Pemeliharaan suhu
tubuh merupakan aspek yang sangat penting dalam manajemen Bayi Berat Lahir
Rendah (BBRL). Seorang bayi akan berkembang secara memuaskan bila suhu rektal
dipertahankan antara 35,5-37 0C. Semakin kecil bayi semakin rendah
suhu rektalnya. Ketahanan hidup Bayi Berar Lahir Rendah (BBRL) bila mereka
dirawat dalam atau dekat dengan lingkungan rektalnya. Mereka harus diasuh dalam
suatu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolik
yang minimal, untuk memelihara suhu tubuh Bayi Berat Lahir Rendah (BBRL)
dapat dimasukkan kedalam inkubator, radian warmer
ataupun isolette, selain itu dengan ibu mendekap bayinya adalah cara
yang paling aman yang dikenal dengan istilah Kanggaroo Mother Care (KMC)
dimana terjadi kontak secara langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu
(Purnamaningrum, 2010).
Kanggaroo Mother Care (KMC) dapat menurunkan resiko regurgitasi dan aspirasi,
menurunkan apnoe dan infeksi, mempercepat hubungan antara ibu dan bayi serta
meningkatkan laktasi bila KMC tidak dapat dilakukan, bayi seharusnya dirawat
dalam penghangatan dengan matras yang bisa diisi air atauopun selimut elektrik
dengan traspormator (Purnamaningrum, 2010).
Suhu tubuh rendah
(hipotermia) dapat disebabkan oleh karena terpapar oleh lingkungan yang dingin
(suhu lingkungan rendah, permukaan dingin atau basah) atau bayi dalam keadaan
basah atau tidak berpakaian. Kenaikan suhu (hipertermia) dapat terpapar dengan
lingkungan yang hangat (suhu lingkungan yang hangat (suhu lingkungan panas,
paparan sinar matahari atau paparan panas yang berlebihan dari inkubator atau
alat pemancar panas) (Depkes RI, 2005).
Kehilangan panas
yang cepat dalam lingkungan yang dingin terjadi karena evaporasi, konveksi,
konduksi atau radiasi. Trauma dingin (Cold Stress hipotermia) pada bayi
baru lahir, dalam hubungannya dengan asidosis metabolik, dapat bersifat
mematikan bahkan pada bayi cukup bulan (Dompas, 2010).
Perawatan metode kangguru adalah perawatan bayi prematur dengan melakukan
kontak langsung antara kulit bayi dan kulit ibu. Metode ini sangat tepat dan
sudah dilakukan untuk mendukung kesehatan dan keselamatan bayi yang lahir
prematur maupun yang aterm. Kehangatan tubuh ibu merupakan sumber panas yang
efektif. Hal ini terjadi bila ada kontak langsung antara kulit ibu dan kulit
bayi. Prinsip ini dikenal sebagai skin to skin contact atau metode kanguru.
Perawatan dengan metode kanguru merupakan cara efektif untuk memenuhi kebutuhan
bayi yang paling mendasar yaitu kehangatan, air susu ibu, perlindugan dari
infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang (Wahyuni, 2011).
Istilah
prematuritas telah diganti dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBRL) karena
terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2500
gr, yaitu karena usia kehamilan kurang dari 37 minggu, berat badan lebih rendah
dari semestinya, sekalipun cukup bulan, atau karena kombinasi keduanya.
Pembagian kehamilan menurut WHO adalah kelahiran preterm (usia kehamilan kurang
dari 37 minggu), kehamilan aterm (usia kehamilan antara 37-42 minggu) dan
kelahiran post-term (usia kehamilan lebih dari 42 minggu) (Manuaba, 2010).
Teknik kanguru merupakan sebuah metode
perawatan yang tersedia secara universal dan baik secara biologi bagi semua
bayi baru lahir, akan tetapi biasanya bagi bayi-bayi prematur dengan 3
komponennya yang meliputi kontak kulit dengan kulit, menyusui eksklusif dan
dukungan terhadap ibu dan bayi (Aldy, 2005).
Posisi kanguru Yaitu bayi prematur yang
telah memenuhi kriteria untuk dirawat dengan metode diletakkan dengan posisi
vertikal di antara kedua payudara ibu. Bayi hanya mengenakan popok dan penutup
kepala, sehingga di harapkan sebanyak mungkin akan terjadi kontak kulit
langsung antara ibu dan bayi. Posisi ini dipertahankan baik ibu dalam keadaan
berdiri, duduk, ataupun berbaring sehingga di harapkan terjadi kontak langsung
yang terus menerus selama 24 jam atau beberapa jam dalam sehari (Aldy, 2005 ).
Pengetahuan perawat di Rumah
sakit Umum tentang penatalaksanaan bayi BBLR merupakan pengetahuan standar
operasional prosedur (SOP) yang memang seharusnya dilakukan, Teknik
kanguru dirumah sakit umum jarang dilakukan dikarenakan adanya
inkubator dan telah merupakan standar rumah sakit yang memisahkan ibu dan bayi
pasca persalinan. Pengetahuan tentang Teknik kanguru harus diketahui oleh petugas kesehatan sebagai bahan
penyuluhan bagi ibu yang melahirkan bayi BBLR (
Aldy, 2005 ).
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI)
diIndonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2007,
AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Neonatus (AKN) 19 per
1000 kelahiran hidup. Berdasarkan kesepakatan global (Millenium
Develoment Goals/MDG’s
2000) pada tahun 2015, diharapkan angka kematian ibu menurun dari 228 pada tahun 2007 menjadi 102 per 100.000
KH dan angka kematian bayi menurun dari 34 pada tahun 2007
menjadi 23 per1000 KH (Depkes RI, 2011).
Angka kematian ibu melahirkan
di Aceh telah menurun drastis dari 237/100.000 menjadi 184/100.000 lahir hidup
dan angka kematian bayi dari 35/1.000 menjadi 25/1.000 lahir hidup, Sedangkan data ibu yang melakukan Kangaroo mother care (KMC)
diperkirakan sebanyak 9,3 % dari seluruh ibu bersalin. (Tabangun Aceh, 2011).
0 komentar:
Post a Comment