis, dapat pula mengakibatkan kelainan his.  Akan tetapi sebahagian besar kasus kurang lebih separonya. penyebab hypertonic uterine contraction ini tidak diketahui.
3.         Patofisiolagi
His dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang kemudian manjalar merata simetris ke seluruh korpus  uteri dengan adanya dominasi kekuatan pada fundus uteri dimana lapisan otot uterus paling dominan kemudian mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh, sehingga tekanan dalam ruang amnion kembali ke asalnya sekitar 10 mmHg.
gambaran uterus yang besar di sebelah kiri menunjukan 4 tempat dimana dipasang mikro balon untuk mengukur/ mencatat tekanan pada miometrium terlihat bagaimana kontraksi mulai menyebar, dan menjadi kuat dan akhirnya mengurang dan hilang.
4.         Klasifikasi Kelainan His
a.       Inersia Uteri disini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi dengan kuat dan lebih dulu dari pada bagian bagian lain, peranan fundus tetap menonjol. Kelainannya terletak dalam hal bahwa kontraksi uterus lebih aman. Singkat dan jarang dari pada biasa. Keadaan umum pasien biasanya baik, dan rasa nyeri tidak seberapa. Selama ketuban masih utuh  umumnya tidak banyak bahaya, baik bagi ibu  maupun bagi bayi, kecuali jika persalinan berlangsung terlalu lama, dalam hal terakhir ini morbilitas ibu dan mortalitas bayi naik. Keadaan ini dinamakan inersia uteri premer (Hypotonic uterine contraction)
b.      His terlampai kuat, (hypertonic uterine contraction) his yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu sangat singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari 3 jam dinamakan partus presipitatus. Sifat his normal, tonos otot diluar kontraksi juga normal, tonus otot diluar  his juga biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his. bahaya partus presipetatus bagi ibu adalah terjadinya perlukaan luas pada jalan lahir. Khususnya servik uteri, vagina dan perenium sedangkan bayi biasa mengalami pendarahan dalam tengkorak karena bagian tersebut mengalami tekanan kuat dalam waktu singkat.
c.       Incoordinat uterine action di sini sifat his berubah tonus otot uterus meningkat juga diluar his dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronnisasi antara kontraksi bagian bagiannya. tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
Disamping tonus otot uterus yang menaik menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan lama bagi ibu dan dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His jenis ini disebut uncoordinet hypertonic uterine contraction. Kadang- kadang pada persalinan lama dengan ketuban yang sudah lama pecah, kelainan his ini menyebabkan spasmus sirkuler setempat sehingga terjadinya penyempitan kavum uteri pada tempat itu. ini dinamakan lingkaran kontraksi atau lingkaran konstriksi, secara tioritis lingkaran ini dapat terjadi dimana-mana. akan tetapi biasanya ditemukan pada batas antara bagian atas  dan sekmen bawah uterus. lingkaran kontriksi tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam, kecuali bila pembukaan telah lengkap sehingga tangan dapat dimasukan kedalam kavum uteri.
5.         Penanganan
Dalam menghadapi persalinan lama oleh sebab apapun, keadaan wanita tersebut harus diawasi dengan seksama, tekanan darah diukur setiap empat jam malahan pemeriksaan ini perlu dilakukan lebih sering apabila ada gejala pre-eklamsi. Denyut jantung janin dicatat setiap setengah jam dalam kala 1 dan lebih sering dalam kala II. Kemungkinan dehidrasi dan asidosis harus mendapat perhatian sepenuhnya. karena pada persalinan lama selalu ada kemungkinan untuk melakukan tindakan pembedahan dengan narcosis, hendaknya wanita jangan diberi makanan biasa melainkan dalam bentuk cair. sebaiknya di berikan infuse larutan glukosa 5% dan larutan NaCl isotonic secara intravena berganti ganti. untuk mengurangi rasa nyeri dapat diberikan pethidin 50 mg yang dapat diulanggi, pada permulaan kala 1dapat diberi 10 mg morfin. pemeriksaan perlu di adakan, akan tetapi harus selalu disadari bahwa tiap pemeriksaan dalam mengandung bahaya infeksi. Apabila persalinan berlangsung 24 jam tampa kemajuan yang berarti, perlu diadakan penilaian yang seksama tentang keadaan. Selain penilaian keadaan umum, perlu ditetapkan apakah persalinan benar-benar telah dimulai atau masih dalam tingkat false labour  apakah ada inersia uteri atau incoordined uterine action, dan apakah tidak ada disproporsi sefalopervik biarpun ringan, untuk menetapkan hal yang terakhir ini jika perlu dilakukan pelvimetri roentgenologik atau MRI (Magnetik Resonance Image). Apabila servik telah terbuka untuk sedikitnya 3 cm, dapat diambil kesimpulan bahwa persalinan telah dimulai.

0 komentar:

Post a Comment