Wednesday, 17 July 2013

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Diaper Rush pada bayi 0-12 bulan



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sesuai dengan program pemerintah peningkatan kualitas manusia Indonesia seutuhnya dapat di capai antara lain dengan peningkatan penggunaan ASI maka posisi rumah sakit dengan kebijakannya dalam hal bonding attachmant merupakan suatu hal yang sangat penting terutama pada saat ibu melahirkan bayi nya, karena disinilah pertama kali ibu mengadakan kontak langsung dengan bayi nya segera setelah lahir. Selama masa dalam kandungan semua kebutuhan nutrisi di dapatkan melalui tali pusat, maka setelah bayi lahir membutuhkan kontak kembali dengan ibunya baik kepentingan nutrisi maupun untuk kepentingan lainnya. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam rangka mencapai sehat untuk semua di tahun 2011. Upaya tersebut di jabarkan dalam berbagai bentuk pelayanan kesehatan dengan melibatkan seluruh tenaga kesehatan. Diantaranya adalah bidan yang merupakan tenaga kesehatan yang melibatkan langsung dalam upaya pelaksanaan bonding attachment dan ibu nifas yang sangat berperan penting dalam hal tersebut (Wahyuni, 2011).
Visi Kementerian Kesehatan adalah “Masyarakat Sehat yang mandiri dan berkeadilan. Sedangkan misinya adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani; melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan; menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan; dan menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik (Depkes RI, 2010)
Perkembangan bayi normal sangat tergantung dari respon kasih sayang antara ibu dan bayi yang dilahirkan yang bersatu dalam hubungan psikologi dan fisikologis. Ikatan ibu dan anak dimulai sejak anak belum dilahirkan sengan suatu perencanaan dan komunuikasi kehamilan, serta menerima janin yang tumbuh sebagai individu baik dari ayah dan ibunya. Sesudah lahir sampai minggu minggu berikutnya, kontak visual dan fisik bayi memicu berbagai penghargaan satu sama lain (Suherni, dkk,2010).
Upaya kesehatan ini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk pelaksanaan untuk ditentukan oleh jenis kebutuhan kemampuan dan di sesuaikan dengan tahap perkembangan masyarakat. Disini diperlukan peran aktif pemerintah dan masyarakat khusus nya kepada para bidan dan ibu yang apabila keadaan memungkinkan. Ibu harus sudah siap untuk merawat bayi nya sedini mungkin salah satu upaya yang dapat dijalankan untuk mencapai tujuan ini adalah dilakukan rawat gabung (Subaryono, 2009).
Mengingat pentingnya perawatan bayi baru lahir dan keterikatan kasih sayang (Bounding Attechment) antara ibu dan anak, dan masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang perawatan bayi baru lahir dan bagaimana cara mewujudkan kasih sayang tersebut. Keterikatan kasih sayang bisa terwujud dari janin masih berada didalam kandungan dan untuk mempereratnya bayi yang baru lahir bisa dilakukan IMD (inisiasi menyusu dini), dari hal tersebut selain manfaat ASI yang didapatkan begitu besar juga sangat bermanfaat untuk psikologis ibu dan anak karena sebuah kasih sayang bisa berawal dari sebuah sentuhan,dan dekapan ibu kepada anaknya disaat dilakukan IMD (Roesli, 2006).
Perawatan yang salah terhadap bayi baru lahir mengakibatkan bayi menjadi sakit, salah satu antaranya adalah kurangnya memperhatikan tentang kebersihan bayi, popok yang tidak sering diganti mengakibatkan bayi menjadi tidak tenang dan gelisah serta akan mengakibatkan terjadinya ruam pada bayi (Diaper Rush) hal ini kan mengurangi keterikatan antara ibu dan bayi (Huliana, 2009)
Ruam popok ( diaper rash, diaper dermatitis, napkin dermatitis ) masih kerap kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, terutama pada bayi. Para orang tua sudah tidak asing lagi dengan ruam popok, suatu gangguan kulit berupa bercak merah pada kulit di area yang tertutup popok, yakni: pantat, perut bagian bawah, pelipatan paha, area kemaluan dan dubur (anogenital). Ruam popok atau irritant diaper dermatitis (IDD) merupakan bercak merah pada kulit yang tertutup popok karena iritasi oleh berbagai faktor. (Estiwahyuni, 2007)
Incidence rate (angka kejadian) ruam popok berbeda-beda di setiap negara, bergantung pada hygiene, pengetahuan orang tua (pengasuh) tentang tata cara penggunaan popok dan mungkin juga berhubungan dengan faktor cuaca. Kimberly A Horii, MD (asisten profesor spesialis anak Universitas Misouri) dan John Mersch, MD, FAAP menyebutkan bahwa 10-20 % Diaper dermatitis dijumpai pada praktek spesialis anak di Amerika. Sedangkan prevalensi pada bayi berkisar antara 7-35%, dengan angka terbanyak pada usia 9-12 bulan. Sementara itu Rania Dib, MD menyebutkan ruam popok berkisar 4-35 % pada usia 2 tahun pertama (Sukartini, 2008)

0 komentar:

Post a Comment