Sunday 10 March 2013

Episiotomi Pada Persalinan



1)      Beberapa pengertian
Persalinan adalah Serangkaian kejadian pada ibu hamil yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau 36 – 40 minggu, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh si ibu. (Wiknjosastro, 2005).
Persalinan terbagi tiga jenis yakni :
a. Persalinan Spontan yakni persalinan yang berlangsung tanpa usaha dari luar.
b. Persalinan Induksi yakni  persalinan yang dilakukan dengan cara menimbulkan suatu rangsangan terlebih dahulu, misalnya :
 - Amniotomi.
    - Pitosin
c. Tindakan :
- Operatif : Seksio Cesaria ( SC )
     - Alat – alat  :  - Forsep
                             - Vakum Ektrasi
                             - Episiotomi
                  Post Partum adalah dimulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu.
Episiotomi adalah jenis tindakan operatif dengan mem insisi perineum untuk mengeluarkan bayi.
2)      Episiotomi pada ibu Bersalin.
Episiotomi adalah jenis operatif yang paling banyak dilakukan pada ibu bersalin, walaupun hanya sedikit bukti ilmiah untuk mendukung penggunaannya. Tindakan operatif ini bukan tanpa resiko, komplikasianya antara lain meningkatnya insiden trauma dan/atau  laserasi (termasuk perpanjangan robekan sampai ke sfingter ani), kehilangan darah, infeksi, dispareni dan trauma psikologis.(Wiknjosastro, 2005)
Dengan cara episiotomi, maka robekan perineum, regangan atot – otot dan fasia pada dasar panggul, prolapsus uteri, stress Incontinente   serta pendarahan dalam tengkorak janin dapat dihindarkan. Luka episiotomi lebih mudah dijahit dari pada robekan (Muchtar, 2000)
Mereka yang mendukung pelaksanaan episiotomi secara rutin, terutama bagi ibi primigravida, berpendapat bahwa episiotomi dalam jangka panjang menjaga keutuhan perineum, disamping mengurangi insiden robekan, terutama robekan perineum tingkat tiga. namun sekarang hal ini diperdebatkan oleh para ahli. Dalam suatu studi di kanada yang mengamati fungsi dasar panggul ibu pasca persalinan selama 3 bulan, yang membandingkan antara ibu yang mendapat episiotomy dengan mereka yang mengalami robekan perenium dan ibu dengan perenium utuh. dalam study ini diikut sertakan baik ibu bersalin multigravida maupun primigravida. Hasilnya menunjukan bahwa ibu bersalin, tanpa memandang paritas, dengan perineum yang utuhlah yang memiliki fungsi dasar pinggul terbaik pada 3 bulan pasca persalinan. Ibu bersalin primigraviga yang mengalami persalinan pervaginan dengan episiotomy, memiliki resiko lebih besar untuk mengalami robekan perineum derajat 3 dan 4. studi ini dan studi lain menunjukkan bahwa ibu bersalin primigravida tidak memiliki resiko lebih besar untuk mengalami laserasi hebat dan trauma pada dasar panggul, kesimpulannya adalah tidak ada bukti yang mendukung praktek episiotomi rutin pada primigravida (Depkes RI, 2005)  
3)      Indikasi Pengunaan Episiotomi
a.       Mempercepat kelahiran dengan melakukan episiotomi bila ada tanda-tanda gawat janin pada saat kepala bayi merenggangkan perineum.
b.       Komplikasi kelahiran per vaginan seperti sungsang,distorsi bahu, forsep, vakum, ektraksi cunam.
c.       Perlindungan pada kepala bayi premature jika perenium ketat.
d.      Jaringan parut pada perenium atau vagina. (Depkes RI, 2005)
4)      Klasifikasi Episiotomi
Tindakan operatif Episiotomi dapat dibagi mengadi 3 berdasarkan cara melakukan insisi.
a)      Episiotomi Medialis
yakni insisi yang di lakukan pada garis tengah kemudian menjelang akhir kemudian insisi diatrah kan secara melintang, diperkirakan insisi itu akan memperluas diameter jalan lahir.
b)      Episiotomi Medio-lateralis
yaitu irisan diarahkan mulai garis tengah dan diarahkan ke lateral sekitar 15 derajat.
c)      Episiotomi Lateralis.

0 komentar:

Post a Comment