BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuai
dengan program pemerintah peningkatan kualitas manusia Indonesia seutuhnya
dapat di capai antara lain dengan peningkatan penggunaan ASI maka posisi rumah
sakit dengan kebijakannya dalam hal bonding
attachmant merupakan suatu hal yang sangat penting terutama pada saat ibu
melahirkan bayi nya, karena disinilah pertama kali ibu mengadakan kontak
langsung dengan bayi nya segera setelah lahir. Selama masa dalam kandungan
semua kebutuhan nutrisi di dapatkan melalui tali pusat, maka setelah bayi lahir
membutuhkan kontak kembali dengan ibunya baik kepentingan nutrisi maupun untuk
kepentingan lainnya. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam rangka
mencapai sehat untuk semua di tahun 2011. Upaya tersebut di jabarkan dalam
berbagai bentuk pelayanan kesehatan dengan melibatkan seluruh tenaga kesehatan.
Diantaranya adalah bidan yang merupakan tenaga kesehatan yang melibatkan
langsung dalam upaya pelaksanaan bonding
attachment dan ibu nifas yang sangat berperan penting dalam hal tersebut
(Wahyuni, 2011).
Visi
Kementerian Kesehatan adalah “Masyarakat
Sehat yang mandiri dan berkeadilan. Sedangkan misinya adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani; melindungi
kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang
paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan; menjamin ketersediaan dan
pemerataan sumberdaya kesehatan; dan menciptakan tata kelola kepemerintahan
yang baik (Depkes RI, 2010)
Perkembangan
bayi normal sangat tergantung dari respon kasih sayang antara ibu dan bayi yang
dilahirkan yang bersatu dalam hubungan psikologi dan fisikologis. Ikatan ibu
dan anak dimulai sejak anak belum dilahirkan sengan suatu perencanaan dan
komunuikasi kehamilan, serta menerima janin yang tumbuh sebagai individu baik
dari ayah dan ibunya. Sesudah lahir sampai minggu minggu berikutnya, kontak
visual dan fisik bayi memicu berbagai penghargaan satu sama lain (Suherni,
dkk,2010).
Upaya
kesehatan ini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk pelaksanaan untuk
ditentukan oleh jenis kebutuhan kemampuan dan di sesuaikan dengan tahap
perkembangan masyarakat. Disini diperlukan peran aktif pemerintah dan
masyarakat khusus nya kepada para bidan dan ibu yang apabila keadaan memungkinkan.
Ibu harus sudah siap untuk merawat bayi nya sedini mungkin salah satu upaya
yang dapat dijalankan untuk mencapai tujuan ini adalah dilakukan rawat gabung
(Subaryono, 2009).
Mengingat pentingnya perawatan
bayi baru lahir dan keterikatan kasih sayang (Bounding Attechment) antara ibu dan anak, dan masih kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang perawatan bayi baru lahir dan bagaimana cara mewujudkan
kasih sayang tersebut. Keterikatan kasih sayang bisa terwujud dari janin masih
berada didalam kandungan dan untuk mempereratnya bayi yang baru lahir bisa
dilakukan IMD (inisiasi menyusu dini), dari hal tersebut selain manfaat ASI
yang didapatkan begitu besar juga sangat bermanfaat untuk psikologis ibu dan
anak karena sebuah kasih sayang bisa berawal dari sebuah sentuhan,dan dekapan
ibu kepada anaknya disaat dilakukan IMD (Roesli, 2006).
Perawatan yang salah
terhadap bayi baru lahir mengakibatkan bayi menjadi sakit, salah satu antaranya
adalah kurangnya memperhatikan tentang kebersihan bayi, popok yang tidak sering
diganti mengakibatkan bayi menjadi tidak tenang dan gelisah serta akan mengakibatkan
terjadinya ruam pada bayi (Diaper Rush) hal ini kan mengurangi
keterikatan antara ibu dan bayi (Huliana, 2009)
Ruam popok (
diaper rash, diaper dermatitis, napkin dermatitis ) masih kerap kita
jumpai dalam kehidupan sehari-hari, terutama pada bayi. Para orang tua sudah tidak asing lagi dengan
ruam popok, suatu gangguan kulit berupa bercak merah pada kulit di area yang
tertutup popok, yakni: pantat, perut bagian bawah, pelipatan paha, area
kemaluan dan dubur (anogenital). Ruam
popok atau irritant diaper dermatitis (IDD) merupakan bercak merah
pada kulit yang tertutup popok karena iritasi oleh berbagai faktor.
(Estiwahyuni, 2007)
Incidence rate (angka kejadian) ruam popok berbeda-beda di setiap negara,
bergantung pada hygiene, pengetahuan orang tua (pengasuh) tentang tata cara
penggunaan popok dan mungkin juga berhubungan dengan faktor cuaca. Kimberly
A Horii, MD (asisten profesor spesialis anak Universitas Misouri) dan John
Mersch, MD, FAAP menyebutkan bahwa 10-20 % Diaper dermatitis dijumpai pada praktek spesialis anak di Amerika.
Sedangkan prevalensi pada bayi berkisar antara 7-35%, dengan angka terbanyak
pada usia 9-12 bulan. Sementara itu Rania Dib, MD menyebutkan ruam
popok berkisar 4-35 % pada usia 2 tahun pertama (Sukartini, 2008)
0 komentar:
Post a Comment