This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Thursday, 17 April 2014

Efek samping Imunisasi



Vaksin sebagai suatu produk biologis dapat memberikan efek samping yang tidak diperkirakan sebelumnya dan tidak selalu sama reaksinya antara penerima yang satu dengan penerima lainnya.  Efek samping imunisasi yang dikenal sebagai Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) atau Adverse Events Following Immunization (AEFI) adalah suatu kejadian sakit yang terjadi setelah menerima imunisasi yang diduga berhubungan dengan imunisasi.  Penyebab kejadian ikutan pasca imunisasi terbagi atas empat macam, yaitu kesalahan program/tehnik pelaksanaan imunisasi, induksi vaksin, faktor kebetulan dan penyebab tidak diketahui.   Gejala klinis KIPI dapat dibagi menjadi dua yaitu gejala lokal dan sistemik.  Gejala lokal  seperti nyeri, kemerahan, nodelle/ pembengkakan dan indurasi pada lokasi suntikan.  Gejala sistemik antara lain panas, gejala gangguan pencernaan, lemas, rewel dan menangis yang berkepanjangan.   .

Jadwal Pelaksanaan Imunisasi



a.         Vaksinasi BCG
Vaksinasi BCG diberikan pada bayi umur 0-12 bulan ssecara suntikan intrakutan dengan dosis 0,05 ml. Vaksinasi BCG dinyatakan berhasil apabila terjadi tuberkulin konfersi pada tempat suntikan. Ada tidaknya tuberculin konfersi tergantung pada potensi vaksin dan dosis yang tepat serta cara penyuntikan yang benar. Kelebihan dosis dan suntikan yang terlalu dalam akan menyebabkan terjadinya abses ditempat suntikan. Untuk menjaga potensinya, vaksin BCG harus disimpan pada suhu 2 C.
b.          Vaksinasi DPT
Kekebalan terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus adalah dengan pemberian vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan toksoid tetanus yang telah dimurnikan ditambah denagn bakteri bortella pertusis yang telah dimatikan. Dosis penyuntikan 0,5 ml diberikan secara subkutan atau intramuscular pada bayi yang berumur 2-12 bulan sebanyak 3 kali dengan interval 4 minggu. Reaksi spesifik yang timbul setelah penyuntikan tidak ada. Gejala biasanya demam ringan dan reaksi lokal tempat penyuntikan. Bila ada reaksi yang berlebihan seperti suhu yang terlalu tinggi, kejang, kesadaran menurun, menangis  yang berkepanjangan lebih dari 3 jam, hendaknya pemberian vaksin DPT diganti dengan DT.
c.           Vaksinasi polio
Untuk kekebalan terhadap polio diberikan 2 tetes vaksin polio oral yang mengandungvirus polio tipe 1, 2 dan 3. vaksin diberikan melalui mulut pada bayi berumur 2-12 bulan sebanyak 4 kali dengan jarak pemberian 4 minggu.
d.          Vaksinasi campak
Vaksin yang diberikan berisikan virus campak yang sudah dilemahkan dan dalam bentuk bubuk kering (freezeried) yang harus dilarutkan degan bahan larutan yang telah tersedia sebelum digunakan. Suntikan ini di berikan secara subtukan dengan dosis 0,5 ml pada anak umur 9-12 bulan. Di negara berkembang imunisasi campak dianjurkan diberikan lebih awal dengan maksud memberikan kekebalan sedii mungkin, sebelum terkena infeksi firus campak secara alami. Pemberian imunisasi lebih awal rupanya terbentur oleh adanya zat anti kebal bawaan yang berasal dari ibu (mortenal antibodi), ternyata dapat menghambat terbentuknya zal kebal campak dalam tubuh anak, sehingga imunisasi ulang masih diberikan 4-6 bulan kemudian. Maka untuk Indonesis vaksin campak diberikanmulai anak berumur 9 bulan.
e.           Vaksinasi Hepatitis B
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B pada umur 0-11 bulan. Cara pemberian imunisasi ini adalah intramuscular.
Adapun jadwal pemberian imunisasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:




Tabel 2.1
Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Anak
Umur (Bulan)   0        1     2     3     4      5      6      7       8      9      10      11  **12+
Vaksin
Tanggal pemberian imunisasi
HB 0 (0-7 hari)














BCG












*Polio 1












*DPT/HB 1













* Polio 2













*DPT/HB 2













*Polio 3













*DPT/HB 3













*Polio 4













Campak













Keterangan
* Jarak antara (interval) pemberian vaksin DPT/HB minimal 4 minggu (1 bulan)
* Jarak antara pemberian vaksin Polio minimal 4 minggu (1 bulan)
** Anak diatas 1 tahun (12 bulan) yang belum lengkap imunisasinya tetap harus diberikan imunisasi dasar lengkap

Jadwal tepat pemberian imunisasi dasar lengkap



Tidak boleh diimunisasi



Waktu pemberian imunisasi bagi anak diatas 1 tahun yang belum lengkap